x

Guru membimbing murid SDN Dayeuhkolot yang tengah belajar di ruang tamu rumah warga yang tidak kebanjiran, di Kampung Bolero, Dayeuhkolot, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, 8 Maret 2016. TEMPO/Prima Mulia

Iklan

Hazimah Zauhara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ketika Pencetak Generasi Terabaikan

Kesejahteraan guru di negeri ini bak sampah yang tak bernilai atau lebih kronisnya kini kondisi mereka berada di ambang titik yang mengenaskan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Abai? Ya kini kesejahteraan pahlawan tanpa tanda jasa di negri ini bak sampah yang tak bernilai atau lebih kronisnya kini kondisi mereka berada diambang titik yang mengenaskan. Hal ini terbukti dengan gaji yang mereka peroleh sangat jauh dibawah standar. Sebagaimana yang di alami oleh seorang guru honorer, Bayu Prihartanto(29), warga Wukirsari, Desa Baleharjo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunung Kidu, ia mengungkapkan gaji yang diterimanya dibawah upah minimum, hanya sekitar Rp 300.000 perbulan. Sebanyak Rp 200.000 daari sekolah ditambah honor dari kabupaten sebesar Rp 100.000. “Yang pasti sebulan Rp 200.000 kalo honor dari Kabupaten tidak mesti satu bulan sekali, kadang 3 bulan baru dapat” ucapnya (Kompas.com 25/09/2015). Selepas mengajar, ia mengais rezeki melalui warung makan yang ia buka di pinggir jalan dari jam 5 sore hingga 11 malam. Tidak cukup itu, ia lantas melamar menjadi penulis lepas (freelance) disebuah kantor berita online lokal di Kabupaten Gunung Kidul dengan upah Rp 10.000 setiap berita yang tayang. Sungguh miris.

 

Fatamorgana Keadilan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Kondisi yang miris ini sangat berbanding terbalik dengan keadaan para perusak generasi bangsa. Merekalah public figure seperti artis, penyanyi, boyband, girlband, dan segudang lainnya yang dengan mudahnya merusak generasi bangsa dan menjajah pemikirannya. Melalui ide yang mereka bawa entah lewat film atau lagu mereka ubah gaya hidup para remaja dengan ke glamour-an, popularitas, dan kemewahan yang hanya sekejap saja. Mereka rusak tujuan hidup generasi bangsa hanya agar berorientasi pada materi semata mereka ajarkan kepada remaja cara gaul bebas. Mereka tukar lantunan ayat suci Al-Qur’an dengan musik yang menyesatkan. Mereka propagandakan idola semu bagi cermin kehidupan. Semangat menuntut ilmu tergadaikan dengan gemerlapnya dunia. Dan mereka telah membuat generasi bangsa ini dan generasi kaum muslim khususnya semakin jauh dan bahkan tidak mengenal jati diri dan tujuan hidupnya.

 

Dengan seabrek masalah yang mereka ciptakan, justru mereka mendapat apresiasi yang menjanjikan dari semua kalangan. Mereka bebas melancong sana-sini, hidup bergelimangan dengan harta, dan tentu saja upah yang mereka dapatkan sungguh luar biasa besarnya. Seperti upah yang diterima oleh Agnes Mo untuk sekali tayang bisa mencapai 100 juta rupiah. (http://media-online.id/2014/10/) “Untuk acara show sendiri, Agnes menerima bayaran paling tinggi dibandingkan dengan artis-artis Indonesia lainnya, yaitu berkisar seratus juta rupiah. Sementara untuk bernyanyi, tariff yang diterima tergantung pada lagu yang dibawakan. Namun, untuk konser tunggal Agnes menerima bayaran dalam jumlah milyaran rupiah, dan untuk iklan per produk juga mencapai kisaran milyaran rupiah.”

Sudah menjadi rahasia umum bahwa bertahan hidup di tengah krisis ekonomi yang kian mencekik tentu bukanlah hal yang mudah walaupun hanya untuk mencari sesuap nasi. Lalu bagaimana dengan kondisi guru-guru kita selama ini yang telah mengabdi tanpa pamrih? Tentu saja para guru mengalami tekanan hidup yang sangat berat ditengah sulitnya mengais rezeki di zaman yang semakin kacau seperti sekarang. Bayangkan, dengan gaji setiap bulan hanya Rp 300.000 lalu pengajaran terbaik seperti apa yang bisa dipersembahkan? Padahal di waktu yang sama para guru juga dituntut untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ditengah desakan ekonomi yang kian meroket.

 

Akhirnya para gurupun disibukkan untuk mengejar materi semata tanpa memperhatikan tanggung jawabnya dalam mengajar. Para guru sering meninggalkan kelas tanpa alasan, membebani murid dengan berjuta tugas tanpa penjelasan, dan terkadang menjadikan murid sebagai pelampiasan atas tekanan yang dirasakan. Dan disatu sisi semangat belajar para muridpun sudah tergerus oleh pengaruh para artis yang mereka idolakan. Akibatnya dari sistem pendidikan yang amburadul ini lahirlah generasi-generasi yang mengalami krisis multidimensi :

 

    •    Krisis Ideologi

Lahir generasi sekularistik-materialistik-hedonistik yang tak memiliki orientasi dan tujuan kehidupan untuk meraih ridho Allah.

 

    •    Krisis keyakinan Aqidah

Tak sedikit generasi muslim yang latah merayakan V-Day atau Natal bersama.

(www.satuislam.org 27/12/2015)“Sudah biasa teman-teman remaja masjid membantu perayaan Natal di Gereja HKBP karena perbedaan agama bukan penghalang untuk saling membantu,” kata seorang remaja Masjid Luhur Al Manshurin, Hadi Masbullah di Jember, Jumat 25 Desember 2015.

 

    •    Krisis Sosial Budaya

Indonesia darurat zina di kalangan generasi mudanya.

(Islampos.com 19/01/2015) “Menurut Kominfo setelah dilakukan riset kepada 1200 pelajar SMP dan SMA di 12 kota besar di Indonesia. Hasilnya mengejutkan, 97 persen pelajar Indonesia pernah dan suka membuka situs porno. Dan yang lebih mengerikan lagi, 61 persen diantaranya sudah melakukan hubungan intim diluar nikah.”

 

    •    Krisis Intelektualitas

Kini generasi muda yang hanya mengejar kebahagian yang semu akibatnya mereka kehilangan semangat dalam menuntut ilmu yang di perintahkan oleh Sang Pencipta. (www.kompasiana 22/07/2014) ”Data yang didapat dari Education For All (EFA) Global Monitoring Report 2011 yang di keluarkan oleh UNESCO diluncurkan di New York indeks pembangunan pendidikan atau Education Development Index (EDI) berdasarkan data tahun 2008 adalah 0,934. Nilai itu menempatkan Indonesia di posisi ke-69 dari 127 negara.”

 

    •    Krisis Moral

Sistem pendidikan di negeri ini turut mendistorsi watak anak didik yang sangat memprihatinkan, yakni bobroknya moralitas pada anak didik.

(Islampos.com 27/10/2012) “Tawuran pelajar yang makin sering terjadi, salah satunya tawuran antar SMU 6 dan SMU 70 Jakarta yang sampai menjatuhkan korban jiwa pada 24 September lalu. Bahkan dikalangan mahasiswa pun sama, salah satunya tawuran mahasiswa Fakultas Teknik dengan Fakultas Seni dan Desain di Universitas Negeri Makassar, 11 Oktober lalu yang sampai merusakkan bahkan menghancurkan fasilitas dan gedung kampus.”

 

Janji Manis Sang Pengusa

 

Janji hanya sekedar janji bak menggantang asap yang entah kapan janji ini akan terealisasi. Sikap pemerintah dalam menghadapi tuntutan para guru yang meminta kesejahteraan yang layak seolah tak didukung dengan kerja nyata. Bak lingkaran setan yang tak berujung solusi yang ditawarkan hanyalah solusi basi tambal sulam yakni memperbaiki satu bidang tapi merusak bidang lainnya begitu hingga seterusnya.

Tanggapan pemerintah atas gaji guru honorer sebagaimana dikutip dari Okezone.com (09/04/2015) “Sejak akhir Desember 2014 pemerintah mencanangkan direktorat khusus penanganan guru. Namun nampaknya pemerintah belum memiliki solusi untuk permasalahan guru honorer.Ketua Umum Pengurus Besar (PB) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Sulistyo mengatakan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebetulnya sudah memiliki badan khusus yang mengurusi masalah guru bernama badan pengembangan sumber daya manusia (BPSDM). Tugas pokoknya adalah menangani persoalan guru mulai dari pembinaan atau peningkatan kompetensi, hingga tunjangan sertifikasi. Semuanya ditangani satu pintu, termasuk juga guru honorer.”

 

Kenapa Bisa?

 

Akar masalah lingkaran setan dari sistem pendidikan di negeri ini tak lain dan tak bukan adalah diterapkannya sistem kapitalisme sekulerisme.Ya, kapitalisme sistem hidup yang telah membawa pendidikan di negeri ini masuk ke dalam jurang ke hancuran. Ideologi kapitalisme tegak atas tiga pilar, yaitu Sekulerisme, asas manfaat, dan kebebasan secara mutlak. Yang membuat para guru dan muridnya semakin jauh dari aqidah islam.

Tetap hidup dalam kapitalisme hanya akan membuat para guru menderita dan terhina. Padahal guru adalah tulang punggung pendidikan nasional yang bisa jadi akan menentukan nasib bangsa ini ke depan tapi Kapitalisme telah mencetak guru-guru yang hanya berorientasi pada materi dan keuntungan semata tanpa menanamkan kewajiban untuk mendidik muridnya hingga faham dan menjadi generasi cemerlang. Sungguh saat ini kita telah menyaksikan kegelapan dan kesempitan hidup dalam kapitalisme. Maka sudah saatnya kita membuang dan mencampakkan kapitalisme

 

Problem Solving

 

Kita merindukan kehidupan yang mampu mensejahterakan kehidupan para guru, mengayomi guru dengan upah yang maksimal dan tentu saja mencetak guru-guru yang berkepribadian islam. Kita mendambakan kehidupan yang menjadikan generasi ini bangkit dan maju dengan ketinggian syaksiyah dan tsaqofah. Yang kita dambakan akan terwujud dengan islam dalam naungan Daulah Khilafah ala Manhaj Nubuwwah.

Khilafah adalah Model negara yang menerapkan sistem islam secara kaffah yang mampu melindungi dan mensejahterakan para guru dan muridnya. Yang akan menjaga remaja dari serangan ide asing yang menghancurkan dan melemahkan, karena khilafah menjadikan islam sebagai visi hidup yang menjawab tuntutan akal dan fitrah manusia, menjadikan islam seperangkat aturan yang menuntaskan persoalan dalam kehidupan.

 

Gambaran Sistem Pendidikan Islam

 

Di dalam Islam, pendidikan adalah kebutuhan pokok seluruh rakyat yang wajib dipenuhi oleh Negara (Daulah Khilafah). Oleh karena itu, Negara menjamin setiap rakyatnya baik laki-laki maupun perempuan dari segala kalangan mendapatkan pendidikan berkualitas tanpa memungut biaya.

Pelaksanaan pendidikan formal di masa kejayaan Islam, berdasarkan sirah Rasul hingga masa tarikh Daulah Khilafah, dapat dideskripsikan sebagai berikut:

    •    Kurikulum pendidikan didasarkan pada Aqidah Islam. Dengan keyakinan penuh bahwa untuk mewujudkan generasi berjiwa pemimpin memerlukan kurikulum berkualitas yang disusun berdasarkan dan berorientasikan ideology Islam bukan pasar. kesadaran ini dimanivestasikan dengan memandang keridhoan Allah swt sebagai kebahagiaan tertinggi, dan keterikatan kepada syariat Allah swt adalah hal yang mutlak

    •    Mata pelajaran dan metodologi pendidikan disusun sejalan dengan asas Aqidah Islam.

    •    Tujuan penyelenggaraan pendidikannya merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan Islam yang disesuaikan dengan tingkatan pendidikannya.

    •    Sejalan dengan tujuan pendidikannya, waktu belajar untuk ilmu-ilmu Islam (tsaqofah Islamiyyah) diberikan setiap minggu dengan proporsi yang disesuaikan dengan waktu pelajaran ilmu-ilmu kehidupan (iptek dan keterampilan).

    •    Pelajaran ilmu-ilmu kehidupan/terapan dan sejenisnya (iptek dan keterampilan) dibedakan dari pelajaran guna membentuk syakhsiyyah Islamiyah dan tsaqofah Islamiyyah. Khusus untuk materi guna membentuk syakhsiyyah Islamiyah mulai diberikan di tingkat dasar sebagai materi pengenalan dan kemudian meningkat pada materi pembentukan dan peningkatan setelah usia anak didik menginjak baligh (dewasa). Sementara materi tsaqofah Islamiyyah dan pelajaran ilmu-ilmu terapan diajarkan secara bertingkat dari tingkat dasar.

    •    Bahasa Arab menjadi bahasa pengantar disemua jenjang pendidikan,negeri maupun swasta.

    •    Meteri pelajaran yang bermuatan pemikiran, ide dan hukum yang bertentangan dengan islam, seperti ideologi, aqidah ahli kitab, sejarah asing, bahasa/sastra asing dll, hanya diberikan pada tingkat pendidikan tinggi yang tujuannya untuk pengetahuan, bukan untuk diyakini dan diamalkan.

    •    Libur sekolah hanya diberikan pada hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha (termasuk hari tasyri’). Masa pendidikan berlangsung sepanjang tahun dan tujuh hari dalam seminggunya. Hal ini menjadikan umat Islam biasa beretos kerja tinggi.

    •    Pendidikan sekolah tidak membatasi usia. Yang ada hanyalah batas usia wajib belajar bagi anak-anak, yakni mulai umur tujuh tahun.

 

Di masa Khilafah Islam, guru mendapatkan penghargaan setinggi-tingginya. Tidak hanya penghargaan berupa kemuliaan sebagai orang yang berilmu, namun Khilafah juga memberikan jaminan kesejahteraan. Di masa Khalifah Umar bin Khaththab, gaji guru yang mengajar anak-anak sebesar lima belas dinar (1 dinar = 4,25 gram emas; 15 dinar = 63.75 gram emas; bila saat ini harga 1 gram emas Rp 400rb, berarti gaji guru pada saat itu setiap bulannya sebesar Rp 25.500.000/bulan). “Negara Khilafah juga memberikan kesempatan kepada guru untuk melaksanakan kewajibannya sebagai ibu, istri dan anggota masyarakat. Selain itu, jam mengajar guru juga disesuaikan dengan kemampuan guru yang bersangkutan.

 

Dr. Rahmat Kurnia (DPP Hizbut Tahrir Indonesia) menjelaskan “Guru yang berkualitas adalah Guru yang mendidik anak didiknya dengan cinta sehingga menjadi inspirasi anak didiknya. Guru yang memanggil anak didiknya dengan nama kesayangannya. Guru yang selalu mendoakan anak didiknya setiap saat agar menjadi anak berkepribadian Islam. Guru berkualitas adalah guru yang berkepribadian Islam, agar membentuk anak didiknya berkepribadian Islam. Tapi bagaimana guru berkepribadian Islam jika gurunya sendiri tidak mengkaji Islam?”

 

Sistem pendidikan Islam telah terbukti mampu mewujudkan generasi berjiwa pemimpin, menjadi pelopor di segala bidang kehidupan. Mulai dari pemerintahan, sains dan teknologi, militer hingga ekonomi. Dunia telah mengakui kehebatan mereka, sebut saja para khulafaur Rasyidin, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Muhammad Al-Fatih, Shalahudin Al-Ayyubi, Umar bin Abdul Aziz, para imam mazhab, dll

 

Wahai Kaum Muslimin Seluruhnya dan Para Pendidik Generasi Khususnya

 

Sudah saatnya semua insan pendidikan mengalihkan pandangannya ke sistem pendidikan Islam yang bernaung dalam kekhilafahan. Dan berjuang bersungguh-sungguh demi terwujudnya generasi berjiwa pemimpin, penyokong peradaban unggul. Tentu saja demi menggapai ridho Alloh.

Maka, kita genggam dunia ini dengan membumikan kembali peradaban islam yang pernah memuliakan islam dan kaum muslimin. Karena hanya dengan tangan tangan kita inilah musuh islam semacam kapitalisme sekulerisme akan tersingkirkan.

 

Wahai saudariku Pendidik Generasi Bangsa.

 

Mari kita songsong abad baru peradaban umat dengan turut berjuang menyongsong tegaknya khilafah dan bersatu dalam barisan dakwah Hizbut Tahrir. Maka lihatlah jalan kebenaran dan bergabungklah dengan para pejuangnya. Sebagaimana seruan allah “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (ali imron ayat 104) Wallahu a’lam bi showwab.

Ikuti tulisan menarik Hazimah Zauhara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

14 jam lalu

Terpopuler