x

Iklan

Muhammad F Rohman

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Konsisten Layani Penderita Kanker

YKI Jatim melalui berbagai program, tetap konsisten melayani penderita kanker. salah satunya melalui fasilitas rumah singgah sasana mardi husada.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Semenjak aktif kembali tujuh tahun silam, Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Jawa Timur konsisten melayani dan mendampingi penderita kanker. Salah satunya, melalui fasilitas Rumah Singgah. Penginapan dan pelayanan murah bahkan gratis.

 

Lantunan ayat-ayat al-Quran mengumandang lantang di Rumah Singgah Sasana Mardi Husada, milik Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Cabang Jawa Timur. Kumandang tersebut berasal dari masjid yang terletak di utara Rumah Singgah. Menyambut waktu shalat jumat.

Siang itu, Rumah Singgah terhilat lengang. Hanya satu dua orang terlihat duduk santai di depan kamar, sebagian yang lain berjalan-jelan di sekitar. Ruang depan yang menjadi pos resepsionis pun tak ada yang menunggui. Di sebelahnya, terdapat sebuah ruangan dengan papan nama bertuliskan sekertariat. Di dalamnya ada seorang lelaki yang sedang berfokus menatap monitor.

Lelaki tersebut bernama Abu Toyib. Petugas sekertariat yang setiap hari mengelola Rumah Singgah sekaligus kantor Sekertariat YKI Cabang Jatim. “Kalau akhir minggu sepi. Banyak pasien yang pulang. Kangen sama anak dan keluarga katanya,” ia menjelaskan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Toyib, sapaan akrabnya, kemudian mengantarkan Puspa menemui Maryono, petugas lapangan di Rumah Singgah. Maryono kemudian mengantarkan berkeliling. Melihat ruangan-ruangan di ruamh singgah sekaligus menemui beberapa pasien yang masih menetap.

Sri Rahayu, 47, adalah salah satu pasien yang masih menetap. Perempuan yang divonis menderita kanker serviks ini sudah tiga bulan tinggal di Rumah Singgah. Ia adalah salah satu pasien yang mendapat fasilitas gratis. Mereka yang mendapat fasilitas gratis ditempatkan di blok C yang terdiri dari dua ruangan berkapasitas empat pasien, C1 dan C2.

Menurut penuturan ibu empat anak ini, keberadaan Rumah Singgah sangat membantu. Sebab, selain mendapatkan tempat tinggal gratis, setiap harinya ia juga mendapat fasilitas antar-jemput dari rumah singgah ke Rumah Sakit. “Awalnya tahu dari teman-teman (pasien kanker, red) waktu di Rumah Sakit. Diminta menghubungi Pak toyib. Langsung saya telfon,” ungkap wanita asal Kabupaten Nganjuk ini.

Semenjak aktif kembali di tahun 2010 dan beroperasi penuh mulai 2011, strategi gepok tular memang menjadi metode utama untuk mengajak pasien ke Ruman Singgah. Dari pasien ke pasien. Menurut Toyib, yang bergabung dengan YKI sejak tahun 2011, mereka pernah mencoba metode lain. Jemput bola.

Mereka datang langsung ke Rumah Sakit Dr Soetomo dan mengenalkan Rumah Singgah, sekaligus mengajak pasien. Namun, satu bulan berjalan tidak satu pun pasien mereka dapatkan. Menurutnya, tidak ada pasien yang percaya dan mau untuk diajak ke Rumah Singgah. Tetapi setelah ada pasien lama yang pernah tinggal di Rumah Singgah yang mengajak pasien lain, banyak yang percaya dan datang ke rumah singgah.

Toyib juga memiliki cerita unik ketika mencari pasien di RS DR Soetomo. Ketika itu, ia meminta tolong kepada salah satu dokter untuk menawarkan jasa Rumah singgah ke pasien. dokter tersebut menyanggupi tetapi dengan syarat mendapatkan komisi. “Ya gimana mau kasih komisi. Lha, rumah singgahnya aja gratis. Masak saya harus bayari,” kenangnya sambal terkekeh.

Selain menyediakan tempat tinggal dan fasilitas antar-jemput, Rumah Singgah juga menyediakan kantin untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Harga yang dipatok pun terbilang murah dan terjangkau yakni Rp 7000 per porsi. Para penghuni juga dipersilakan untuk menggunakan fasilitas kulkas, mesin jus, dan peralatan makan yang ada di kantin.

Secara keseluruhan, Rumah Singgah terdiri dari dua bagian. Bagian dalam dan bagian luar. Bagian dalam ada kantor sekertariat dan lobby, yang berada di gedung depan. Juga ada ruang pertemuan, letaknya berhadapan dengan ruang sekertariat.

Masuk lebih ke dalam, ada kompleks penginapan yang terbagi di sayap utara dan selatan. Saling berhadapan. Ditengahnya ada taman dengan berbagai tanaman sekaligus beberapa area bermain seperti ayunan. Di antara komplek penginapan dengan lobby terdapat lorong kosong yang dilengkapi kursi-kursi dan satu televisi.

Di ujung timur atau paling belakang adalah kantin. Di depannya agak ke utara, merupakan lokasi parkir mobil yang setiap hari digunakan untuk antar-jemput pasien dari rumah singgah ke rumah sakit. Di komplek dalam ini terbagi dari blok A, B dan C.

Sedangkan bagian luar terdiri dari mushola yang berada di paling utara dan komplek penginapan di sisi selatan. Komplek penginapan luar ini terbagi dari Blok A, dan D. “Blok D ini yang paling mahal. Per harinya dikenai Rp 50 ribu. Satu kamar untuk dua orang dan kamar mandi dalam.” Jelas Maryono.

Penginapan di Rumah Singgah yang terdiri dari 34 kamar dengan kapasitas mulai dari dua sampai emapt orang ini memiliki tiga tarif yang berlaku. Mulai dari yang bebas biaya untuk para pasien kurang mampu, Rp 35 ibu untuk kamar dengan kapasitas dua orang dan Rp 50 ribu di lokasi bangunan baru yang juga untuk dua orang.

Biaya tersebut, menurut Toyib digunakan sebagai biaya operasional seperti listrik, air, dan bensin. Tidak ada pungutan lain yang dikenakan kepada pasien. "Kami juga tidak pernah menolak pasien. asalkan memang penderita kanker dan masih ada kamar kosong, pasti kami terima," tutupnya.

Ikuti tulisan menarik Muhammad F Rohman lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu