x

Presiden Joko Widodo makan siang bersama calon presiden Ganjar Pranowo (kiri), Anies Baswedan (kanan), dan Prabowo Subianto di Istana Negara, Jakarta, Senin 30 Oktober 2023. TEMPO/Subekti.

Iklan

Agus Sutisna

Penulis Indonesiana | Dosen | Pegiat Sosial
Bergabung Sejak: 6 September 2023

Sabtu, 4 November 2023 12:08 WIB

Jamuan Makan Siang di Istana; Ketika Bacapres Bersiap Menjemput Takdir Masing-masing

Dari posisi duduk di meja makan Istana beberapa waktu lalu itu, publik memperoleh gambaran yang makin terang-benderang. Bahwa Pilpres kali ini menawarkan tiga pilihan takdir menarik: visi Keberlanjutan Prabowo, visi semi-keberlanjutan Ganjar, dan visi Perubahan Anies.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Beberapa waktu lalu Presiden Jokowi mengundang makan siang tiga bacapres. Ketiganya hadir, kompak berbatik. Posisi duduknya menarik, bisa menggelitik jika diolah oleh mereka yang suka ngulik urusan politik. Tapi posisi duduk itu bisa juga merupakan visual taqdir elektoral yang sedang mereka jalani, dengan implikasi di belakang hari yang akan mereka jemput.

Keempat tokoh nasional itu duduk, memutar sebetulnya karena meja makan yang digunakan berbentuk bundar. Tapi tetap saja, dari arah manapun nampak jelas: Anies berhadapan dengan Jokowi. Sementara Prabowo dan Ganjar seolah mengapit di sisi kanan dan kiri Jokowi.

Tidak ada yang tahu, apakah posisi itu disetting oleh protokoler istana, atau “settingan” Allah Yang Maha Kuasa. Dan sependek yang saya serap informasi terkait posisi duduk ini, hanya Anies yang sempat berkomentar : “Itu alamiah saja”, ujranya saat ditanya wartawan. Tapi yang pasti, tidak ada yang kebetulan di alam semesta ini, termasuk dalam semesta urusan elektoral.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lantas visual taqdir apa yang bisa dibaca dari posisi duduk itu? Pertama sekali harus segera dikemukakan, bahwa posisi duduk itu seperti mengisyaratkan posisi politik elektoral ketiga Bacapres di hadapan Presiden Jokowi.

 

Jokowi-Anies saling berhadapan

Anies duduk berhadapan dengan Jokowi. Ini seolah semacam reminder bagi publik, sekaligus mempertegas dinamika elektoral hingga kini. Bahwa posisi politik elektoral Anies memang sejak awal sudah berseberangan dengan Jokowi, dan hingga kini posisi eksisting belum berubah.

Kehadiran Cak Imin dan PKB yang secara spekulatif diduga merupakan bagian dari skenario mastermind untuk “meredam” ghiroh perubahan Anies-Paloh dan PKS, terbukti (setidaknya hingga hari ini) gagal. Cak Imin makin kesini justru semakin ngonek pikiran-pikirannya dengan ghiroh perubahan. Bahkan juga semakin berani dan asertif mengekspresikan dan mengartikulasikannya di hadapan jutaan publik yang menghadiri safari elektoralnya.  

Anies bertekad melakukan perubahan karena banyak aspek dari capaian pemerintahan Jokowi-Ma’ruf yang dinilainya keliru, melenceng dari cita-cita menghadirkan keadilan dan keseteraan. Bahkan beberapa kebijakan ekonomi pembangunannya dinilai berpotensi membahayakan masa depan bangsa ini.

Di sisi diametralnya Jokowi hakul yakin apa yang sudah dikerjakannya selama ini on the track. Proyek mercusuar IKN, hilirisasi industri, jor-joran membangun ruas-ruas jalan tol dan bandara, perluasan dan pembukaan kawasan-kawasan industri baru yang telah memicu banyak konflik agraria di berbagai daerah dll adalah pilihan-pilihan lurus bagi Jokowi. Karenanya bukan perubahan yang harus dilakukan, tetapi memberlanjutkan capaian-capaian yang telah dikoleksi. Bagi Jokowi, perubahan artinya memulai lagi segalanya dari awal.

Taqdir politik, taqdir elektoral kedua tokoh ini nampaknya memang saling berhadapan. Terserah rakyat, mau ikut pilihan tadqir yang mana. Lah, Jokowi kan tidak maju lagi. Fisiknya memang, karena konstitusi membatasi. Tapi pikirannya tidak. Jokowi terus merangsak dengan mimpi-mimpi dan kepentingannya melalui satu paket anak panah politik yang busurnya sudah mulai ditarik : Prabowo-Gibran.  

 

Prabowo di Kanan, pokoknya lanjutkan

Kemudian posisi Prabowo dan Ganjar. Dilihat dari angle kamera, Prabowo duduk di sebelah kanan Jokowi. Posisi ini seolah mempertegas untuk yang kesekian kalinya, bahwa Jokowi akhirnya memilih Prabowo sebagai “tangan kanan” untuk melanjutkan agenda dan program-program pemerintahannya yang belum selesai.

Posisi kanan Prabowo juga bisa dimaknai sebagai signal bahwa Jokowi lebih percaya kepada Prabowo untuk menjaga kepentingan-kepentingan politiknya pasca dirinya lengser keprabon nanti. Termasuk, mungkin saja hasrat untuk mempersiapkan dinasti politik masa depan keluarganya. Makanya dengan enteng Gibran diberikan kepada Prabowo di tengah pilu hati elit-elit PDIP yang telah mengasuh dan membesarkannya.

Tadqir politik Prabowo, bukan hanya harus melanjutkan arahan kebijakan dan pikiran-pikiran Jokowi. Tetapi juga menjaga kepentingan-kepentingannya pasca Jokowi pensiun. Termasuk sudah barang pasti menjaga titipan trah politiknya: Gibran dan Kaesang. Apakah rakyat akan membersamai Prabowo menjemput taqdirnya, kita tunggu 14 Februari 2024.

 

Ganjir di Kiri, progresif setelah luka hati

Sementara Ganjar, dari angle yang sama duduk di sebelah kiri Jokowi. Tidak berhadapan seperti Anies, tetapi juga tidak berada di sebelah kanan yang diduduki Prabowo. Posisi ini seolah ingin mengisyaratkan dua hal.

Pertama, Ganjar mengapit Jokowi, tidak berhadapan seperti Anies. Ini seolah mengingatkan kepada publik bahwa sejatinya Ganjar memiliki posisi yang sebangun dengan Prabowo. Ia berada di barisan gagasan dan semangat keberlanjutan, melanjutkan agenda dan program-program pemerintahan Jokowi-Ma’ruf yang belum tuntas.

Tetapi pasca deklarasi Gibran bakal Cawapres Prabowo banyak hal yang berubah drastis dalam lanskap kepolitikan elektoral. Jokowi dan keluarga akhirnya terang-terangan berada di barisan Prabowo, dan dengan sendirinya hengkang meninggalkan PDIP atau dianggap membangkang oleh elit-elit PDIP.  

Dan sebelum pendaftaran ke KPU, Ganjar seperti sudah mencium aroma kuat Jokowi bakal fix mendukung Prabowo. Ganjar tidak menggunakan kemeja putih bergaris hitam vertikal yang pernah dirancang Jokowi. Ia memilih kemeja hitam dan berpadu dengan kemeja putih Mahfud. Di halaman KPU, ketika wartawan tanya kenapa seragam yang digunakan paduan hitam-putih, Ganjar menjawab lugas: “ya, hitam dan putih, tidak pernah abu-abu”.  

Satu lagi, beberapa pekan silam, Hasto pernah dengan tegas mengungkapkan bahwa PDIP “berideologi kiri” dalam spektrum ideologi Pancasila. Ungkapan ini dimaknai sendiri oleh Hasto sebagai lambang progresif. Nah, pasca Gibran jadi bakal Cawapres Prabowo “progresifnya” Hasto menampakkan diri. Kini PDIP tak lagi kenceng bicara keberlanjutan an sich. Mereka, termasuk Ganjar waktu dialog dengan jurnalis di KPU tadi, juga mulai rajin bicara dan mengoreksi capaian-capaian pemerintahan Jokowi-Ma’ruf.

Itu kira-kira penjelasan perihal isyarat yang kedua. Posisi duduk Ganjar di kiri Jokowi seolah menginfokan kepada publik.

Pertama, meski masih dalam satu gerbong pemerintahan, Ganjar bukanlah pilihan Jokowi untuk menjaga kepentingan-kepentingan politiknya pasca pensiun nanti. Kedua, Ganjar (dan PDIP tentu saja) sudah berubah pasca dikecewakan oleh pilihan sikap Gibran. Tidak sepenuhnya lagi berada di posisi semangat keberlanjutan, tetapi juga semangat mengoreksi. Ketiga, seperti diakui sendiri oleh Hasto, PDIP memang berada di posisi kiri dalam spektrum ideologi Pancasila.

Taqdir Ganjar, meski duduk di kiri kursi Jokowi, sejatinya ia berada di tengah di antara ghiroh perubahan Anies dan keberlanjutan Jokowi. Tetapi harap dicatat, pergeseran ghiroh dan pikiran Ganjar ke tengah ini karena dipantik oleh luka hati dan kekecewaan berat. Apakah rakyat akan mengikuti Ganjar menjemput taqdirnya, kita tunggu saat pencoblosan nanti.    

Jadi, dari posisi duduk di meja makan istana siang beberapa waktu lalu itu, sekarang publik memperoleh gambaran yang makin terang-benderang. Bahwa Pilpres kali ini menawarkan tiga pilihan taqdir menarik: Visi Keberlanjutan Prabowo, Visi Semi-Keberlanjutan Ganjar, dan Visi Perubahan Anies.    

Mana yang mau dipilih, silahkan rundingkan di meja makan masing-masing. Hasilnya, jika sudah matang dan fix, putuskan 14 Februari 2024 nanti : taqdir siapa di antara ketiga Bacapres itu yang akan diikuti.

 

 

Ikuti tulisan menarik Agus Sutisna lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu