Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya, Luhut Pandjaitan belum lama ini berbicara langsung kepada Menteri Perdagangan Amerika Serikat, Wilbur Ross, di Washinton DC.
Dalam kesempatan itu Luhut mengatakan kepada Ross, "Divestasi 51% saham PT Freeport Indonesia bukanlah bahan tawar menawar. Karena itu sudah merupakan hak Indonesia."
Luhut juga menyampaikan bahwa begitu Indonesia menguasai mayoritas saham, maka pengelolaan sepenuhnya di tangan Indonesia. Lebih lanjut Luhut menegaskan, "Kewajiban Freeport membangun smelter, juga tidak untuk didiskusikan."
Luhut mengaku bahwa ia tidak mendapatkan banyak pertanyaan atas pernyataan-pernyataannya mengenai Freeport yang disampaikan kepada Wilbur Ross.
Saat di AS, Luhut bertemu dengan banyak pihak dari World Bank, IMF, National Oceanic and Atmospheric Administration, Trash Free Seas Alliance, Business Council on International Understanding, Boeing, International Centre for Settlement of Investment Disputes, International Fundraising Congress.
Topik dialog mulai dari peluang investasi pembangunan infrastruktur sampai penanganan sampah di Indonesia.
Dari sekian banyak diskusi, ada satu yang paling mengusik Luhut. "Bahwa dibandingkan dengan negara maju, Indonesia masih tertinggal dalam bidang pendidikan dan riset," katanya di Fanpage Facebook-nya
"Kita ini justru terlalu banyak buang energi untuk bicara perbedaan-perbedaan yang tidak ada manfaatnya. Kita jadi lupa untuk melihat kemajuan teknologi. Padahal teknologi ini punya dampak yang luar biasa untuk masa depan Bangsa."
Luhut menambahkan, "Supaya tidak terjadi, harus disiapkan sejak sekarang. Jika tidak, nanti kita hanya akan jadi pangsa pasar orang lain."
"Mari kita semua mulai berbuat sesuatu untuk Indonesia. Kalau tidak mulai dari sekarang, maka kita tinggal menunggu waktu saja sampai Indonesia dijajah oleh teknologi asing," Luhut menutup.
Ikuti tulisan menarik Erri Subakti lainnya di sini.