x

Papan Hollywood dilhat dari kawasan film dan televisi-Southern California, yang dirusak semalam di Hollywood Hills, Los Angeles, California, 1 Januari 2017. Seorang pria tertangkap kamera CCTV melintasi pagar pembatas. REUTERS/Kevork Djansezian

Iklan

Septian Dhaniar Rahman

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Efek Visual Film Hollywod Dulu dan Kini

Pembahasan ringkas mengenai efek visual film-film Hollywood dari dulu hingga saat ini

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sejak dulu Hollywood selalu saja mempermainkan mata penonton dengan segala macam ilusi gambar bergerak yang mereka pertontonkan. Kita semua mengenalnya dengan sebutan keren “Efek Visual.” Begitu kerennya istilah ini sampai ajang tertinggi penghargaan perfilman dunia yakni Academy Award alias Oscar memiliki satu kategori khusus untuk hal ini secara resmi yaitu Best Achievement in Visual Effects. Entah kenapa semenjak remaja saya cenderung menyukai film Hollywood yang punya embel-embel efek visual yang luar biasa seperti ini. Selidik punya selidik ternyata memang sejak era ayah saya masih kecil di dekade 50-an, film-film Hollywood punya daya pikat efek visual yang juga sering berjaya di ajang Oscar terutama untuk film-film bergenre petualangan, fantasi dan fiksi-ilmiah serta film perang tentunya.

Kita ambil contoh saja mulai dari dekade 50-an, dekade ketika ayah saya masih kecil. Film pertama yang membelalakkan mata penonton tentunya The War of the Worlds produksi tahun 1953 karya sutradara Byron Haskin berdasarkan novel tahun 1898 karya HG Wells. Tim efek visual film tersebut membangun sejumlah pesawat alien miniatur lengkap yang tidak jauh berbeda dengan khayalan Wells dalam novelnya lalu juga membangun miniatur kota yang nyaris serupa aslinya. Hebatnya saat menonton kita kok bisa percaya kalau itu sangat nyata. Begitu juga dengan film berikutnya tahun 1954 yang sungguh mencengangkan, 20000 Leagues Under The Sea, sebuah film petualangan produksi Walt Disney karya sutradara Richard Fleischer yang juga merupakan adaptasi novel petualangan tahun 1865 karya Jules Verne. Kok bisa-bisanya para tim efek visual film itu membuat adegan pertempuran kapal selam Nautilus melawan cumi-cumi raksasa di dalam lautan dengan sangat luar biasa begitu?

Tahun 1956 ada sebuah film kolosal karya sutradara Cecil B. De Mille yang berjudul The Ten Commandments di mana aktor watak Charlton Heston berperan sebagai Nabi Musa. Bagi yang sudah menonton film berdurasi 3 jam ini pasti ingat adegan apa yang paling membikin mulut menganga? Tentu adegan terbelahnya laut merah sehingga Musa dan para pengikutnya bisa menyeberang. Tim efek visual film ini di bawah komando John Fulton merekayasa adegan ini begitu meyakinkan sampai kita yang menonton hanya bisa geleng-geleng kepala saja.

Tiga tahun kemudian, tepat di tahun 1959, MGM merilis sebuah film kolosal kepahlawanan berjudul Ben-Hur yang merupakan adaptasi novel tahun 1880 berjudul sama karya Lew Wallace dengan bintang utama Charlton Heston dan disutradarai oleh William Wyler. Film ini bukan saja laris luar biasa tapi juga menyabet 11 Piala Oscar di antaranya untuk efek visual terbaik tentunya untuk adegan pertempuran di lautan serta adegan balapan kuda spektakuler menjelang akhir film.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada dekade 60-an, film berikutnya yang juga menampilkan efek visual hebat adalah The Time Machine. Sekali lagi merupakan film adaptasi novel tahun 1895 karya HG Wells, tim efek visual film ini membangun sebuah mesin waktu serta perjalanan melintasi waktu yang sungguh membuat kagum karena film produksi tahun 1960 kok bisa memperlihatkan efek visual yang mengagumkan seperti itu padahal belum era CGI seperti sekarang.

Satu lagi film spektakuler produksi tahun 1968 yaitu 2001: A Space Oddyssey, sebuah film mahakarya sutradara Stanley Kubrick sekaligus juga merupakan film yang memberi Kubrick satu-satunya Piala Oscar dalam kariernya sebagai penata efek visual terbaik.

Berlanjut ke era tahun 70-an, Hollywood makin banyak memproduksi film-film yang keranjingan menipu mata penonton. Tercatat ada beberapa film bencana yang masih membekas di ingatan kita yang pernah menonton tentunya yaitu The Poseidon Adventure (1972), Earthquake dan The Towering Inferno (1974) serta The Hindenburg (1976). Dekade 70-an yang juga sekaligus menjadi dekade saya lahir ke dunia ini juga melahirkan dua film spektakuler Hollywood yang terus melegenda hingga kini yaitu Star Wars (1977) dan Superman (1978).

Mulai dekade 80-an di saat teknologi CGI belum juga muncul, Hollywood makin gila saja membuat film-film mengasyikkan seperti Raiders of the Lost Ark (1981), ET The Extra Terrestrial (1982) serta film yang memadukan animasi dan live action yaitu Who Framed Roger Rabbit (1988).

Lalu muncul dekade 90-an yang menjadi dekade awal lahirnya CGI tapi masih tahap awal dan belum terlalu mendominasi cerita sehingga kita sebagai penonton masih bisa melahap film-film Hollywood dengan sejuta pesonanya secara nikmat. Ada Total Recall di tahun 1990 dengan bintang utama Arnold Schwarzenegger dan disutradarai oleh Paul Verhoeven. Film berdasarkan  cerita pendek karya Phillip K. Dick itu meraih Oscar untuk Efek Visual Terbaik terutama untuk adegan pertempuran spektakuler di Planet Mars, juga untuk adegan ledakan gunungnya yang menakjubkan. Kemudian berlanjut tahun berikutnya dengan kemunculan film karya sutradara James Cameron yakni Terminator 2 Judgment Day yang menampilkan tokoh antagonis kejam T1000 yang berbentuk logam cair. Sutradara Steven Spielberg membikin kita semua terperangah dengan film hebatnya tahun 1993 Jurassic Park, sebuah film adaptasi novel karya Michael Crichton yang memunculkan kembali segala jenis Dinosaurus termasuk yang paling ganas dan sangar Tyrannosaurus Rex secara sangat meyakinkan berkat kinerja tim efek visual yang sungguh luar biasa.

Robert Zemeckis menyajikan film drama berkualitas tinggi Forrest Gump tahun 1994 beserta beberapa adegan ajaib di dalamnya termasuk menyatukan Tom Hanks dan mendiang Presiden John F. Kennedy dalam satu layar berkat keajaiban teknologi efek visual. Berlanjut ke tahun 1996 saat sutradara Jerman Roland Emmerich membawa kembali tema bencana dari angkasa luar dalam film sensasional Independence Day yang menunjukkan serangkaian efek visual spektakuler berupa pertempuran jet-jet tempur pasukan bumi melawan pesawat alien raksasa.

Tahun 1997 menandai kembalinya sutradara James Cameron dengan film terlaris sepanjang masa Titanic dengan bintang utama Leonardo DiCaprio dan Kate Winslet. Cameron dan tim efek visual pimpinan Robert Legato membangun replika kapal Titanic seukuran aslinya di studio Baja Meksiko untuk keperluan syuting lalu tim efek visual pimpinan Robert Legato tersebut membuat rekayasa kolam raksasa di studio Baja tersebut menjadi lautan luas serta menambahkan adegan spektakuler saat kapal Titanic terbelah dua di Lautan Atlantik. Suguhan spektakuler ini menjadikan Titanic menyamai rekor Ben-Hur meraih 11 Piala Oscar termasuk Film Terbaik dan juga Efek Visual Terbaik.

Era 90-an berakhir dengan film aksi fiksi-ilmiah karya duo bersaudara Larry dan Andy Wachowski berjudul The Matrix dengan bintang utama Keanu Reeves dan Carrie Anne Moss sebagai duet jagoan Neo dan Trinity. Salah satu film terlaris tahun 1999, The Matrix sungguh memukau penonton dengan berbagai adegan aksi luar biasa termasuk pertarungan Neo dan Trinity melawan sejumlah pasukan musuh di puncak gedung yang melibatkan adegan peluru super lambat penggoncang waktu. Berkat adegan peluru super lambat “bullet-time” inilah The Matrix meraih Piala Oscar untuk efek visual terbaik.

Era CGI kemudian mendominasi film Hollywood mulai pembukaan milenium baru. Mulai dari film drama aksi Gladiator karya Ridley Scott yang membawa kembali nuansa kemegahan Romawi kepada penonton lalu trilogi film petualangan fantasi karya Peter Jackson The Lord of the Rings yang diangkat dari novel legendaris karya JRR Tolkien, selanjutnya sutradara Gore Verbinski menyajikan kisah petualangan bajak laut menggairahkan Pirates of the Caribbean, disusul oleh kepiawaian sutradara Michael Bay membawa robot-robot canggih adaptasi mainan dan serial televisi terkenal Transformers serta tentu saja kemunculan film-film superhero adaptasi komik DC dan Marvel yang tampaknya semakin memuluskan kehadiran film-film tipuan mata ala Hollywood.

 

Ikuti tulisan menarik Septian Dhaniar Rahman lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB