Fenomena yang menimpa seluruh negara di abad ke-21 ini ialah World Health Organization (WHO), mempublikasikan bahwa pada tanggal 31 Desember 2019 terdapat laporan kepada Kantor Negara WHO mengenai kasus-kasus pneumonia di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina yang tidak diketahui penyebabnya. Selanjutnya, kasus tersebut dikenal dengan Coronavirus Disease-2019 atau Covid-19.
Kasus ini kemudian menyebar hampir ke seluruh negara yang ada di dunia, termasuk di Indonesia. Direktur Jenderal WHO sendiri telah mengumumkan bahwa Covid-19 ini sebagai pandemi global. Sejauh ini, pandemi Covid-19 telah melanda 215 negara di dunia, termasuk negara Indonesia.
Penyebaran pandemi Covid-19 ini secara masif tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan dan interaksi sosial di kalangan masyarakat. Akan tetapi, pandemi Covid-19 secara masif juga memberikan dampak di sektor pendidikan. Dampak pandemi Covid-19 di sektor pendidikan salah satunya ialah kebijakan untuk menutup sekolah untuk menekan penyebaran virus Covid-19.
Meskipun sekolah menutup gedungnya, namun proses pembelajaran tetap dilakukan dan tidak dihentikan. Hal ini juga didasarkan edaran menteri pendidikan dan kebudayaan bahwa seluruh kegiatan pembelajaran dilakukan dengan sistem pembelajaran dalam jaringan (daring) di rumah.
Pembelajaran secara daring merupakan hal yang baru untuk diterapkan dalam proses pembelajaran, khususnya di negara Indonesia. Kebijakan pembelajaran secara daring mulai efektif diberlakukan di beberapa wilayah provinsi di Indonesia sejak tanggal 16 Maret 2021.
Bagi guru yang terbiasa untuk memberikan materi pembelajaran secara langsung, tentu akan memunculkan rasa tidak siap dalam memberikan pembelajaran secara daring. Perubahan yang terjadi secara cepat dan mendadak sebagai akibat dari penyebaran Covid-19 akan membuat semua orang dipaksa untuk melek teknologi.
Selain itu, baik guru maupun siswa pada sistem pembelajaran daring dituntut untuk memahami berbagai macam media pembelajaran daring yang ada. Perubahan yang dipaksa oleh Covid-19 ini begitu cepat dan menyebabkan persiapan untuk menghadapi berbagai perubahan menjadi tidak maksimal. Hal ini tentunya akan berpengaruh kepada efektivitas pembelajaran daring itu sendiri.
Berdasarkan survei yang telah dilakukan kepada 152 orang siswa di salah satu Sekolah Menengah Atas yang ada di Indonesia, didapatkan tiga alasan utama yang menyebabkan siswa paham atau tidak paham selama pembelajaran daring berlangsung.
1. Pemahaman Siswa Terhadap Materi Tergantung Sulit atau Tidaknya Pelajaran
Ketika materi yang disampaikan mudah, maka para siswa dapat dengan mudah memahaminya. Sedangkan, untuk materi yang sulit akan membuat para siswa membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk memahami materi tersebut.
2. Tergantung Bagaimana Guru Menyampaikan Materi
Pemahaman siswa terhadap materi dipengaruhi oleh teknik yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi. Menurut para siswa, jika guru yang menyampaikan materi pelajarannya dengan baik, maka siswa lebih mudah untuk memahaminya dan begitupun sebaliknya. Selain itu, penyampaian yang kurang baik dalam menjelaskan materi akan menyebabkan turunnya semangat para siswa untuk memahami materi. Hal ini juga didukung dengan alasan ketiga
3. Kualitas Jaringan Internet dan Media Pembelajaran
Salah satu penunjang pembelajaran daring yang ialah koneksi internet. Koneksi internet yang tidak memadai dan seringkali bermasalah menjadi penyebab kurang efektifnya proses pembelajaran. Salah satu siswa menyatakan bahwa penyampaian materi melalui video pembelajaran lebih baik untuk digunakan, karena para siswa dapat mengulang kembali materi. Selain itu, melalui penggunaan video pembelajaran dalam menyampaikan materi, para siswa dapat menyesuaikan koneksi internet mereka. Kemudian, para siswa juga tidak khawatir akan ketinggalan materi, karena materi yang disampaikan melalui video pembelajaran dapat diputar kembali.
Ikuti tulisan menarik DS Project lainnya di sini.
