x

Heboh Keraton Sejagad

Iklan

Anung Suharyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 14 Oktober 2019

Kamis, 16 Januari 2020 04:35 WIB

Kraton Sejagat: Tinggal di Pinggir Rel Jakarta, Toto Pinjam Rp 1,3 M, Lalu Beraksi di Yogya

Raja dan ratu Keraton Agung Sejagat, Toto Santoso, 42 tahun dan Fanni Aminadia, 41 tahun, kini meringkuk di tahanan Polda Jawa Tengah. Mimpi-mimpi pengikutnya pun sirna begitu saja. Kedok penipuan Toto dan Fanni terbongkar.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya



Pinjam duit 1,3 M  di Ancol

Terungkap,  Toto Santoso rupanya tercatat sebagai warga DKI Jakarta yang berdomisili di kawasan Kampung Bandan, Pademangan, Jakarta Utara. Seperti diberitakan oleh Tribunnews, Kapolres Metro Jakarta Utara Kombes Budhi Herdi Susianto,  Toto juga pernah pinjam uang kepada salah satu bank.

"Saudara Toto ini juga pernah melakukan peminjaman atau hutang ke bank yang saat itu diketahui oleh Ketua RT. Berdasarkan keterangannya sekitar Rp 1,3 miliar," ujar Budhi  di Mapolres Metro Jakarta Utara, Kamis (16/1/2020).

Toto menggunakan KTP yang ia urus sewaktu pertama kali pindah ke Kampung Bandan tahun 2011. Selain itu, Toto menjadikan ruko yang ada di daerah Jakarta Barat sebagai jaminan. "(Kepemilikan ruko) ini sedang kami telusuri karena kami sendiri baru tahu dan baru melakukan penyelidikan setelah kejadian ini ramai," tutur Budhi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pascameminjam uang, Toto tidak pernah muncul kembali di kampung tersebut.  Jadi sejak 2016 sudah tidak di  Jakarta.  Rumah kontrakannya yang ada di pinggir rel terbakar.  Rumah yang pernah dihuni Toto saat ini sudah rata dengan tanah. Sebab rumah itu berdiri ilegal di pinggiran rel kereta api.

Pindah ke Jogja
Dari  Jakarta, rupanya Toto pindah ke Yogyakarta dan mulai mengumpulkan pengikut.    Hal itu terungkap dari penuturan Eko Protolo, salah satu korban kepada KompasTV.  Eko sudah bergabung dengan  kelompok Toto sejak  2016.  “Saat itu  Jogja DEC, kemudian berubah menjadi World Emperium  atau  Keraton Sejagat, “ kata Eko.

Jogja DEC  yang dimaksud adalah “Jogjakarta Development Committee”  sebuah organisasi sosial yang dibikin Toto Santoso Hadiningrat.   Dalam berbagai kesempatan,  Toto mengklaim, ada duit di Bank Swiss yang bisa dibagikan buat anggota dan demi kemanusiaan. 



Dengn iming-iming itu banyak orang yang mau menjadi anggota dan rela mengeluarkan duit.  Menurut Eko,  DEC  saat itu gagal mendapatkan dana dari luar negeri karena kuota anggota tidak terpenuhi.  Lalu berganti ide Keraton Sejagat tadi.

Sebagian pengikutnya masih setia.  Bahkan mau membayar   antara Rp 3 juta hingga puluhan juta selama beberapa tahun.  Kata Eko, pembayaran tidak sama, tergantung “bintang” atau kedudukan di Keraton Sejagat. Kelak nanti akan mendapat gaji atau honor setiap pertemuan atau sidang.

Pada 2016, Toto pun pernah bicara terbuka soal  Jogja DEC.  "Jogjakarta Development Committee bukan Gafatar ataupun Gafatar jilid dua, bukan teroris, akan tetapi didirikan dengan penuh welas asih untuk memanusiakan manusia," kata Toto seperti ditulis Antaranews (11/03/2016). Saat itu ia mengklaim sebagai  pengurus  Dewan Wali Amanat Panitia Pembangunan Dunia untuk Wilayah Nusantara.

Toto menyebut Jogja DEC didirikan guna membantu menjalankan misi kemanusiaan. Janjikan 200 dollar AS ke anggota Menurut Toto, organisasi ini memiliki jaringan setingkat dunia yang didanai Lembaga Keuangan Tunggal dunia ESA Monetary Fund yang berpusat di Swiss.

Selanjutnya: jago akting, mewek

Ikuti tulisan menarik Anung Suharyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler