x

Foto Tempo.com

Iklan

Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Juni 2022

Jumat, 17 November 2023 13:09 WIB

Kritik Seni Sedang Bobok Manis

Ketika kritik kehilangan ruangan berkiprah, seni pun jalan-jalan sendiri. Kemoderenan luntang-lantung mencoba memberi informasi seni berseni. Apa bisa.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ada jual beli barang, ada pula jual beli branded website, ranah tekno daring rebutan asosiatif pengindraan pemirsanya, bisa kepentingan ha.ha atau karena isme ini itu, campur aduk membiaskan tujuan idealisme ehem.; Apaan sih idealisme, apakah masih tampak benar atau mungkin salah seratus persen; oleh sebab itu biarkan buah matang di pohon.

Alternatif seni kembali pada pikiran individual ataupun kelompok. Apa iya sekadar itu, tak sekadar pula bermajas ria, indah, lantas selesai di situ, apakah itu estetika imaji atau logika naif atau sekadar cari followers, meraup cuan lantas selesai hakikat seni ini itu. Agak rancu memang antara seni ini itu dengan seni jual beli ha.ha.

Entahlah, mungkin jawabannya, ketika kritik seni tak lagi menjadi primadona, akibat menjaga kekhawatiran; tak melanggar pencemaran lingkungan berpola aturan adaptif, ihwal dianggap privat-kelompok. Apakah karena itu kritik seni, ada, di antara ketiadaan kultural edukatif informatif, lalu lebih memilih bobok manis saja.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lantas ketika idealisme fanatik versus idealisme jual beli, adakah salah benar di antara keduanya. Barangkali kembali pada konsep dasar pemikiran personal atau kelompok, siapapun itu di habitat seni berseni atau seni ini itu. Lantas apaan sih, seni, dalam arti sesungguhnya, adakah seni dengan berbagai bentuknya di sana.

Lebih celaka lagi ketika personal, kelompok, terjangkit amuk anonim akibat seni kritik ataupun kritik seni-padahal validitas kritik seni menjaga kesehatan karya sang kreator, agar tak terpuruk pada seni onani. Kritik seni, kalau boleh dibilang; vitamin adrenalin lompatan menuju senandika puncak-puncak estetis lanjutan pengkaryaan.

Itupun kalau mau memahami keniscayaan imajinasi bukanlah milik individual, ketika pengkaryaan go public di area keriuhan beragam pemirsa kedaulatan seni ini itu, sekaligus memasuki seni jual beli ha.ha, bukanlah sekadar meraih cuan, karena, kualitas tak sekadar pula kuantitas. Sekalipun masih banyak jalan menuju aroma seni.

Lantas ada pula tanya bertanya; apakah masih ada kritikus seni. Seharusnya sih masih ada, mungkin, kalau pertumbuhan kesadaran komunikasi kultural edukatif terpelihara di angkasa biru dengan kesegaran oksigen kepentingan khalayak seluas langit, kalau mau kembali menilik-kreator tak seharusnya sendirian mengarungi imaji personalnya.

*** 

Jakarta Indonesiana, November 17, 2023.
Salam seni kreativitas ke angkasa.

Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

8 jam lalu

Terpopuler