x

Didi Kempot, Dory Harsa, Ardha Tatu, Denny Caknan, dan Ndarboy Genk. Foto didi Kempot oleh Imam Sukamto (tempo), foto lain dari tangkapan layar di YouTube.

Iklan

tuluswijanarko

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Minggu, 31 Mei 2020 13:59 WIB

Mencari Pengganti Didi Kempot; Ardha, Dory Harsa, Denny Caknan, Ndarboy Genk Atau...

Siapakah pengganti Didi Kempot? Pertanyaan itu sudah dilontarkan beberapa hari sejak berpulangnya sang maestro campursari pada 5 Mei lalu. Sebuah pertanyaan yang tampaknya mengandung semacam kecemasan: Adakah yang kelak bisa mengobati kerinduan para Sobat Ambyar atas kepergian Didi Kempot? Ada sejumlah nama yang lekat di hati Sobat Ambyar, dari Ardha hingga Denny Caknan. Tetapi siapakah yang bisa menggantikan posisi pakde sebagai musisi sekaligus panutan kultural?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di semesta lagu-lagu berbahasa Jawa juga dikenal nama NDX AKA. Duet dari Bantul  (Yonanda Frisna Damasa Fajar AR) ini tercatat sudah lebih dulu hadir ke publik sejak 2011. Mereka mulai dikenal luas sejak 2014 ketika lagu-lagunya beredar di YouTube, seperti Kimcil Kepolen, Ditinggal Rabi, Pamit Kerjo dan puluhan lagu lain-lain.

Tetapi duet ini menempuh genre berbeda dari Didi Kempot, yakni hiphop dangdut. Persamaannya adalah tema lagu-lagu mereka juga soal patah hati dan seluk-beluknya. Bisa jadi ini karena pengaruh Didik Kempot yang jadi idola Nanda.

Nah, dari sederet nama tersebut, siapakah yang bakal dan layak menggantikan Didi Kempot? Pertanyaan ini hampir mustahil dijawab sekarang, jika yang dimaksud menggantikan itu adalah bukan sekedar meneruskan genre musik sang lord, tatapi juga posisi Didi sebagai panutan kultural Sobat Ambyar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bagi para Kempoters, Didi Kempot dikagumi bukanlah sekedar kehadirannya sebagai musisi. Tetapi mereka mencintai sosok ini juga karena diluar urusan pernak-pernik musikalnya. Memang, pertama-tama mereka respek terhadap perjuangan Didi kempot yang selama puluhan tahun tetep dan tatag (setia dan tabah) dengan pilihannya mengusung campursari sejak genre ini masih ada di pinggiran.

Campursari dan lagu-lagu berbahasa Jawa ia perjuangkan sejak dari jalanan, hingga tembus ke panggung-panggung musik prestise era kini. Dari pintu rumah ke rumah, hingga ruang-ruang terhormat di kampus dan perusahaan-perusahaan besar.

Namun Sobat Ambyar juga melihat sikap istiqomah itu ditunjukkan Didi dalam menjalani hidupnya. Sudah banyak beredar cerita soal kesetiannya pada jalan kesenian yang membuatnya tak takut memperjuangkan masa depannya tanpa bergantung pada saudara (Mamik Prakosa) dan apalagi orang lain. Didi Kempot memperjuangkan kehormatannya dengan keringat dan darahnya sendiri.

Dan tentu saja orang juga tak melupakan sikapnya yang selalu membumi dan dermawan. Telah banyak kesaksian diungkapkan bahwa betapa atribusi legenda tak ia konversi jadi sifat congkak dan sombong. Didi Kempot tetap lembah manah dan akan selalu tersenyum dan menyalami siapa saja yang menyapanya. Ia tak sungkan untuk berfoto bersama penggemar yang memanggilnya di depan pagar pembatas sebelum masuk ruang tunggu pertunjukan.

Konser amalnya yang berhasil menghimpun Rp5 Miliar hanya dalam beberapa jam (dan lalu menjadi Rp7 M ketika rekening amal itu diperpanjang beberapa hari) akan jadi kisah yang bakal lama dikenang dan dituturkan untuk jadi inspirasi. Sifat dermawan dan welas asihnya itu itu sangat mungkin timbul karena pengalaman hidupnya yang penuh onak dan duri.

Demikianlah cara Didi Kempot bersemayam di hati penggemar dan pengagumnya--selain orang-orang terdekatnya tentu. Sebuah rute perjalanan yang tidak pendek dan sederhana untuk menjadikanya sebagau panutan kultural Sobat Ambyar. Dan dengan demikian menjadi tidak mudah untuk mencari penggantinya, dalam waktu dekat dan mungkin dalam jangka lama.

Tetapi sebaliknya juga tidak adil kalau kita membebani nama-nama penyanyi di atas agar bisa menjadi pengganti Didi Kempot. Mereka semua akan memiliki kisah dan sejarahnya sendiri. Biarlah mereka terus berproses untuk menemukan diri dan tempatnya dalam sejarah kelak.

Bahwa andaikan nanti, secara alamiah, ada yang mampu mengisi hati para Sobat Ambyar seperti halnya yang dilakukan Pakde Didi Kempot, itu adalah bonus yang tak terhingga. Tetapi hal ini tak akan pernah bisa dipaksakan.

Untuk saat ini, kita cukup meyakini bahwa lagu-lagu Lord Didi Kempot akan terus dinyanyikan musisi dari berbagai genre (cobalah sesekali menyimak Setasiun Balapan versi Zerosix Park feat Sanca Records yang kental dalam balutan progrock ala Dream Theater) dan itu cukup mengobati kerinduan kita pada almarhum.

Kita tahu selalu ada Layang Kangen untuk sang maestro.

Layangmu tak tompo wingi kuwi
Wes tak woco opo karepe atimu
Trenyuh ati iki moco tulisanmu
Ora kroso netes eluh neng pipiku…

Ikuti tulisan menarik tuluswijanarko lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler