Diserbu Rizal, Didu, Dahlan, Foto Ahok Berseragam SPBU Malah Viral: Tangannya Jelek?

Rabu, 20 November 2019 08:25 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
img-content
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Rencana mengangkat Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok menjadi petinggi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menuia reaksi beragam kalangan. Bahkan, tidak kurang, tiga pejabat negara beramai-ramai mengomentari “pencalonan” Ahok itu. Ketiganya adalah Rizal Ramli, Dahlan Iskan, dan Said Didu.

Di tengah,  kontroversi  rencana Presiden Jokowi menempat Basuki Tjaja Purnama  alias Ahok di BUMN kini  malah beredar foto Ahok  berseragam SPBU yang viral.  

Gambar editan itu  berasal dari akun Instagram @aganharahap. Foto tersebut telah disukai oleh 17 ribu  orang lebih.

Dalam penjelasan foto itu, disebutkan bahwa pengunggah mendapatkan foto tersebut dari salah satu grup WhatsApp dengan kalimat: Sumber A1: Beliau tadi siang baru fitting seragam. INFO VALID!

 Tentu saja  semua itu hanya  guyonan.  Foto itu editan.  Tapi reaksinya di sosmed luar biasa.

Menanggapi foto dirinya berseragam SPBU, Ahok  sendiri hanya tertawa santai. "Tangannya kekecilan, jelek, tangan gue gede. Jadi kalau 'ngedit' yang badannya gede dong," ujarnya dengan nada bercanda, di Semarang, Rabu, 20 November 2019.

 Penolakan terhadap Ahok
Koran Tempo edisi Kamis, 14/11, menulis Ahok disinyalir bakal menjadi calon kuat Komisaris Utama Pertamina. Dua sumber Tempo di internal Kementerian BUMN menyatakan Presien Joko Widodo sendirilah yang meminta Ahok menjabat sebagai bos BUMN.  Penunjukan Ahok sebagai bos BUMN diperkuat dengan pemanggilannya ke Kementerian BUMN oleh Menteri Erick Thohir pada Rabu, 13/11.

Sebelumnya, rencana itu  menui  reaksi beragam kalangan. Bahkan, tidak kurang, tiga pejabat negara beramai-ramai mengomentari “pencalonan” Ahok itu. Ketiganya adalah Rizal Ramli, Dahlan Iskan, dan Said Didu.

Selain bekas tiga pejabat di atas, beberapa penolakan juga datang dari komunitas tertentu, misalnya Persaudaraan Alumni (PA) 212, Serikat Karyawan Pertamina, dan lain-lain. Rata-rata mereka beralasan Ahok tidak layak karena pernah berurusan dengan hukum dan dipanjara.

Rizal Ramli mengritik rencana itu lewat twitnya di media social seperti dikutip beberapa media arus utama. Rizal menyebut Ahok tak punya pengalaman di korporasi. "Kalau perlu cari Chinese sebagai menteri, wakil menteri, atau BUMN, cari. Banyak eksekutif Chinese yang bagus, canggih, smooth, bukan kelas Glodok," demikian cuitan Rizal. 

Ada pun bekas Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mempertanyakan prestasi Ahok. Dia menyatakan hal itu dalam tulisan di laman pribadinya, disway.id.

"Apakah BTP itu orang berprestasi? Sehingga akan ditempatkan di salah satu BUMN?" tulis Dahlan, Sabtu, 16 November 2019. "Bagaimana kalau ada penilaian BTP itu hanya berprestasi dalam membuat kehebohan? Terserah yang menilai dan yang diberi nilai," tulis Dahlan. Menurut dia, penempatan Ahok di BUMN adalah sebuah perjudian. Ia pun mempertanyakan apakan BUMN adalah perusahaan yang layak diperjudikan.

Bekas pejabat ketiga yang ikut menyoroti hal ini adalah Mantan Sekretaris BUMN Said Didu. Menurut dia, jika Ahok menjadi bos BUMN, ia harus memperhatikan tiga hal berikut. Pertama, sebagai bos BUMN, Ahok mesti memiliki kompetensi di bidang yang akan digelutinya. Kedua, mantan Gubernur DKI Jakarta itu mesti teruji integritasnya. "Ahok memang kontroversial. Namun orang yang kontroversial ini perlu benar-benar dibuktikan, dia bersih atau enggak," ucapnya.

Ketiga, Ahok disebut perlu memiliki daya kepemimpinan yang baik. Said menyarankan, seumpama Ahok menjadi bos BUMN, ia mesti mengerem tutur katanya. Ia menilai selama ini Ahok kasar dan arogan sehingga kerap terjegal saat memimpin Jakarta. "Orang tegas itu yang kita harapkan. Tapi tegas bukan berarti kasar. Kalau Ahokn, tegas dan kasar," ujar Said.

Dukunga ke Ahok
Anggota DPR Charles Honoris menyebut Rizal Ramli sebagai tandesnius gara-gara menyebut Ahok kelas Glodok  "Kalimat RR (Rizal Ramli, Red) bukan hanya tendensius, analoginya pun menurut saya dangkal sekali, apa yang dimaksud dengan kelas Glodok?" kata Charles di Jakarta, Selasa, 19 November 2019.

Menurut anggota Fraksi PDI Perjuangan ini, pernyataan Rizal Ramli itu terkesan merendahkan warga Glodok, kawasan yang selama ini dikenal sebagai pusat perdagangan elektronik. Dia menegaskan warga Glodok sama mulianya dengan warga lain, mau itu pedagang, karyawan, pekerja kasar. Pemuka agama pun banyak yang tinggal di Glodok. "Mungkin kontribusi mereka buat negara tak kalah sama RR yang mungkin hanya lebih kencang saja teriaknya."

Dahlan Iskan tak luput dari serangan balik. Adalah staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara Arya Sinulingga yang mengatakan bahwa mantan Direktur Utama PT PLN (Persero) di masa pemerintahan SBY itu juga termasuk sosok yang kerap membuat heboh. Kehebohan itu sering ditunjukkannya, baik waktu menakhodai PT Perusahaan Listrik Negara alias PLN, maupun kala memimpin Kementerian BUMN.

"Mungkin Pak Dahlan lupa bahwa dia juga suka buat kehebohan. Coba tanya, apakah membuat kehebohan itu makin bagus enggak yang dipegang?" kata Arya di Kantor Kementerian BUMN, Senin, 18 November 2019, seperti dikutip Tempo.co.

Ramainya berbagai kalangan menyoroti rencana mengangkat Ahok sebagai bos BUMN ini dinilai pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, bukan persoalan kompetensi. Menurut dia, penolakan PA 212 bukan soal kapasitas maupiun kompetensi, tapi soal ideologis karena pernah dianggap menghina agama.  ***

 

Bagikan Artikel Ini
img-content
Indonesiana

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler