x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 14 Agustus 2019 21:02 WIB

Elite Politik, Bangsawan Baru

Elite politik bagaikan bangsawan jenis baru dengan keistimewaan tertentu. Kebangsawanan baru inilah yang menarik banyak orang untuk terjun ke politik dengan bekal yang cukup maupun dengan bekal pas-pasan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Politik semakin menarik dan jadi pilihan banyak orang: artis film, musisi, pengusaha, ibu rumah tangga, pedagang. Berbekal popularitas, seorang pemusik memilih jadi wakil walikota, seorang aktor dan sutradara terjun ke politik dan terpilih jadi wakil gubernur, pengusaha mencalonkan diri dan jadi anggota DPD, dan banyak lagi contoh yang memperlihatkan daya tarik dunia politik masa kini bagi banyak orang.

Sekalipun dunia politik diwarnai jalan berliku, penuh siasat, serba mungkin, berbiaya mahal, dan banyak hal tidak terduga, semua itu tidak menghalangi orang untuk maju ke gelanggang. Salah satu daya tariknya antara lain adanya persepsi masyarakat bahwa politikus memiliki tempat tersendiri dalam interaksi sosial. Politikus papan atas dianggap sebagai orang terpandang karena kuasa dan pengaruhnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 Memang, tidak semua orang yang terjun ke dunia politik kemudian menikmati kuasa dan pengaruh. Namun, mereka yang berhasil menembus belantara dunia politik akan mampu bertengger di lapisan atas yang penghuninya kerap disebut sebagai elite politik. Kesan bahwa elite politik juga berlapis-lapis kelasnya tidak bisa dihindari. Setidaknya hal itu terlihat dari sikap, ucapan, relasi, jejaring, maupun pola-pola interaksi di antara para politikus.

Rupa-rupa relasi dan interaksi di antara para elite politik memperlihatkan bahwa di antara mereka pun ada kelas-kelas. Saya menduga, mereka pun menempatkan diri seperti itu, misalnya dengan merasa bahwa “sebagai politikus, saya lebih tinggi dibandingkan si anu.” Karena itu, seorang politikus akan memperlakukan politikus lain secara berbeda-beda, tergantung pada ‘kelas’nya: sekelas, di atas kelasnya, atau di bawahnya.

Apa yang membuat seorang politikus merasa berbeda dibanding yang lain ialah besarnya kuasa dan pengaruh: makin besar pengaruh riilnya kepada sekitar, pengikut, maupun orang lain—termasuk lawan politik—semakin ia merasa punya kelas tersendiri. Sikap narsistik politikus tidak mudah dihindari, apa lagi bersikap rendah hati. Seorang pemenang kompetisi politik dapat tergoda untuk bersikap jumawa, “Lihatlah, orang-orang sekarang mendekati saya.”

Kualitas interaksi elite politik, karena itu, juga beragam. Interaksi dan komunikasi di antara elite papan atas dapat menimbulkan implikasi politis tertentu dan bahkan juga menimbulkan spekulasi-spekulasi. Ketika Prabowo bertemu dengan Megawati, muncul beragam respons, baik dari partai-partai koalisi PDI-P maupun dari partai dan pendukung Prabowo.

Dalam interaksi di antara elite politik, ada fenomena menarik yang kerap terjadi, yakni kesibukan elite di bawahnya dalam memberi penjelasan atas ucapan seorang elite papan atas. Ketika seorang elite papan atas mengucapkan sesuatu yang sukar dipahami atau dapat menimbulkan beragam tafsir, elite di bawahnya sibuk memberi tafsir. Manakala elite papan atas diserang oleh lawan politik, elite di bawahnya yang sibuk menangkis.

Dalam konteks masa sekarang, ketika partai politik mengambil peran besar dalam memberi arah pergerakan masyarakat, elite politik paling atas menjadi aktor penentu yang diperhitungkan. Di beberapa partai, susunan pengurus partai diserahkan sepenuhnya kepada ketua umum, sementara di partai lainnya saling berebut karena seluruh elite politiknya berada di tataran yang sama—tidak ada yang paling menonjol kuasa dan pengaruhnya.

Begitulah, elite politik kini bagaikan bangsawan jenis baru dengan keistimewaan tertentu. Gerak-gerik mereka diamati oleh jutaan mata yang ingin tahu, walaupun mungkin sekedar agar tidak tertinggal dalam bercakap-cakap di warung kopi. Kebangsawanan baru inilah yang menarik banyak orang untuk terjun ke politik dengan bekal yang cukup maupun dengan bekal pas-pasan. >>>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu