x

timnas

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 28 Mei 2021 07:29 WIB

Publik Butuh Timnas Menang, Sekalipun Laga Uji Coba, Tuan STy!

Sangat perlu dipahami oleh STy, dan semestinya PSSI dan stakeholder terkait, membisiki STy adalah publik sepak bola Indonesia rindu timnas Indonesia menang sekalipun dalam laga uji coba versus negara lain. Sebab, timnas bukan sepak bola pembinaan usia akar rumput (usia dini dan muda).

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Publik sejatinya bisa lebih cermat dan paham terhadap tim pujaannya mulai dari klub hingga timnas sebuah negara untuk urusan kompisisi pemain, strategi/taktikal/intrik bermain. Hingga mereka merasa mampu menentukan pilihan strating eleven yang menurutnya paling pas dan sesuai kebutuhan tim.

Tahu, sok tahu, kepentingan, politik

Sebab persoalan tersebut, sampai-sampai media massa pun mengangkat isu susunan pemain klub atau timnas dengan tajuk prediksi dan disiarkan atau ditayangkan sebelum pelatih klub atau timnas merilis susunan pemain. Bahkan banyak media yang membuat prediksi pemain yang layak dipanggil ke timnas, entah karena sekadar berita atau memang ada tujuan di dalamnya.

Banyak hal dibalik perasaan merasa lebih tahu dan sok tahu mereka pada urusan klub atau timnas. Ada yang tujuannya mulia benar-benar ingin memberikan masukan dan deskripsi kekuatan pemain untuk kepentingan klub dan timnas, ada yang lebih seperti influenser dan buzzer yang punya kepentingan lebih demi menaikkan pamor, mempromosikan, dan lain sebagainya karena ada pihak yang berkepentingan.

Dengan demikian, apa hal tersebut tak tergolong taktik, intrik, dan politik? Lucunya, banyak publik sepak bola yang kebakaran jenggot takala ada ruang zonasi sepak bola baik di media sosial maupun grup-grup sosial, anti pada urusan politik. Lucu, kan?

Karena yang bilang anti dan tak mau grup sosial sepak bola disusupi politik ini memang publik yang tak cerdas intelegensi dan personaliti. Sebab, sejatinya sepak bola adalah politik. Tanpa politik, bagaimana manajemen sepak bola di luar lapangan dan di atas lapangan dapat berjalan?

Fakta kejadian ini pun, yang terbaru dapat kita lihat di saat timnas senior asuhan Shin Tae-yong (STy) menyiapkan diri menghadapi partai lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2022.

Sebelumnya, saat menyiapkan timnas U-19 untuk Piala Dunia U-20, STy juga sudah kenyang diterpa persoalan yang sama. Bahkan sebelum timnas dibesut STy, maka seluruh pelatih yang membesut timnas Indonesia, juga mengalami hal yang sama.

Semua terkena permainan politik yang memang sengaja dicipta oleh pihak tertentu yang ingin menggembosi atau menjatuhkan kredibilitas dan nama baik. Para pemain politik di sepak bola pun  tidak susah untuk diidentifikasi.

Pelakunya bisa mengatasnamakan pribadi, kelompok, golongan dan lain sebagainya karena ada yang tidak dapat kue atau bagian. Sehingga pekerjaannya selalu mencari celah dan kelemahan untuk saling menjatuhkan.

Sebagai contoh, lihatlah respon publik di berbagai media massa atas kekalahan timnas saat ditekuk Afghanistan. Berbagai komentar, opini, hingga kritik pun melambung.

Satu di antara masalahnya adalah, STy ternyata tidak memasang komposisi pemain yang sesuai dan ekspetasi dan harapan publik. STy pun sepertinya juga tetap cuek bebek atas kerinduan publik sepak bola nasional yang ingin timnas itu menang meski sekadar laga uji coba.

STy yang sepertinya juga sudah tahu bahwa para pelatih pendahulunya di timnas Indonesia, selalu membikin kecewa publik karena alasan yang klasik, tetap tak bergeming.

Setiap pelatih memiliki motto, kalah dalam uji coba wajar, karena memang masih coba-coba. Tapi, faktanya, saat pertandingan sebenarnya, yang bukan coba-coba, timnas tetap kalah juga.

Bila lawan Afghanistan  pada 25 Mei 2021 timnas asuhan STy kalah 2-3 karena masih coba-coba, apa STy juga akan coba-coba lagi saat uji coba meladeni Oman pada 29 Mei 2021?

Bila ternyata STy sudah tak coba-coba saat bentrok dengan Oman, tapi tetap kalah juga, kira-kira STy mau bilang apa? Lalu, dalam lanjutan Kualifikasi Piala  Dunia 2022 saat menghadapi Thailand (3/6/2021), Vietnam (7/6/2021), dan Uni Emirat Arab (11/6/2021), timnas juga tetap kalah, apa kata-kata STy berikutnya?

Menghargai publik, timnas menang

Atas persoalan klasik tersebut, apa pun alasannya, siapa pun pelatih yang ditunjuk membesut timnas, wajib memiliki simpati dan empati terhadap publik sepak bola nasional.

Harus menghargai perasaan publik sepak bola nasional sebagai pendukung utama timnas, sebab selama ini publik terus dibikin kecewa oleh prestasi timnas, terutama oleh sikap para pelatihnya.

Pelatih timnas pendatang itu (asing), tentu tak akan lebih paham dari publik sepak bola nasional yang sudah menjadi saksi dari perjalanan karier setiap pemain.

Sehingga, saat pelatih memilih pemain tak sesuai ekspetasi publik saja, di situlah awal publik dikecewakan. Berikutnya, saat pemain yang tak ada dalam pilihan dan kacamata publik dipasang dalam laga uji coba hingga laga sebenarnya, dan membikin timnas kalah, disitulah kedua kalinya publik kecewa.

Dan, faktanya, hal ini sudah berulang kali terjadi di Indonesia, padahal publik sepak bola Indonesia adalah salah satu negara dengan pecinta sepak bola terbesar di dunia, sebelum STy dipercaya mengampu timnas.

Jadi, yang sangat perlu dipahami oleh STy, dan semestinya PSSI dan stakeholder terkait, membisiki STy adalah publik sepak bola Indonesia rindu timnas Indonesia menang sekalipun dalam laga uji coba versus negara lain. Sebab, timnas bukan sepak bola pembinaan usia akar rumput (usia dini dan muda).




Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler