x

Foto tangkapan layar dari film Dirty Vote, Zainal Arifin Mochtar (kiri), Bivitri Susanti (tengah), Feri Amsari (kanan), narasumber dalam film Dirty Vote. Youtube

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Selasa, 13 Februari 2024 18:56 WIB

Dirty Vote Mengguncang Hari Tenang

Dirty Vote bukanlah film yang dibuat untuk meruntuhkan legitimasi pihak yang merasa kemenangannya sudah dekat, tapi film ini menunjukkan bahwa potensi kemenangan itu justru diruntuhkan sendiri, setidaknya secara moral, oleh [pihak yang merasa jadi] calon pemenang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Film ini bukan dibintangi oleh Reza Rahadian atau Anya Geraldine, melainkan tiga akademisi hukum yang tidak pernah berakting di depan kamera. Tapi, begitu tayang di youtube, film ini meraih sekitar 6 juta views hanya dalam waktu 24 jam. Itulah Dirty Vote yang lagi ramai dibicarakan publik.

Hasil kolaborasi sutradara Dandhy Laksono Bersama tiga pendekar hukum, Zainal Arifin Mochtar dari Universitas Gajah Mada, Bivitri Susanti dari STHI Jentera, dan Feri Amsari dari Universitas Andalas, sukses menarik perhatian warga. Film mereka ramai dibicarakan oleh masyarakat. Film ini sebenarnya bukan film drama, action, roman, atau thriller, sebab ketiga pendekar hukum yang berperan sebagai pemain utama itu tidak berakting layaknya aktor dan artis film. Tapi, pesan penting yang disampaikan film inilah yang berhasil menyedot perhatian masyarakat.

Apa yang diunggulkan film ini padahal bukan bercerita tentang spionase, misteri, ataupun action yang biasanya menjadi daya tarik? Yang menyedot perhatian masyarakat justru pencerahan yang diberikan oleh Zainal, Bivitri, serta Feri tentang apa yang sedang terjadi di tengah-tengah kita terkait pilpres 2024 ini. Rupanya inilah yang membuat Dirty Vote dicari oleh netizen yang ingin menonton film ini—'pencerahan' mengenai apa yang sedang berlangsung di depan mata kita.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Walaupun harus mantheng mendengarkan dengan seksama uraian Zainal, Bivitri, dan Feri yang tampil bergantian dalam menjelaskan data dan fenomena, tapi obrolan yang ramai di media sosial menunjukkan bahwa masyarakat memperhatikan penjelasan ketiga ahli hukum ini. Untuk sebagian, masyarakat niscaya telah mengetahui fakta-fakta yang disebut oleh Zainal dkk. Namun, pencerahannya terletak pada bagaimana mereka bertiga mengaitkan satu fenomena dengan fenomena lain, serta membukakan mata kita mengenai substansi yang ada di balik kesalingterkaitan berbagai fenomena itu.

Zainal, Bivitri, dan Feri seperti menghubungkan titik-titik informasi yang tersebar, yang selama ini dipahami oleh masyarakat secara sepotong-sepotong. Dengan menghubungkan titik-titik itu (connecting the dots), mereka menyingkapkan makna baru dari keterkaitan berbagai informasi yang semula terlihat terpisah-pisah. Mereka membukakan wawasan baru untuk memahami informasi yang terserak tadi dan memperlihatkan bagaimana satu sama lain memiliki kaitan untuk maksud dan tujuan tertentu.

Kolaborasi mereka bertiga dengan Dandhy ini memberi kontribusi yang sangat berharga dalam mencerahkan pemahaman publik dan meluaskan horison wawasan masyarakat mengenai isu-isu penting yang relevan dan terkait dengan pemilihan umum, khususnya pilpres. Mereka berusaha melakukan proses penyadaran agar masyarakat tidak memandang terlaksananya pemilihan umum ini sebagai keberhasilan, melainkan apabila pemilihan umum dapat terlaksana secara jurdil barulah peristiwa ini bisa disebut sukses.

Kesuksesan sebuah pemilu, khususnya pilpres, bukan diukur dari terpilihnya pemimpin berdasarkan besarnya perolehan suara, tapi dari apakah prosesnya berlangsung secara jurdil dan apakah pemilu ini memperkuat penyelenggaraan demokrasi yang sehat. Mereka menunjukkan betapa upaya menegakkan demokrasi yang sehat itu telah digerogoti oleh praktek-praktek yang tidak patut. Dirty Vote bukanlah film yang dibuat untuk meruntuhkan legitimasi pihak yang merasa kemenangannya sudah dekat, tapi film ini menunjukkan bahwa potensi kemenangan itu justru diruntuhkan sendiri, setidaknya secara moral, oleh [pihak yang merasa yakin jadi] calon pemenang. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

8 jam lalu

Terpopuler