
Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB
[Banjir Jakarta] Bukan Payung, Tetapi Perahu Karet Pak Gubernur
Hujan sudah datang banjir menjelang. Bukan Payung tetapi perahu karet yang dituhkan warga Jakarta
Dibaca : 2.340 kali
Sedia Perahu Karet Sebelum Hujan (sumber okezone.com)
Falsafah nenek moyang yang berbunyi sedia payung sebelum hujan sudah tidak relevan lagi bagi warga Jakarta. Walaupun makna harfiah dari pepatah itu bukan khusus soal hujan air saja namun pesan itu bermakna lebih dalam yaitu agar manusia dalam segala hal apapun seharusnya berjaga jaga sebelum datang masalah bin musibah. Bersiaga memproteksi diri seoptimal mungkin secara mental, finansial, material dan sosial agar warga mampu mengatasi persolaan yang datang tiba tiba dan tidak terduga.
Musim hujan sudah tiba. Diawal November air hujan sudah mulai rajin membasahi ibu kota. Hampir setiap hari terutama di sore hari hujan turun deras merata di seantero wilayah Jakarta. Bulan Desember mungkin sampai Januari 2015 seperti perkiraan BKMG curah hujan akan semakin tinggi. Tentu saja curahan hujan ini akan mengakibatkan banjir di daerah langgagan genangan air. Air itu mengepung Jakarta kecuali Istana Merdeka yang terjaga. Seperti biasa banjir akan melumpuhkan Jakarta. Kesibukan kota terpadat sedunia ini akan rehat sejenak sehubungan datangnya tamu kehormatan dari Kota Bogor dan dari Pulau Seribu.
Peran Payung memang sangat penting di musim hujan. Kemana mana warga menambah kelengkapannya sebelum keluar rumah untuk berjaga jaga kalau hujan turun tiba tiba. Alat kelengkapan warga sekarang bukan sekedar payung yang selalu ada di tas besar ibu ibu, tetapi sekarang alat kelengkapan itu bertambah menjadi mantel, jas hujan dan bahkan boat atau perahu karet. Dalam kondisi hujan lebat ada baiknya warga berteduh ketika berada dalam perjalanan menuju kantor atau untuk kegiatan keseharian lainnya. Namun terkadang ada warga yang nekad menerobos hujan karena tanggung jawabnya kepada pekerjaan agar periuk nasi di dapur rumah tetap berasap.
Soal terobos menerobos hujan itulah yang rawan kecelakaan. Jalan berlobang tidak terlihat lagi karena tertutup genagan air. Sering sekali terjadi pemotor ke jeblos ke dalam lobang atau liang dijalan protokol yang lupa di perbaiki oleh Pemda DKI. Korban berjatuhan sementara kesiapan Pemda DKI dari tahun tahun nampaknya tidak begitu serius menangani masalah rutin ini. Penerobos abadi hujan itu hanya akan terhenti ketika mereka tidak mampu lagi melewati banjir setinggi roda motor. Kondisi inilah yang bisa menghalangi para pemotor sampai di tempat tujuan.
Nah bagaimana dengan kesiapan warga menghadapi banjir setinggi atap rumah ? Payung produk Tasimalaya sudah tidak berguna. Sekarang andalan warga adalah perahu karet. Itupun kalau disediakan oleh Pemda DKI. Kalau tidak terpaksa warga swadaya , menggunakan ban bekas atau alat lainnya untuk menyelamatkan diri (evakuasi) dari air bah banjir yang datang tiba tiba. Kali Ciliwung nampaknya tidak bisa diajak kompromi. Derasnya air yang datang berombongan ibarat konvoi karnaval melewati bendungan katu lampa Depok hanya bisa diterima dengan doa. Doa selamat semoga tidak ada warga hanyut terutama yang bermukim terpaksa di bantaran kali.
Perahu karet sangat besar perannya untuk melakukan patroli di sekeliling wilayah banjir. Evakuasi warga yang terkurung banjir harus terus dilakukan terus menerus, jangan sampai ada warga yang kehausan (kelaparan) di tengah lautan air. Apakah perahu karet itu sudah didistribusikan ke setiap kelurahan rawan banjir ataukah pemda DKI hnaya pasif menunggu korban terlebih dahulu baru memberi bantuan, semua pertanyaan itu terpulang kepada Om Ahok.
Ya Sedia Payung sebelum hujan, sudah hilang dari perbendaharaan pepatah warga jakarta. Kini nasehat nenek moyang itu dengan segala kerendahan hati dan keterpaksaan di ganti menjadi Sedia Perahu Karet Sebelum Hujan.
Salam salaman
Warga Betawi
Suka dengan apa yang Anda baca?
Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.
12 jam lalu

Saat Wabah, Larangan Masuk Warga Asing Mestinya Tanpa Pengecualian
Dibaca : 361 kali
1 hari lalu

Hanya Rakyat Jelata yang Tak Boleh Berkerumun; Tebang Pilih Penegakan Prokes Covid-19
Dibaca : 401 kali
1 hari lalu

Hore, Luhut Pandjaitan dan Keponakannya Mendapatkan Jabatan Baru!
Dibaca : 556 kali
1 hari lalu

Pelayanan Kesehatan Primer Mutlak Dikuatkan untuk Menyelamatkan Sistem Kesehatan Indonesia
Dibaca : 330 kali
1 hari lalu

Pesona Kinerja dan Return Reksa Dana Pasar Uang di Masa Pandemi Covid-19
Dibaca : 360 kali
4 hari lalu

Ketua Satgas Covid-19 Umumkan Positif: Nah, Begitu Bagus!
Dibaca : 1.115 kali
4 hari lalu

8 Aplikasi yang Tepat untuk Kalian yang Hobi Menulis, Asah Bakatmu Mulai Dari Sekarang!
Dibaca : 798 kali
2 hari lalu

Data Wabah, Akurasi Lemah Pengambilan Keputusan Bisa Salah
Dibaca : 768 kali
4 hari lalu

Berkat Pertamina, UMKM Naik Kelas dan Menjadi Berkah untuk Warga Sekitarnya
Dibaca : 745 kali
Kamis, 21 Januari 2021 13:30 WIB
