x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Ki Hajar dan Tugas Kepemimpinan

Tiga prinsip Ki Hajar Dewantara sangat relevan dengan kepemimpinan masa sekarang.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Ketika Keith McFarland, penulis buku The Breakthrough Company, bertanya kepada Bob Kierlin apa yang membuat Fastenal—jaringan toko yang menjual barang-barang sejenis obeng, baut, mur dalam berbagai ukuran—begitu berhasil, CEO Fastenal itu berpikir sejenak lalu mengatakan, “Kami mulai dengan memercayai apa yang dapat orang lakukan. Kemudian, kami mencari tahu cara menciptakan suatu lingkungan di mana orang-orang biasa dapat melakukan berbagai hal yang luar biasa.”

Orang-orang yang saya rekrut, menurut Kierlin—yang mendirikan Fastenal pada 1967, adalah mereka yang memiliki sikap terbuka untuk belajar (learning agile). Karakter positif bahkan lebih penting dibandingkan dengan kecerdasan: terbuka untuk belajar, bekerja sama dengan orang yang berbeda, berbagi pengetahuan dan keterampilan, maupun memberikan yang terbaik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kierlin percaya, cara perusahaan memandang manusia merupakan cerminan yang tak mungkin salah dari karakter organisasinya. Jika perusahaan memandang orang sebagai makhluk yang egois, malas, dan tak memiliki motivasi, orang-orang inilah yang akan ditariknya. Jika perusahaan percaya pada potensi orang untuk melakukan hal-hal besar, dan memiliki kepemimpinan yang kompeten, orang-orangnya akan tumbuh menjadi orang besar.

Memercayai adalah perkara yang tidak mudah, namun seorang pemimpin yang berjalan sendirian lantaran tak memercayai anak-buahnya, ia akan gagal. Adagium lama menyebutkan: “Tidak ada prajurit yang salah, komandanlah yang salah.” Adagium ini, kendati tidak seratus persen tepat, menyiratkan bahwa berhasil atau gagalnya sebuah tim, kelompok, organisasi, ataupun perusahaan sangat bergantung kepada kualitas kepemimpinannya. Bahkan, karakter (organisasi, perusahaan) dimulai dari dan direpresentasikan oleh pemimpinnya. Prinsip ini bukan hanya berlaku dalam perusahaan, tapi organisasi apapun.

Pemimpin visioner mengembangkan organisasi mereka dengan mengelilingi diri tidak hanya dengan orang-orang berbakat hebat, tapi juga berkarakter kuat. Ketika bisnis berkembang melampaui kemampuan pemimpinnya untuk menjangkau dan mengaturnya hari ke hari, dan proses pengambilan keputusan semakin didelegasikan ke bawah, nilai penting pemimpin yang berkomitmen pada karakter menjadi semakin besar. Sebab, banyak urusan yang harus ia serahkan pengambilan keputusannya kepada orang-orang di bawahnya.

Jadi, pada akhirnya, kepemimpinan adalah tentang menciptakan jalan bagi orang-orang untuk berkontribusi dalam mewujudkan sesuatu yang luar biasa. Dalam konteks masa sekarang, prinsip kepemimpinan yang dirumuskan dengan sangat jelas oleh Ki Hajar Dewantara masih sangat relevan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif seperti itu. Ki Hajar menyebutkan prinsip pertama, ing ngarso sung tulodho: di depan seorang pemimpin berkewajiban menunjukkan jalan (show the way, visioner), memimpin dalam mewujudkan ide-ide (lead the way), serta memberi contoh. Karena ia menghendaki orang-orang yang berkarakter positif, maka iapun mesti menunjukkan karakter positif.

Kedua, ing madyo mangun karso: di tengah membangun prakarsa dan kerjasama. Pemimpin harus mampu menciptakan tim yang kuat dengan keanggotaan yang beragam, lingkungan yang kondusif bagi lahirnya kontribusi terbaik anggota tim, membuka kesempatan bagi siapapun untuk menawarkan gagasan. Pemimpin mesti punya kemauan, kemampuan, serta disiplin diri untuk mendengarkan.

Ketiga, tut wuri handayani: di belakang memberi daya, semangat, dan dorongan. Pemimpin berperan penting dalam memotivasi tim agar berdaya juang kuat serta mampu membangkitkan kembali spirit tim ketika kesulitan menghadapi tantangan yang berat. Untuk mampu memberi motivasi dan dorongan dalam mewujudkan suatu visi, diperlukan kepiawaian dalam komunikasi—“buatlah diri Anda dipahami orang lain, bukan meminta orang lain memahami Anda”.

Dalam situasi kritis, ketika organisasi sedang menjalani perubahan-perubahan, peran pemimpin menjadi semakin vital. Perubahan menuju yang lebih baik dapat berhasil atau gagal tergantung pada kemampuan pemimpin dalam mengelola perubahan itu, kesanggupannya dalam mengatasi resistensi yang muncul untuk menolak perubahan, dan kekuatannya dalam mengarahkan organisasi di jalan yang baru. Menjadi pemimpin memang jalan yang penuh onak dan duri. Tapi jika siapapun mengikuti prinsip kepemimpinan Ki Hajar, niscaya ia akan sanggup melahirkan orang-orang yang mampu memberi kontribusi luar biasa kepada masyarakatnya. **

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler