Dua warga Depok yang diketahui terinfeksi virus Corona Covid-19 harus menjadi peringatan keras bagi kita untuk segera meningkatkan kewaspadaan. Pemerintah mengumumkan, kedua warga ibu dan anak tersebut sudah dirawat di RSPI Sulianti Saroso Jakarta. Mereka berdua disebut-sebut tertular oleh tamu dari Jepang yang mengunjungi rumah mereka di Depok.
Walaupun begitu, ada beberapa hal yang perlu diperjelas. Pertama, kapan warga Jepang itu bertamu ke Depok dan kapan pula warga Depok tersebut diketahui terinfeksi dan dibawa ke RS? Kedua, apabila tamu dari Jepang tersebut terinfeksi sebelum memasuki Indonesia, bagaimana ia dapat lolos dari pemeriksaan di bandara? Ketiga, warga Depok tersebut sudah berinteraksi dengan berapa warga lainnya hingga akhirnya 'ditemukan' terinfeksi?
Transparansi dalam soal ini menjadi penting agar masyarakat memiliki kesiapan dalam menghadapi segala kemungkinan. Presiden mengatakan bahwa pemerintah siap menghadapi virus Corona: siap tenaga medisnya, siap peralatannya, siap reagennya, siap rumah sakitnya. Bagaimana dengan kesiapan masyarakat? Persiapan bukan hanya dari sisi aparat pemerintah dalam mengerahkan tenaga medis maupun rumah sakit, tapi juga mempersiapkan masyarakat menghadapi kemungkinan yang kurang baik. Ketidaktahuan dan minimnya informasi yang akurat dan andal berpotensi memicu kepanikan.
Apa langkah-langkah konkret yang ditempuh untuk mengedukasi masyarakat mengenai apa yang harus dilakukan bila menemukan atau merasakan gejala-gejala serupa dengan serangan virus Corona? Kemana masyarakat harus menghubungi bila ingin berkonsultasi? Di mana pusat-pusat krisis (crisis center) berada? Langkah-langkah konkret ini penting agar masyarakat tidak panik dan mengerti apa yang harus dilakukan, sekaligus ini menjawab keraguan dunia luar mengenai kesiapan Indonesia.
Kita tahu, ancaman virus Corona semakin menakutkan masyarakat global. Badan Kesehatan Dunia atau WHO telah menyatakan bahwa risiko virus Corona telah meningkat dari tinggi ke sangat tinggi atau telah mencapai tingkat maksimum. WHO mengimbau negara-negara agar bertindak agresif, bukan nyantai, untuk mencegah wabah ini sebelum terlambat. Seperti dikatakan oleh banyak ahli, termasuk Ketua PB Ikatan Dokter Indonesia M. Adib Khumaidi, tidak ada jaminan suatu negara aman dari virus Corona, dan terbukti bahwa Indonesia bukan perkecualian. Klaim bebas Corona pun tumbang. Inilah bukti tentang betapa penting bersikap rendah hati menghadapi ancaman yang telah nyata menjatuhkan korban di banyak negara.
Kecermatan, kesigapan, dan kerendah-hatian seyogyanya dikedepankan--sikap yang memperlihatkan pemahaman kita tentang betapa serius penyebaran virus ini. Misalnya saja, dengan begitu banyak pintu masuk Indonesia, pelabuhan udara maupun laut, seberapa besar peluang lolosnya orang-orang yang telah terinfeksi?
Informasi mengenai pentingnya peningkatan kewaspadaan justru harus disebarluaskan, bukan malah terkesan disembunyikan hanya karena pertimbangan ekonomi. Jelas, kesehatan warga negara jauh lebih penting--apa artinya jutan turis berdatangan ke Indonesia bila membawa serta virus Corona Covid-19? Apakah uang masuk yang diperoleh sepadan dengan kesehatan warga? Bukankah uang itu akan tergerus untuk upaya-upaya memulihkan kesehatan warga? Manakah yang sebaiknya didahulukan, perlindungan kesehatan warga negara atau kepentingan ekonomi? Dapatkah ekonomi berjalan normal bila warganya sakit?
Di tengah perkembangan seperti ini, menjaga rasionalitas, kejujuran, dan transparansi menjadi hal yang krusial. Langkah sejumlah rektor universitas yang melarang sivitas akademika untuk bepergian ke luar negeri maupun menangguhkan kunjungan tamu dari negara lain yang terkena wabah Covid-19 merupakan tindakan yang rasional dan jujur. Para akademisi telah menunjukkan prakarsa yang lebih aktif dan lebih rasional dalam menyikapi perkembangan penyebaran virus Covid-19. >>
Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.