x

Ilustrasi musim hujan/awan mendung di Jakarta. TEMPO/Frannoto

Iklan

Gusrowi AHN

Coach & Capacity Building Specialist
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Rutinitas 'Tak Biasa' Bermanfaat 'Luar Biasa'

Refleksi Diri itu mengedepankan pemikiran ‘positif’ dibanding ‘negatif’, dan melihat pengalaman ‘negatif’ dengan kaca mata ‘positif’.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seberapa pengalaman anda memberikan ruang untuk ber-refleksi diri di penghujung tahun? Jawaban ‘ngawur’ saya, banyak yang tidak berpengalaman melakukannya. Walaupun hanya sekali setahun, refleksi diri belum menjadi ritual dan kebiasaan bagi kebanyakan orang.  Hal ini masih sangat jauh populernya dibanding ritual-ritual refleksi berbasis agama  ataupun spiritual (baca: introspeksi) terkait ‘kesalahan-kesalahan (baca:dosa) yang telah dilakukan. 

Yang saya maksud dengan refleksi diri disini mengacu kepada proses melihat kembali situasi, peristiwa, kejadian, dan berbagai pengalaman yang sudah dialami dan dijalani selama setahun terakhir. Mengevaluasi apa yang baik, apa saja yang masih perlu ditingkatkan. Kemudian menarik berbagai pembelajaran, memunculkan berbagai pemikiran, dan merumuskan rencana aksi yang akan dilakukan. 

Tentunya, fokus yang menjadi pijakan dalam melakukan refleksi tidak saja pada hal-hal negatif ataupun kesalahan  yang kita lakukan. Namun, justru mengedepankan pemikiran ‘positif’ dibanding ‘negatif’-nya. Melihat pengalaman ‘negatif’ dengan kaca mata ‘positif’, dan juga, melihat pengalaman menyenangkan sebagai energi positif yang harus terus dijaga dan terus diperbarui agar lebih baik lagi di kemudian hari.  Hal yang tak kalah penting adalah memunculkan pemikiran baru dari keseluruhan proses pengalaman yang ada,kemudian menjadikannya pondasi untuk merumuskan dan menentukan langkah-langkah berikutnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi kebanyakan orang refleksi diri bukanlah ‘hal biasa’ yang mereka lakukan. Ber-refleksi memerlukan keterampilan tersendiri, dan memang tidak mudah melakukannya.

Bercermin dari pengalaman saya meminta para partisipan pelatihan melakukan refleksi pembelajaran, walaupun sudah diberikan ‘panduan pertanyaan reflektif’ dengan detail, ternyata tidak banyak yang sesuai harapan. Adalah mudah melihat sisi-sisi negatif dari berbagai pengalaman, demikian juga melihat manfaat (sisi positif) dari pengalaman yang dialami. Kesulitan muncul, ketika menarik ‘hikmah’ dan pembelajaran  dari apa yang dialami bagi dirinya untuk kebaikan di kemudian hari.

Untuk bisa melakukan refleksi diri secara mendalam, tentunya tidak ada yang bisa mengalahkan jurus karena “biasa melakukan”. Sebagaimana orang bisa menulis dengan baik, karena biasa ‘menulis’. Ataupun, orang sangat mahir berkomunikasi di depan umum, karena ‘terbiasa’ melakukannya. Demikian juga dengan keterampilan berefleksi diri, tak perlu menunggu akhir tahun untuk melakukannya. Semakin sering melakukannya, makan semakin terbiasa, dan mudah.

Refleksi diri yang berhasil akan sangat membantu meningkatkan kualitas “resolusi tahun baru” kita. Karena, capaian-capaian yang ingin kita raih di tahun yang akan datang, berasal dari proses refleksi yang mendalam, dan diolah menggunakan berbagai pendekatan  serta sudut pandang yang beragam. Hasilnya, sebuah resolusi tahun baru yang ‘membumi’, tidak mengawang di ‘awan’, dan Insya Allah luar biasa!!!. Selamat Tahun Baru 2016. #gusrowi.

 

 

Ikuti tulisan menarik Gusrowi AHN lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

11 jam lalu

Terpopuler