x

Referensi foto: Canva

Iklan

Amanda Putri Maulidya

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Maret 2024

Rabu, 20 Maret 2024 21:16 WIB

Evaluasi Pendidikan Berorientasi Konsumen

Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Evaluasi berorientasi konsumen sangat membantu institusi maupun siswa memilih produk pendidikan yang tepat.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan. Kriteria atau tolak ukur yang dipegang adalah tujuan yang sudah ditentukan terlebih dahulu sebelum kegiatan pendidikan itu dilaksanakan. Dari aspek pelaksanaan, Evaluasi adalah keseluruhan kegiatan pengumpulan data dan informasi, pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan.

Evaluasi program adalah suatu proses menemukan sejauhmana tujuan dan sasaran program atau proyek telah terealisasi, memberikan informasi untuk pengambilan keputusan, membandingkan kinerja dengan standar atau patokan untuk mengetahui adanya kesenjangan, penilaian harga dan kualitas dan penyelidikan sistematis tentang nilai atau kualitas suatu objek. Mutrofin (2010:157) menyatakan tujuan evaluasi progam adalah untuk mendapat informasi yang mungkin berguna pada saat memilih di antara berbagai kebijakan atau program alternatif untuk mencapai tujuan sosial.

Dalam dunia pendidikan, evaluasi program pendidikan dilakukan secara sistematis dan kontinu agar dapat menggambarkan kemampuan para peseta didik yang dievaluasi. Kesalahan utama yang sering terjadi di antara para guru adalah bahwa evaluasi hanya dilakukan pada saat-saat tertentu, seperti pada akhir unit, pertengahan, dan atau akhir suatu program pengajaran. Akibatnya, minimnya informasi tentang para peseta didik sehingga menyebabkan banyaknya perlakuan guru menjadi bias dalam menentukan posisi mereka dalam kegiatan kelasnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selama berabad-abad individu telat membuat evaluasi informal dan penilaian produk untuk menentukan nilai untuk perdagangan atau pembelian pada tahun 1960. Evaluasi berorientasi konsumen diformalkan karena peningkatan investasi dalam produk pendidikan memacu permintaan untuk evaluasi yang tepat. Munculnya pengujian berbasis kriteria memungkinkan untuk perbandingan kualitas dalam evaluasi program.

Konsumen merupakan pengguna produk, jasa, material, atau program tertentu. Dalam pandangan konsumen, produk yang dibeli harus dapat memberikan manfaat sepenuhnya bagi mereka dan membuat mereka merasa bahwa produk yang dibeli layak untuk dibeli. Dalam pandangan produsen produk tidak dapat disangkal berorientasi pada keuntungan dan merupakan nilai tambah jika produk atau bahan yang dihasilkan layak diklaim dan memberikan manfaat bagi konsumen. Oleh karena itu, beberapa evaluator memperhatikan efektivitas dan efisiensi. produk atau bahan yang ada di pasaran, maka munculah pendekatan untuk mengevaluasi produk, bahan serta program yang merupakan pendekatan berorientasi konsumen.

Menurut Dr.Scriven, evaluasi yang berorientasi pada konsumen dapat didefinisikan sebagai penilaian sistematik tentang hal-hal yang berharga atau bermanfaat dan menekankan bahwa para penilai harus mampu sampai pada keputusan-keputusan nilai yang dapat dipertahan dari pada sekedar mengukur sesuatu atau menentukan apakah tujuan yang telat atau belum dicapai, artinya daripada mengakui tujuan - tujuan seorang developer sebagai yang sudang ditentukan, menurut Scriven seorang penilai harus menilai apakah tujuan- tujuan yang dicapai akan menyumbang kepada kesejahteraan konsumen atau tidak.

Evaluasi berorientasi konsumen memiliki karakteristik evaluator adalah sebagai wali pengganti konsumen. Evaluator harus menarik kesimpulan evaluatif secara langsung tentang program yang sedang dievaluasi. Evaluasi dipandang sebagai proses penentuan manfaat, menentukan kelayakan, dan signifikansi dari sesuatu, dengan evaluasi menjadi produk dari proses. Evaluasi ini menganggap kesejahteraan konsumen sebagai pembenaran utama program dan memberi kesejahteraan utama yang sama dalam evaluasi program.

Didasarkan pada pandangan mendalam berdasarkan etika dan kebaikan bersama, memiliki keterampilan dalam memperoleh dan mensintesis informasi terkait, valid, dan dapat diandalkan, evaluator harus membantu pengembang menghasilkan dan memberikan produk dan layanan yang berkualitas baik dan kuat kepada konsumen (misalnya, siswa, orang tua, guru, dan pembayar pajak). Lebih penting, evaluator harus membantu konsumen mengidentifikasi dan menilai prestasi/guna/manfaat, kelayakan, dan pentingnya persaingan program, layanan, dan produk. Evaluasi berorientasi konsumen berfokus pada kebutuhan dan kebutuhan konsumen akan produk, bahan, atau program tertentu. Penekanan diberikan pada apakah produk dan bahan yang disajikan kepada konsumen bernilai atau tidak, atau hemat biaya, atau produk tersebut benar-benar berfungsi sesuai dengan fungsi dan tujuannya.

Saat pasar dibanjiri produk, terutama produk materi pendidikan, terjadi pergeseran sistem pendidikan di Amerika dimana penggunaan buku teks dikurangi dan pemerintah menginginkan sistem pendidikan dimana sekolah harus menemukan produk terbaik di pasaran untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Artinya, produk tersebut tidak pernah menjalani uji lapangan dan studi percontohan di mana pengembang memeriksa kekuatan apakah produk tersebut cocok digunakan untuk siswa sekolah. Kemudian, evaluasi berorientasi konsumen muncul dengan tujuan untuk memberikan konsumen pengetahuan tentang produk dan bahan. Karena produk dievaluasi setelah diproduksi, maka evaluasi berorientasi konsumen biasanya evaluasi sumatif.

Evaluasi berorientasi konsumen dipelopori oleh Michael Scriven. Michael Scriven (1967) adalah perintis dalam mengembangkan evaluasi berorientasi konsumen untuk program evaluasi. Menurut Scriven, evaluasi adalah proses menentukan guna/manfaat, kelayakan, dan nilai dari sesuatu, dan mengevaluasi produk berdasarkan proses.

Scriven juga menekankan bahwa evaluator harus memberikan judgmet pada nilai atau kesimpulan evaluasi-daripada hanya mengukur sesuatu atau menentukan tujuan apa yang harus dicapai. Scriven dalam The Methodology of Evaluation mendefinisikan evaluasi sebagai kegiatan metodelogic yang terdiri secara sederhana dengan menggabungkan dan mengkombinasikan performa data dengan sekumpulan skala tujuan untuk menentukan rating keseluruhan atau numerik dan dengan justifikasi berdasar (1) instrumen pengumpul data, (2) penimbang, (3) pemilihan tujuan. Scriven (1967) menciptakan istilah evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi berorientasi konsumen telah membantu berbagai lembaga pendidikan untuk membuat keputusan dalam memilih produk dan bahan yang tepat untuk individu yang ditargetkan. Oleh karena itu, dengan diperkenalkannya evaluasi berorientasi konsumen, konsumen menjadi lebih berpengetahuan dan bijaksana dalam memilih produk yang sesuai. Selain itu, evaluasi tersebut sangat membantu institusi atau pengambil keputusan yang tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan proses evaluasi untuk memiliki perspektif dan pemahaman yang jelas dalam memilih produk pendidikan yang tepat.

Selain itu, konsumen harus mengetahui bahwa taktik penjualan tidak ada hubungannya dengan efektivitas produk, oleh karena itu pengembang harus mengambil tindakan dan melaksanakan penelitian lapangan mereka dengan benar, sehingga bukti efektivitas produk disajikan. Salah satu keuntungan utama dari evaluasi yang berorientasi pada konsumen adalah bahwa hard-hitting, penilaian independen dimaksudkan untuk melindungi konsumen dari program, layanan, dan produk jelek dan untuk memandu dan menggunakan kontribusi yang terbaik dan biaya efektif sesuai kebutuhan. Penekanan evaluasi pada independensi dan obyektivitas dan penekanannya pada pencapaian penilaian yang komprehensif dari guna/manfaat, kelayakan, dan signifikansi ke dalam kredibilitas tinggi dengan kelompok konsumen.

Sementara semua hal di atas menjadi kekuatan evaluasi berorientasi konsumen, ada juga kelemahan evaluasi. Karena standar evaluasi yang ketat, pengembang produk entah bagaimana harus mematuhi syarat dan ketentuan. Efeknya adalah pengembang harus mengurangi kreativitas mereka dalam menghasilkan materi pendidikan yang kreatif, karena khawatir produk tersebut mungkin tidak cocok untuk digunakan di sekolah, atau tidak ramah pengguna. Namun, untuk mengatasi masalah ini, kolaborasi dengan sekolah tertentu sebagai uji coba lapangan atau pengujian mungkin diperlukan.

Untuk melakukan itu, perusahaan atau pengembang produk harus menghabiskan banyak uang untuk melakukan penelitian, tergantung pada itu, perusahaan atau pengembang produk harus menghabiskan banyak uang untuk melakukan penelitian, pada akhirnya, konsumen harus menghadapi konsekuensinya.Selain itu, ketergantungan pada Produk dan bahan di luar adalah ancaman yang mungkin terjadi. Inisiatif lokal seperti guru sekolah mungkin tidak mau mengembangkan bahan dan produk pendidikan sendiri karena ada berbagai jenis produk dan bahan yang akan dipilih  dari pasar.

Guru harus didorong untuk menggunakan sendiri kreativitas untuk mengembangkan produk dan materi sendiri karena pada akhirnya merekalah yang lebih mengenal siswanya, mereka harus lebih tahu materi apa yang tepat untuk siswanya untuk meningkatkan pembelajarannya, sehingga guru tidak boleh terlalu bergantung. Namun, guru juga didorong untuk menggunakan produk dan materi pendidikan dalam jumlah yang wajar untuk meringankan beban mereka dan memilih materi unik yang dikembangkan oleh pengembang produk.

Dengan adanya evaluasi berorientasi konsumen dapat sangat membantu institusi maupun siswa dalam memilih produk pendidikan yang tepat dengan melihat segala perspektif dan pemahaman. Dalam melaksanakan evaluasi berorientasi konsumen pun harus beradaptasi dengan lingkungan yang ada, yaitu beradaptasi di era society 5.0. Era society 5.0 ini menekankan pada digitalisasi yang artinya dunia kita diselimuti teknologi. Salah satu bentuk evaluasinya, yaitu menggunakan media sosial (Instagram. Facebook, Youtube dan lain-lain) dalam mencari informasi untuk memilih produk yang dapat menuntun siswa untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

 

Ikuti tulisan menarik Amanda Putri Maulidya lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu