x

Iklan


Bergabung Sejak: 1 Januari 1970

Sabtu, 27 April 2019 20:06 WIB

Isyarat Kartini kepada Puan Maharani

Apakah menjadi perempuan adalah takdir yang tidak menyenangkan mengingat masih ditemukan suatu pandangan di dalam masyarakat yang menghambat harapan dan ke

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apakah menjadi perempuan adalah takdir yang tidak menyenangkan mengingat masih ditemukan suatu pandangan di dalam masyarakat yang menghambat harapan dan keinginan perempuan untuk maju? Apakah menjadi perempuan adalah suatu kondisi yang menyedihkan karena masih berlaku di dalam masyarakat tertentu tentang stigma atau label bahwa perempuan identik dengan: sumur, kasur dan dapur.

Domestifikasi seperti itu memang belum sepenuhnya hilang dari masyarakat. Ungkapan-ungkapan yang mengerdilkan memang masih sering kita temukan. Jangankan di kalangan masyarakat yang kurang berpendidikan. Di lingkungan akademis, yang nyata-nyata diisi oleh orang-orang yang berpendidikan, sikap merendahkah baik yang spontan, candaan atau sungguhan, bukanlah tak ada. Ini artinya di alam bawah sadar orang-orang, stigma yang lahir dari kebudayaan patriarki masih bercokol kuat. 

Apa yang perlu dilakukan adalah menguatkan posisi dan kiprah perempuan di ranah-ranah publik. Penguatan posisi dan kiprah perempuan tidak bisa dilakukan tanpa meningkatkan pengetahuan mereka. Pendidikan adalah salah satu jalan yang memungkinkan untuk memberdayakan perempuan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Suatu kali ibu kita Kartini menulis surat kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1901. Surat itu berbunyi begini:

“Kami disini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak-anak wanita, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak wanita itu menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya yang diserahkan alam (sunatullah) sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama”

Pendidikan untuk perempuan, dalam pandangan Kartini, semata-mata untuk menguatkan pengetahuan mereka agar bisa lebih optimal dalam menjalankan fungsinya sebagai seorang istri, seorang ibu dan pendidik bagi anak-anak mereka. Ada ungkapan para perempuan adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Bila perempuan berpengetahuan yang luas, terdidik. Besar kemungkinan anak-anaknya akan jauh lebih besar kesempatannya untuk menjadi generasi masa depan yang cemerlang.

Isyarat untuk Puan

Pemerintah sendiri terbuka atas persoalan perempuan. Kesadaran bahwa perempuan masih ditempatkan dalam posisi tersubordinasi membuat pemerintah menunjuk satu kementerian khusus guna meningkatkan posisi dan peranan mereka. Kementerian itu adalah Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia.

Kementerian ini berada di bawah Menteri Koordinator  Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Puan Maharani. Adalah tanggung jawabnya untuk memastikan kementerian yang bergerak di bidang perempuan tersebut bisa berjalan dengan baik. Apabila kementerian ini bekerja secara optimal dalam rangka memberdayakan perempuan, maka bukan hal yang mustahil bahwa angka perempuan berpendidikan kian meningkat.

Oleh sebab itu, pesan Kartini dalam surat di atas tak lain adalah isyarat penting bagi Puan Maharani dan pemerintah. 

Ikuti tulisan menarik lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu