x

Iklan

Ainur Ayu Aqsani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 6 Januari 2024

Minggu, 7 Januari 2024 08:41 WIB

Konsep Blue Economy dalam Menciptakan Keseimbangan antara Kemakmuran dan Kelestarian di Lautan

Blue Economy merupakan pendekatan inovatif yang menjanjikan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya air yang sejalan dengan perlindungan lingkungan yang krusial.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di tengah tantangan ekologis yang semakin memprihatinkan dan kebutuhan akan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, konsep blue economy muncul sebagai sorotan internasional yang mendalam. Dalam era ketidakpastian perubahan iklim, penurunan keanekaragaman hayati, dan tekanan terhadap sumber daya alam, blue economy merupakan pendekatan inovatif yang menjanjikan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya air yang sejalan dengan perlindungan lingkungan yang krusial.

Model konsep blue economy Indonesia secara general berpacu pada pembangunan infrastruktur di sektor kelautan yang berkelanjutan dan pengelolaan atau manajemen pengambilan sumber daya laut yang tidak berlebihan. Sebagaimana yang sudah dijelaskan di bagian kerangka
konseptual di atas, penerapan konsep blue economy di Indonesia tidak terlepas dari dua prinsip fundamental blue economy, yaitu nature’s efficiency dan zero waste (Rani & Cahyasari, 2015; Sari & Muslimah, 2020).

Dalam artikel ini, membahas dengan detail konsep blue economy, yang merupakan landasan bagi perubahan positif dalam pengelolaan sumber daya laut dan perairan di seluruh dunia. Sejarah perkembangan blue economy akan kita telusuri, mengungkapkan bagaimana konsep ini telah berkembang dari sebuah gagasan menjadi gerakan global yang penting.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Lebih jauh, kita akan menjelajahi dampak dan implikasi Blue Economy di seluruh dunia, dengan fokus pada contoh-contoh nyata di berbagai negara. Namun, kita juga akan membahas tantangan yang dihadapi dalam menerapkan blue economy dan upaya-upaya yang sedang dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut. Dalam upaya untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi planet kita, kita akan mempertimbangkan bagaimana blue economy dapat menjadi panduan bagi keberlanjutan, inovasi, dan keseimbangan yang lebih baik antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian alam. Dengan demikian, mari kita menjelajahi konsep Blue Economy yang menarik ini dalam upaya mencapai dunia yang lebih berkelanjutan, di mana kepentingan manusia dan alam dapat berdampingan dalam harmoni.

Asumsi dasar dari blue economy adalah bahwa kesejahteraan ekologi ekosistem laut dan pesisir dapat meningkat dengan beralih pada model ekonomi yang lebih berkelanjutan, mengedepankan berbagai kegiatan pembangunan baik energi terbarukan, promosi ekowisata (ecotourism), maupun perikanan berkelanjutan atau (sustainable fisheries). (Singh, 2021)

Blue economy, sebuah konsep yang berkembang pesat di era ini, mewakili pendekatan inovatif dalam memanfaatkan sumber daya air untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan perlindungan lingkungan yang penting. Konsep dari blue economy merupakan pemikiran atau paradigma yang memberikan konsep yang baru dengan tujuan yang dapat menghasilkan arus pertumbuhan ekonomi dan sekaligus menjamin kelestarian sumber daya dan lingkungan yang seimbang (sustain) dan penggunaannya yang optimal (Wahyuddin, et,al,. 2022).

Konsep ini tidak hanya mengejar kemakmuran, tetapi juga menempatkan kelestarian lingkungan sebagai fokus utama. Dalam artikel ini, kita akan mengulas dengan lebih mendalam tentang blue economy, memahami asal usul, konsep dasar, serta dampaknya di seluruh dunia.

Blue economy adalah sebuah istilah yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 2010 oleh Gunter Pauli lewat bukunya yang berjudul The Blue Economy: 10 years –100 innovations –100 million jobs. Istilah ini merujuk pada konsep ekonomi yang terinspirasi oleh lautan dan perairan. Blue economy menggabungkan keberlanjutan ekonomi dengan pengelolaan bijaksana sumber daya air. Ini adalah pendekatan yang progresif untuk menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kelestarian alam.

Konsep blue economy dilandasi oleh dua prinsip fundamental. Pertama, efisiensi alam atau nature’s effieciency, yang di mana konsep Blue Economy mencoba untuk menyelaraskan diri dengan siklus produksi ekosistem alam yang ditujukan untuk memperkaya sumber daya dan mengurangi segala tindakan eksploitasi berlebihan. Kedua, Zero Waste, yang di mana berarti limbah atau sampah dari suatu sumber daya diolah kembali agar bisa menjadi suatu bahan yang bermanfaat sehingga mampu menciptakan lingkungan dan ekosistem yang seimbang dan berkelanjutan (Rani & Cahyasari,2015; Sari & Muslimah, 2020).

Dalam konsep blue economy sumber daya air tidak hanya dianggap sebagai sumber daya ekonomi tetapi juga sebagai bagian integral dari ekosistem global. Hal ini memperhatikan prinsip dasar ekosistem, yaitu kemampuan alam untuk mengalirkan nutrien dan energi tanpa menghasilkan limbah yang merusak.

Pada intinya, blue economy menekankan penggunaan sumber daya alam secara cerdas dan berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa mengorbankan masa depan lingkungan. Blue economy  ini yakni meningkatkan efisiensi sumber daya, sistem siklus pada produksi, meminimalisir pembuangan limbah, kepedulian sosial, inovasi, adaptasi, serta tata pada pengelolaan sumber daya alam yang baik agar nantinya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang baik (Prayuda et al., 2019).

Salah satu aspek utama dalam Blue blue economy adalah menjaga keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya laut dan perairan. Lautan dan perairan adalah ekosistem yang kompleks, yang memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan global. Ekosistem ini menyediakan makanan, oksigen, dan berbagai

layanan ekosistem lainnya yang vital bagi kehidupan di bumi. Oleh karena itu, menjaga keseimbangan ekosistem laut dan perairan adalah esensial dalam blue economy.
Salah satu tantangan utama dalam pengelolaan sumber daya laut adalah overfishing, yaitu penangkapan ikan yang berlebihan hingga menyebabkan penurunan stok ikan yang signifikan. Dalam konteks blue economy penting untuk menerapkan regulasi yang ketat untuk mencegah overfishing. Ini termasuk penetapan kuota penangkapan yang berkelanjutan, pengawasan yang ketat, dan pengembangan metode penangkapan yang lebih ramah lingkungan.

Selain perikanan, blue economy juga mencakup sektor-sektor lain yang penting. Salah satunya adalah pariwisata laut, yang berkaitan dengan pesisir, pulau, dan taman laut. Pariwisata laut dapat memberikan manfaat ekonomi lokal yang signifikan, menciptakan lapangan kerja, dan mendukung pertumbuhan ekonomi di komunitas pesisir. Namun, pengembangan pariwisata laut harus dilakukan dengan bijaksana, mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan dan budaya lokal.

Energi terbarukan dari laut juga merupakan komponen penting dalam blue economy sumber daya seperti energi angin laut, ombak, dan pasang surut dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik yang bersih. Hal ini membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang merusak lingkungan dan berkontribusi pada perubahan iklim. Pengembangan teknologi kelautan adalah salah satu aspek penting dalam mendukung blue economy.

Perkembangan teknologi seperti perangkat lunak navigasi canggih, penelitian bawah air, survei laut, dan pemantauan cuaca laut membantu dalam pengelolaan sumber daya laut dan perairan dengan lebih efisien. Selain itu, teknologi juga digunakan untuk pemantauan dan pengelolaan sumber daya laut yang lebih efektif. Sistem pemantauan satelit dan sensor bawah air dapat membantu dalam mendeteksi perubahan lingkungan dan memastikan bahwa sumber daya laut dikelola secara berkelanjutan.

Investasi energi terbarukan merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya kontribusi energi terbarukan di Indonesia. Kurangnya investasi dalam energi terbarukan menandakan kurangnya kepercayaan investor di sektor ini. Para investor kecewa karena kurangnya insentif yang diberikan oleh pemerintah melalui peraturan yang ada dan situasi politik akibat pemilu dan transisi pemerintahan (Bappenas, 2021). Secara keseluruhan, tingkat investasi tersebut tidak sesuai dengan tingkat investasi yang dibutuhkan untuk memenuhi target bauran energi terbarukan sebesar 23 persen pada tahun 2025 (Bappenas, 2021).

Beberapa negara telah menjadi teladan dalam mengadopsi konsep Blue Economy. Mereka telah berhasil mengintegrasikan prinsip-prinsip blue economy dalam kebijakan dan praktik mereka. Studi kasus dari negara-negara ini menunjukkan berbagai praktek terbaik dalam pengelolaan perikanan, pengembangan pariwisata laut yang berkelanjutan, dan penerapan energi terbarukan dari laut. Namun, tantangan juga ada dalam menerapkan blue economy.

Kendala termasuk resistensi terhadap perubahan, tekanan dari industri yang menginginkan hasil cepat, dan perubahan kebijakan yang mungkin diperlukan untuk mencapai keberlanjutan. Dalam menghadapi tantangan ini, upaya kolaboratif dari pemerintah, industri, dan masyarakat menjadi kunci untuk mencapai tujuan blue economy.

Dampak konsep blue economy terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di Indonesia (Banu, 2020) :
1. Konsep ini megedepankan peningkatan produksi kelautan
2. Produktifitas kelautan menjadi sektor utama dalam menyumbang pendapatanan nasional.
3. Jumlah produksi perikanan sangat banyak dan dapat digunakan sebagai komoditas ekspor yang akan menghasilkan devisa.
4. Berkembangnya sektor kelautan dalam konsep blue Economy tidak hanya
mempengaruhi sektor perikanan, namun sektor lain juga terdorong karena potensi kelautan Indonesia meliputi sumber daya hayati dan non hayati seperti minyak bumi dan bahan-bahan tambang yang lain yang dapat berkontribusi tinggi dalam pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi.
5. Blue Economy dapat menjadi andalan dalam pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan, karena bersifat ramah lingkungan dan mengedepankan
keberlangsungan ekosistem.

Blue economy adalah konsep yang menarik dan penting dalam mencapai pertumbuhan ekonomi berkelanjutan sambil menjaga kelestarian lingkungan laut dan perairan. Menghadapi tantangan kompleks seperti perubahan iklim, degradasi lingkungan, dan kebutuhan akan sumber daya alam yang berkelanjutan, blue economy dapat menjadi panduan global. Dengan fokus pada keberlanjutan, inovasi, dan kerja sama internasional, kita dapat merangkul masa depan yang lebih cerah di laut dan mencapai keseimbangan antara manusia dan alam.

Sebagai masyarakat global, kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga warisan lautan dan perairan bagi generasi mendatang. Melalui tindakan seperti mencegah overfishing, mengelola sumber daya laut secara bijaksana, mengembangkan pariwisata laut yang berkelanjutan, dan investasi dalam energi terbarukan dari laut, kita dapat berkontribusi positif terhadap keberlanjutan planet ini.

Penting juga untuk terus mengembangkan teknologi dan inovasi yang mendukungblue economy, termasuk teknologi kelautan dan sistem pemantauan yang lebih canggih. Ini tidak hanya menciptakan peluang ekonomi berkelanjutan, tetapi juga berinvestasi dalam keberlanjutan lingkungan.

Dengan menjaga ekosistem laut dan perairan yang sehat, kita dapat memastikan kelangsungan makanan, oksigen, dan keanekaragaman hayati. Seperti ekowisata yang mengacu pada peningkatan partisipasi masyarakat untuk manfaat ekonomi dan kesejahteraan melalui kelestarian lingkungan. Hal ini pun dapat membentuk kepariwisataan berkelanjutan atau sustainable tourism (Ferdian, 2019).

Blue economy bukan hanya sebuah konsep, tetapi juga sebuah panggilan untuk bertindak. Kita memiliki kesempatan untuk merubah cara kita berinteraksi dengan lautan dan perairan, menciptakan masa depan yang lebih baik, di mana pertumbuhan ekonomi bersatu dengan kelestarian lingkungan. Mari kita bersatu, mengatasi tantangan, dan menciptakan solusi inovatif. Dengan menjalani prinsip-prinsip blue economy dalam tindakan sehari-hari, kita dapat merangkul masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan untuk Bumi yang indah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Sari, D. A. A., & Muslimah, S. (2020). Blue economy policy for sustainable fisheries in Indonesia. In IOP Conference Series: Earth and Environmental Science (Vol.423, Issue 1). https://doi.org/10.1088/1755- 1315/423/1/012051.


Wahyuddin, Y.A., Hidayat, R.M., & Verdiansyah, T.R. (2022). Strategi Kebijakan Blue Economy Indonesia dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan pada Era
Joko Widodo. Sriwijaya Journal of International Relations.


Prayuda, R., Sary, D. V., & Riau, U. I. (2019). STRATEGI INDONESIA DALAM IMPLEMENTASI KONSEP BLUE ECONOMY TERHADAP PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN a. Indonesian Journal of International Relations, 3(2), 46–64.

Ikuti tulisan menarik Ainur Ayu Aqsani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu