x

Iklan

arjunaputra aldino

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Dunia Virtual dan Maria Montesori

Dan kini kita hidup di dunia yang dibangun oleh realitas virtual (virtual reality), dimana segala bentuk peristiwa dunia dan bendawi yang kongkret kini mencoba di transformasikan ke dalam bentuk virtual yang maya yang di mediasi oleh layar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Bermain layang-layang di pematang sawah, mencetak tanah liat dan bermain segala jenis permainan seperti petak umpat, kelereng sampai gobak sodor di tanah lapang merupakan sederet kisah tentang riwayat masa anak-anak bagi mereka yang mengalaminya. Namun kini sawah tak lagi ada layang-layang dan tanah lapang pun terlihat lengang bahkan tak sedikit tanah lapang yang sudah berganti wujud menjadi toko atau bank. Lantas, dimana kah anak-anak kini bermain? Kini anak-anak cukup bermain di dalam bilik-bilik warung game online, cukup duduk bersimpuh bersama android atau gadgetnya. Kini mereka tak perlu bersusah payah mengajak temannya untuk pergi bermain.

Tak perlu berkotor-kotor pergi ke sawah, dan tak perlu berlarian di tanah lapang. Game online, android atau gadget menawarkan segala rupa permainan, dari memelihara binatang sampai petualangan dan perang. Mereka tak perlu bersusah payah membuat permainan dengan tanah liat, tak perlu membeli orang-orangan di paman-paman depan sekolah. Game online dan androidnya menyediakan segala tipe permainan, aneka bentuk rangsangan dan aneka efek kegembiraan. Mungkin inilah zaman, tak mungkin ia berjalan stagnan. Dunia sekarang menuntut adanya efisiensi dan efektivitas, dan untuk memenuhi tuntutan ini ia juga mensyaratkan perkembangan teknologi. Teknologi akan terus berkembang untuk memenuhi permintaan zaman, memenuhi keinginan manusia dan ia tak akan bisa di bendung.

Dan kini kita hidup di dunia yang dibangun oleh realitas virtual (virtual reality), dimana segala bentuk peristiwa dunia dan bendawi yang kongkret kini mencoba di transformasikan ke dalam bentuk virtual yang maya yang di mediasi oleh layar. Pematang sawah dan tanah lapang kini dapat di temukan di dalam layar, layar menyediakan aneka ruang. Kini layar telah menggantikan keberadaan ruang kongkret menjadi ruang virtual. Layar membangun ruang di “dalam dirinya sendiri” yang terlepas dari dunia, ia menyajikan potret dunia melalui spektrum penampakan. Bahkan ia membangun dunia yang bukan lagi dunia, namun dunia yang berada dalam horizon citra. Sebagai dampak, kesadaran yang pada awalnya dibangun oleh pengalaman langsung melihat objek, kini diciutkan menjadi pengalaman melihat citra. Tak menutup kemungkinan, kesadaran manusia dari hari ke hari terpasung dan terenggut oleh kekuatan layar. Bahkan di tengah kepungan citra di dalam layar, manusia digiring untuk lebih banyak melihat ketimbang berfikir, lebih banyak menatap ketimbang merefleksikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pesona citra di dalam layar tak hanya memancangkan mata kita pada apa yang kita dilihat, tetapi ia sekaligus membius dan memabukan bahkan membungkam kemungkinan untuk berfikir dan merefleksikan tentang apa yang kita lihat itu. Tak hanya itu, saat manusia masuk ke dalam horizon citra di dalam layar, ia terdorong untuk mengidentifikasikan dirinya dengan konsep-konsep diri yang dibangun oleh dunia virtual seperti wanita putih, langsing, pria jantan dll. Sehingga dunia virtual di dalam layar membentuk subjektivitas setiap diri manusia. Yang menurut Lacan hal ini merupakan proses subjektivikasi palsu yang mengarahkan subjek pada sebuah konsep diri, yang sesungguhnya adalah diri sang lain yang bukan dirinya, akan tetapi diterima sebagai kebenaran tentang diri dan ada. Kebenaran diri dimanipulasi melalui layar, yaitu melalui bingkai tatapan yang dibangun di dalamnya. Di dalam dunia macam ini, manusia dirantai ke dalam rantai citra dan terasing dari dirinya sendiri. Manusia dan dunianya di definisikan oleh bingkai yang diciptakan dunia virtual. Sehingga layar tak hanya menproduksi ruang dan waktu tetapi sekaligus terdapat upaya pembingkaian ideologis dunia kehidupan. Ia memproduksi keyakinan ilusif, penampakan palsu yang berakhir dengan pembentukan kesadaran palsu.

Lebih jauh, dunia virtual menciptakan jarak antara dunia realitas dan kebenaran yang sesungguhnya. Ia melunturkan perbedaan antara “apa yang tampak” dengan “apa yang benar”. Dan manusia seringkali terperangkap oleh konstruksi dunia virtual ketika ia masuk ke dalam pembedaan antara penampakan dan kebenaran. Bahkan penampakan yang disajikan oleh dunia virtual telah menjadi kenyataan itu sendiri. Dunia virtual tak lagi menghadirkan “ada” di dunia melainkan telah menjelma menjadi dunia tersendiri yang melaluinya pandangan dunia dan eksistensi manusia dibangun. Penampakan yang disajikan oleh layar hadir di depan mata kita sebagai model kebenaran, yang juga menggiring pada model melihat. Ia membingkai sesuatu sekaligus membingkai cara kita melihat sesuatu. Ketika kita hanyut di dalamnya, maka menutup berbagai potensi dan kemungkinan cara melihat (kebenaran) yang lain. Cara kita memahami dan memaknai dunia kehidupan di bingkai oleh model melihat yang disajikan oleh dunia virtual. Dunia yang di bawah dominasi struktur tatapan yang ditanamkan oleh dunia virtual.         

Dunia virtual melalui horizon citra telah memangsa dan merenggut segala yang “ada” di dunia. Ia mengambil alih pandangan kita terhadap dunia hingga mencerabut kita dari dunia kehidupan itu sendiri. Bahkan eksistensi manusia di dalam dunia kehidupan, digantikan oleh eksistensi “ada di dalam layar”. Dunia maya layaknya sosial media merupakan contoh dari hal ini. Dalam keadaan demikian, seperti yang diungkapkan Miller bahwa subjek menempatkan dirinya ke dalam tataran simbolik melalui samaran penanda dan dengan cara itu ia memperoleh kesenangan namun mengorbankan “ada”. Yang ada kemudian kita digiring ke arah pendangkalan bahasa, banalitas dan simulakra, yaitu lebih diutamakannya efek-efek permukaan, ketimbang makna, tujuan dan kebenaran. Dunia menggelembung oleh informasi yang tak dapat lagi dicerna pesan-pesannya, oleh hutan rimba citraan yang tak dapat lagi ditafsirkan makna-maknanya; oleh tontonan yang tidak lagi menimbulkan konsekuensi apa-apa pada pembangunan manusia berkualitas. Sebuah dunia yang di dalamnya setiap tanda dan bahasa hidup seketika di dalam surga simulasi, yang kemudian lenyap tak berbekas ke dalam kehampaan makna. Di dalam dunia banalitas informasi ini, apa pun diubah menjadi tontonan. Ia berputar, berkembang, dan membiak tanpa henti dalam kecepatan tinggi, tanpa pernah berkaitan dengan realitas. Ia menjadi semacam ekstasi, yang berlangsung begitu saja, tanpa memerlukan fondasi makna, logika, dan landasan.

Di era realitas virtual yang demikian intimnya anak-anak dengan game onlinenya, tak pernah lepasnya ia dengan gadgetnya membuat mereka terbius dan terlelap olehnya. Kekhawatiran ini diungkapkan oleh pendidik Italia, Maria Montesori bahwa ketika anak-anak bermain hal-hal yang menawarkan fantasi, ia cenderung bersifat pasif dan menelan mentah-mentah segala impresi yang di jejalkan. Mereka menjadi percaya pada hal-hal yang fantastik, karena mereka belum mempunyai kekuatan untuk memilah dan menilai. Walau dunia anak adalah dunia fantasi. Namun ia takut jika anak-anak terlalu terlelap oleh fantasi, maka anak kehilangan ikatannya dengan realitas. Ia takut anak-anak akan kehilangan kemampuan untuk menghadapi dunia nyata dan mundur ke dalam imajinasinya sendiri. Baginya hal-hal imajiner dan fantasi hanya mendukung anak untuk tercerabut dari realitas. Montesori lebih bersepakat jika kita ingin anak-anak menjadi kreatif, maka tugas orang dewasa ialah membantu mereka mengembangkan kekuatan observasi dan pemilahan mereka terkait mana yang nyata dan mana yang tidak, bukannya mendukung mereka untuk tenggelam ke dunia yang tak nyata.

Ikuti tulisan menarik arjunaputra aldino lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu