Miris. Itu yang selalu saya rasakan tiap kali kontingen Indonesia berlaga di kejuaraan multicabang di luar negeri. Mulai dari SEA Games, Asian Games, hingga Olimpiade. Prestasi olahraga tanah air seperti tak ada kemajuannya, bahkan terkesan cenderung terus menurun.
Kali ini di Singapura, kejuaraan antara negara-negara Asia Tenggara tengah berlangsung. Hari-hari beranjak sejak pembukaan dilakukan pada 5 Juni lalu tapi posisi Indonesia hanya berkutat di posisi ketiga dan keempat klasemen.
Tuan rumah Singapura terkesan begitu digdaya. Sebagai tuan rumah, kadang memang suatu negara diuntungkan karena pemilihan cabang olahraga tambahan yang menguntungkan mereka. Tapi, Singapura tampaknya tak melakukan itu. Medali emas yang mereka raih tersebar dari berbagai cabang yang sudah rutin jadi langganan dipertandingkan di SEA Games.
Adapun Indonesia terus tampil kedodoran. Renang jeblok. Atletik minim kejutan. Belada diri tak ada keajaiban. Tak heran bila perolehan medali emas pun hanya landai-landai saja.
Jadi, apa yang salah? Kita tak pernah belajar. Sebelum Asian Games lalu, kita dihadapkan pada kenyataan buruknya persiapan. Tapi, pada SEA Games kali ini, hal sama terulang lagi. Perlatan para atlet bahkan ada yang benar-benar tak sampai hingga mereka berangkat ke Singapura. Tentu ada seribu alasan bisa diberikan, tapi satu yang pasti hal itu juga menunjukkan keseriusan kita dalam mempersiapkan diri.
Kita sebenarnya perlu terobosan pembinaan. Memang, sudah ada satuan pelaksana program Indonesia emas (Satlak Prima) yang dibentuk dan berjalan. Sayangnya, di bawah kendali mereka pula, pemusatan latihan terkesan tak maksimal: peralatan telat datang dan sejumlah uji coba yang dijadwalkan atlet batal terlaksana.
Yang terlihat menonjol, menjelang persiapan SEA Games ini justru terjadi gesekan dan perebutan pengaruah antara Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) dan Komite Olimpiade Indonesia (KOI). Ada juga Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI), yang dibekukan Kementerian Pemuda dan Olahraga, sehingga tim sepak bola SEA Games nyaris gagal berlaga karena Indonesia sudah dihukum FIFA.
Dengan kondisi lembaga-lembaga pembina olahraga yang seperti itu rasanya terlalu berlebihan bila kita bisa berharap para atlet bisa meraih prestasi maksimal. Jadi, bila Anda berharap Indonesia bisa segera memiliki prestasi membanggakan di sektor olahraga, Anda tak ubahnya seperti sedang mimpi di siang bolong. (*)
Ikuti tulisan menarik Mang Ujang lainnya di sini.