x

Siswa senang mengikuti tadarus

Iklan

Minggu, 24 Maret 2024 14:24 WIB

Kurikulum Berbasis Spiritual dan Sosial di Bulan Ramadan

Pesan pendidikan yang terkandung dalam ramadan tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga terkait dengan spiritual dan sosial. Selama sebulan umat Islam langsung praktik pendidikan menajemen waktu dengan baik, seperti; sahur dan berbuka tepat, paket salat berjamaah (salat isya, taraweh, dan witir)

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ramadan disebut dengan bulan pendidikan (syahrut tarbiyah) sehingga disambut istimewa oleh pengelola lembaga pendidikan (sekolah/madrasah), guru dan tenaga kependidikan (GTK), serta peserta didik. Benner bertuliskan Marhaban Yaa Ramadan terbentang di pintu gerbang sekolah menghiasi kedatangannya.

Pimpinan sekolah menggelar rapat khusus membahas Proses Belajar Mengajar (PBM)  selama bulan Ramadan dengan menyusun jadwal modifikasi pembelajaran agar kegiatan lebih efektif dan efesien. PBM ditekankan pada kegiatan ekstra keagamaan sehingga peserta didik dapat mempraktikkan langsung di sekolah dengan harapan dapat berimbas dalam kehidupan sehari-hari.

Pesan pendidikan yang terkandung dalam ramadan tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga terkait dengan spiritual dan sosial. Selama sebulan umat Islam langsung praktik pendidikan menajemen waktu dengan baik, seperti; sahur dan berbuka tepat, paket salat berjamaah (salat isya, taraweh, dan witir).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Di samping itu, seorang diajarkan untuk berkata baik dan menahan keinginan nafsu di luar kemampuan nalar sehat, serta pendidikan sosial peduli sesama. Maka Ramadan menjadi momen yang baik untuk diterapkan dalam satuan pendidikan formal dengan modifikasi jadwal sesuai dengan kebutuhan selama Ramadan. 

Dasar perintah melaksanakan puasa sebagaimana dalam QS. Albaqarah: 183 yang diawali dengan kata beriman dan diakhiri kata bertakwa. Dua kata tertulis dengan dengan jelas dalam tujuan Pendidikan Nasional, maka bisa dipastikan ruh yang terkandung di dalamnya ingin membangun spiritualisme pada diri pesert didik.

Tujuan Pendidikan Nasional sebagai berikut: “Pendidikan Nasional untuk berkembangnya potensi peserta agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” (UU Nomor 20 Tahun 2003: Pasal 3).

Sekolah menerapkan beragam kegiatan selama Ramadan diikuti peserta didik dengan antusias dan menyenangkan, seperti; Pondok Ramadan atau Pesantren Kilat, praktik memandikan jenazah, salat dhuha dan dhuhur berjamaah, berbagi takjil, serta pengumpulan zakat fitrah bagi seluruh peserta didik.

Modifikasi PBM selama Ramadan berlangsung menjadi salah satu praktik baik dan menjadi tradisi sekolah, bahkan pembelajaran di bulan Ramadan sebagai salah satu bentuk pembelajaran yang inovatif dan fleksibel sesuai dengan semangat dalam Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM).

Banyak sekolah umum yang menyelenggarakan Pondok Ramadan atau Pesantren Kilat selama 3 hari sampai sepekan dengan mandiri atau bekerja sama dengan pondok pesantren (boarding school). Tujuannya supaya peserta didik merasakan tinggal di pesantren sebagaimana peserta didik yang menuntut ilmu di pesantren.

Di samping itu, peserta didik bisa belajar nilai-nilai kepesantrenan, seperti; kemandirian (i’tamadu alan-nafsi), kebersamaan (syarakat), kesederhanaan (zuhud), rendah hati (tawadhu’), kesetiakawanan (ta’awun), ketulusan (ihlash), kemasyarakatan (mujtama’iyah), dan sebagainya.

Sistem boarding shcool (pesantren) yang terapkan sekolah umum selama Ramadan diharapkan mampu menjadi titik awal kesadaran spiritual dan sosial bagi peserta didik. Walaupun waktunya tergolong singkat, tetapi menjadi pembelajaran kehidupan selama tinggal di asrama.

Contoh pembelajaran paling sederhana dalam kurikulum Ramadan adalah menanamkan nilai kemandirian dan kebersamaan. Selama kegiatan Pondok Ramadan peserta didik hidup secara mandiri berpisah sementara dengan orangtunya, maka kepada teman-temannya membutuhkan bantuan.

Selanjutnya akan timbul nilai kebersamaan dalam menghadapi tantangan dalam kehidupan, suka dan duka akan dihadapi bersama-sama sebagai bentuk kesetiakawanan sosial. Pondok Ramadan menjadikan peserta didik sebagai santri sementara selama 3 sampai 7 hari, namun dampaknya positif dan sebagai pengalaman kehidupan yang tidak terlupakan.

Ikuti tulisan menarik Ali Efendi (Ka. SMPM-14 PP. Karangasem Paciran – Tinggal di Kampung Nelayan Lamongan) lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler