x

Iklan

Rudolf Tambunan

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 April 2020

Sabtu, 25 April 2020 06:15 WIB

#DiRumahAja, Alam dan Kehidupan Sedang Restart

Ada sejumlah teori yang menyertai fenomena Covid-19, seluruhnya dapat diakses dengan mudah di berbagai media. Dari sejumlah teori, konspirasi untuk restart kehidupan di muka bumi banyak dipandang sebagai wacana paling menarik. Alam dianggap sudah berada di titik jenuh sehingga dibutuhkan fenomena yang extraordinary agar keseimbangan kembali tercipta.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Umat muslim sudah mulai menunaikan ibadah puasa.  

Ramadhan tahun ini berbeda karena dilaksanakan dalam situasi prihatin terkait kesiagaan terhadap penyebaran Covid-19. Meski begitu, maknanya tetap. Ramadhan adalah bulan di mana umat muslim "menguji diri" dengan menahan amarah, memperbanyak ibadah dan amal baik, serta menjaga diri dari perbuatan sia-sia.  Di akhir periode, "kemenangan diri" dirayakan dalam momen Idul Fitri.  Di hari kemenangan tersebut umat muslim umum disimbolkan "kembali fitrah" atau kembali ke keadaan awal ketika dahulu dilahirkan ke dunia yang identik "tanpa dosa dan kesalahan", memulai kembali, restart.

Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini berlangsung berdekatan dengan hari raya keagamaan umat lain yaitu Paskah yang dirayakan kaum Nasrani. Bagi penganutnya, Paskah memiliki makna yang tak jauh berbeda yaitu sebagai monumen "penebusan dosa" melalui kematian kemanusiaan Firman Allah dalam diri Yesus Kristus.  Artinya, Paskah memberikan kesempatan untuk memulai ulang kehidupan layaknya bayi yang "tanpa dosa dan kesalahan". 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dalam kepercayaan yang lebih kuno, Paskah adalah titik balik karena merupakan peringatan atas keluarnya bangsa Israel dari negeri Mesir ke Tanah Perjanjian untuk memulai “hidup baru”.

Restart? Who Dares Win!

Ada sejumlah teori yang menyertai fenomena Covid-19, seluruhnya dapat diakses dengan mudah di berbagai media. Dari sejumlah teori, konspirasi untuk restart kehidupan di muka bumi banyak dipandang sebagai wacana paling menarik.  

Alam dianggap sudah berada di titik jenuh sehingga dibutuhkan fenomena yang extraordinary agar keseimbangan kembali tercipta. Dan virus corona adalah fenomena tersebut karena penyakit yang disebabkannya dapat mengembalikan rasio ideal populasi manusia. Pendapat lain memberikan paradigma yang kontradiktif dengan mengganggap Covid-19 justru sebagai antidote dengan manusia sebagai virusnya! Ya, manusia diyakini sebagai pihak yang telah membuat bumi ini sakit. Kontroversial mungkin, tapi saya yakin ada cukup banyak di antara kita yang mengamininya, betul?

Apapun, sebetulnya situasi "memulai kembali" kehidupan sudah dimulai atau sedang terjadi, minimal untuk beberapa kelompok manusia saat ini.  

Disadari atau tidak, kita sedang beradaptasi dengan sebuah kenormalan baru. Kalau biasanya bekerja di rumah atau belajar di sekolah, kini kita melakukan keduanya di rumah. Bila kita umum bersosialisasi di hang-out places, kini aplikasi seperti Zoom atau Google Meet adalah ruangnya.  

Seseorang yang seumur hidup yakin dirinya tidak punya bakat berdagang pun sekarang terpaksa membuka lapak di sejumlah media sosial untuk sekedar menyambung hidup. Sejumlah orang sudah dan sedang restart saat ini, dan bila kondisi tidak membaik, akan diikuti oleh sejumlah besar lainnya.  

Dan seharusnya, kita tidak takut menghadapinya.  Bisa jadi, siapa yang lebih dahulu memulainya akan memenanginya lebih awal.

Selanjutnya: Mulai ulang dari #diRumahSaja

Ikuti tulisan menarik Rudolf Tambunan lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu