Pemilu sudah lewat dan sudah direkap oleh KPU. Hasilnya juga sudah banyak diketahui walau belum disahkan oleh KPU. Namun, hasil pemilu yang memilih anggota legislatif, DPD dan presiden-wakil presiden, menyisakan banyak pertanyaan di benak warga. Bahkan para petinggi partai di pusat pun banyak yang kebingungan dengan hasil pemilu kali ini. Bahkan muncul dugaan kecurangan dan diadakan demo. Tulisan ini bukan untuk menghakimi atau membenarkan kecurangan jika itu terjadi. Tapi menjawab beberapa pertanyaan elit politik di pusat dan beberapa pengamat politik di negeri ini.
Bukan sok tahu, tetapi mengikuti berita di media seolah hanya satu kata, pemilu curang. Alasannya, partai menang pemilu kok capresnya kalah. Di sisi lain, capres-cawapres menang kok partainya kalah. Inilah jawaban atas permasalahan yang mungkin bisa digunakan sebagai benang merah pertanyaan tersebut.
Ada beberapa alasan atas pertanyaan tersebut dan itu saling terkait. Pertama, pemilihan presiden tidak dipengaruhi oleh partai pengusung. Partai pengusung memang berpengaruh terutama saat pendaftaran ke KPU dan proses kampanye. Saat hari pencoblosan, semua itu tidak ada pengaruhnya. Jika ada pengaruhnya kecil sekali. Karena di masyarakat ada pendapat, apapun partainya presidennya memilih Prabowo.
Kedua, pemilu kali ini memilih calon legislatif, tidak memilih partai. Misalnya saja masyarakat di suatu desa. Di situ ada caleg dari partai Gerindra, padahal secara umum desa tersebut adalah basis partai banteng PDIP. Apakah mereka akan memilih partai PDIP ataukah caleg dari Gerindra yang tetangganya sendiri? Saya yakin mereka akan memilih caleg tetangganya, bukan caleg partai lain yang tidak dikenalnya. Jadi, pemilu ini memilih calon legislatif dan bukan partainya.
Ketiga, satu orang memilih partai yang berbeda dari daerah sampai pusat. Ini terjadi di mana-mana. Misalnya, satu desa ada caleg dari Gerindra untuk DPRD 2, caleg PKB untuk DPRD 1 dan caleg PDIP untuk DPR pusat. Siapakah yang dipilih warga? Apakah mereka akan.memilih Gerindra semua atau PKB semua ataukah PDIP semua? Jelas tidak. Mereka akan memilih caleg dari Partai Gerindra untuk DPRD 2, memilih caleg PKB untuk DPRD 1 dan caleg PDIP untuk DPR pusat. Artinya mereka tidak memilih partai, tetapi memilih caleg. Apalagi calegnya itu tetangga sendiri dan sudah kenal baik.
Belum lagi capresnya. Jawabannya, apapun partainya capresnya suka-suka.
Keempat, pilpres diusahakan satu putaran. Ini juga bagian dari kampanye. Masyarakat jenuh dengan kampanye presiden.dua putaran. Masyarakat berpikir berapa banyak uang hanya untuk dihamburkan memilih pemimpin, presiden dan wapres. Uangnya bisa digunakan untuk hal-hal yang lain. Misalnya, perbaikan jalan, program kesehatan dan lain-lain.
Kelima, partai menang di DPR kok capresnya keok. Prabowo menang kok Gerindra kalah. Jawaban itu bisa ditemukan pada alasan yang ketiga. Pemenang pemilu ditentukan oleh perolehan suara partai menuju Senayan alias DPR. Seperti yang saya sampaikan, partai tidak terlalu berpengaruh dalam pemilu. Masyarakat itu memilih calon yang diusung partai. Masyarakat memilih caleg berdasarkan kedekatan wilayah dan kenal dengannya. Bukan karena partainya apa. Sehingga petinggi partai perlu memahami hal itu.
Seperti di wilayah tertentu memiliki caleg pusatnya dari PDIP. Caleg tersebut memiliki kedekatan dengan warga dan didukung. Apakah mereka akan memilih presiden yang diusung partai caleg tersebut? Belum tentu.
Itu juga untuk menjawab pertanyaan Prabowo menang kok Gerindra kalah. Caleg pilih tetangganya. Gak peduli partainya apa. Presiden pilih sesukanya. Kan bebas memilih pemimpin.
Menyimpulkan tulisan di atas bahwa pemilihan presiden dan wakil presiden tidak dipengaruhi oleh partai pengusung, kecuali saat mendaftarkan di KPU. Demikian jawaban pertanyaan atas berbagai pertanyaan Prabowo menang Gerindra kalah dan PDIP menang pemilu kok calon presidennya keok. Semoga bermanfaat Terima kasih.
Ikuti tulisan menarik Rusdi Ngarpan lainnya di sini.