x

Lifting Migas 2016 Lewati Target

Iklan

Denmas Aher

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 27 Juni 2019 17:31 WIB

Sinergi Industri Hulu Migas, Langkah Jitu SKK Migas Tekan Biaya Operasional

Fasilitas migas yang ada di Indonesia adalah aset negara, maka setiap pengembangan industri hulu migas untuk menekan biaya agar memberikan pemasukan yang optimal bagi negara.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Pemerintah menargetkan investasi hulu minyak dan gas bumi (migas) tahun 2019i sebesar USD14,79 miliar, meningkat dibandingkan target tahun lalu dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar USD14,2 miliar dengan realisasi sebesar USD11,99 miliar. Proyeksi itu akan dipenuhi dari 13 proyek hulu migas yang beroperasi tahun ini. Hal yang wajar mengingat HOA Pengembangan Blok Masela sudah ditandatangani dan segera beroperasi. Investasi Blok Masela sampai dengan USD 20 miliar dalam waktu 5 tahun, kemudian investasi Indonesia Deep Water Project (IDD Project), dan lainnya.

Investasi hulu migas akan mencakup banyak aspek mulai SDM, peralatan operasi, fasilitas operasi, biaya operasi dan lainnya. Investasi hulu migas dalam bentuk fasilitas operasi akan memunculkan aset dikemudian hari. Aset yang saat K3S beroperasi dioperasikan perusahaan tersebut, saat berhenti beroperasi aset diserahkan ke negara. Suatu saat meskipun masih dioperasikan oleh K3S, karena produksi menurun, maka utilitas aset tersebut tidak digunakan sepenuhnya, semisal hanya beroperasi 30%, maka akan ada potensi 70% yang bisa dimanfaatkan.

Fasilitas migas yang ada di Indonesia adalah aset negara, maka setiap pengembangan industri hulu migas untuk menekan biaya agar memberikan pemasukan yang optimal bagi negara, maka sinergi fasilitas operasi adalah langkah jitu SKK Migas tekan biaya investasi hulu migas. Saat ini negara memiliki fasilitas migas yang banyak dan tersebar di seluruh wilayah Migas Indonesia, ini terjadi dengan skema cost recovery, maka aset yang ada saat beroperasinya area hulu migas, maka segenap fasilitas operasi/produksi adalah milik negara. Perusahaan seperti Pertamina, Chveron, Exxon, Total dan lainnya adalah sebatas pelaksana proyek yang segala biaya ditanggung negara dalam skema cost recovery. Setiap biaya atas suatu aset dibayar negara maka sejak saat itu pula fasilitas tersebut menjadi milik negara yang dioperasikan K3S.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Skema yang sama berlaku di gross split, seluruh aset hulu migas pasca berhentinya operasi K3S adalah milik negara. Yang membedakan hanya skema pembayarannya saja, jika cost recovery berarti segala pengeluaran yang masuk kategori tersebut dibayar oleh negara, maka gross split biaya investasi termasuk aset 100% ditanggung kontraktor dengan skema bagi hasil. Semakin efisien K3S maka dengan skema bagi hasil yang ada maka profit yang diperoleh semakin besar, semakin tidak efisien maka profit semakin kecil dan malah berpotensi rugi.

Pemerintah pun menyadari potensi aset hulu migas, sehingga kegiatan koordinasi lintas departemen juga dilakukan https://www.djkn.kemenkeu.go.id/berita/baca/15156/Aset-Hulu-Migas-Harus-Dikelola-dan-Dimanfaatkan-Secara-Optimal.html. SKK Migas tentunya telah berpikir lebih jauh lagi tentang aset hulu migas. Terlebih saat ini dengan skema gross split, maka Pemerintah dalam hal ini SKK Migas berupaya memberikan fasilitas kepada K3S agar lebih tertarik dalam mengelola blok wilayah kerja (WK) dengan keberadaan aset negara yang bisa dimanfaatkan. Dengan berkurangnya biaya investasi aset maka blok migas tersebut akan semakin menarik kontraktor untuk mengelolanya. Bagi negara semakin besar WK beroperasi tentu saja akan semakin banyak pemasukan ke negara, terlebih sejak 2002 lifting minyak terus turun dan di tahun 2019 menjadi hanya 777 ribu barel dari kejayaan lifting minyak yang pernah mencapai 1,2 juta barrel.

SKK Migas juga mendorong sinergi fasilitas operasi, untuk blok migas yang berdekatan dan membutuhkan fasilitas operasi yang sama. Ditemukannya blok migas raksasa Sakakemang dengan potensi sampai dengan 2 TCF gas. Perusahaan migas asal Spanyol, membuka peluang untuk mengintegrasikan fasilitas yang ada di wilayah kerja (WK) Sakakemang dan South Sakakemang untuk meningkatkan efisiensi.

Selain sinergi fasilitas operasi, industri hulu migas yang membutuhkan standar safety yang tinggi juga membutuhkan perhatian. Terlebih dengan upaya Pemerintah menggenjot lifting Migas maka diperkirakan seluruh fasilitas operasi akan beroperasi maksimal dan perlu kesiapan SDM yang mencukupi dari aspek jumlah maupun kesiapan bekerja, termasuk dalam kondisi fit saat bekerja.

Standar HSE yang tinggi di industri hulu migas terus dipertahankan dan ditingkatkan sebagai salah satu kunci sukses dari sektor penunjang Migas. Upaya SKK Migas untuk terus mendorong K3S menerapkan HSE pada level yang tinggi tentu patut diapresiasi, termasuk pemberian penghargaan kepada K3S sebagaimana yang dilaksanakan pada kegiatan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) menggelar forum Divisi Penunjang Operasi dan Keselamatan Minyak dan Gas Bumi Tahun 2019 di Surabaya.

Deputi Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman pada acara tersebut mengatakan kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan koordinasi lintas sektoral demi kegiatan operasi lifting terlaksana dengan lancar dan selamat.

Bicara tentang transformasi industri hulu migas, maka tidak akan bisa dilepaskan dari kiprah SKK Migas. Berbicara implementasi sinergi di SKK Migas, tentu tidak terlepas dari kiprah Kepala SKK Migas yang oleh kalangan profesional dijuluki Bapak Transformasi Perusahaan. Kiprah Dwi Soetjipto Kepala SKK Migas yang sebelumnya adalah Dirut PT Semen Indonesia dan telah terbukti mampu mensinergikan BUMN Semen dan dijuluki Bapak Persemenan Nasional dan menjadikan BUMN Semen Indonesia terbesar di Asia Tenggara dan BUMN pertama yang Go Internasional, serta kiprah implementasi sinergi dalam rangka transformasi di Pertamina yang ditengah lesunya industri minyak dan ramai-ramai PHK, ditahun 2016 justru Pertamina mencatatkan laba terbesar sepanjang sejarah dan mengalahkan Petronas serta justru malah rekruit pegawai baru.

Industri hulu Migas yang cenderung homogen dan posisi SKK Migas yang memiliki kewenangan tertentu, maka upaya sinergi hulu migas diperkirakan dapat berjalan dengan mulus dan upaya efisiensi dan peningkatan produktivitas migas nasional serta semakin kuatnya pelaksanaan HSE dapat dilaksanakan. Pada akhirnya, negara dalam posisi diuntungkan karena migas adalah salah satu andalan pemasukan negara. Maka publik tentu berharap kinerja hulu migas dapat terus meningkat, seiring transformasi SKK Migas yang terus bergulir. Ibarat ular, maka SKK Migas adalah kepalanya dan Industri Hulu Migas adalah badan dan ekor yang akan mengikuti kemana ular bergerak.

 

 

Ikuti tulisan menarik Denmas Aher lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu