x

Ilustrasi mencari pemimpin di TTS

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 16 Juni 2021 11:30 WIB

Mengapa Pemimpin Harus Bersikap

Sikap berdiam diri jelas tidak bertanggungjawab. Sebagai pemimpin, engkau akan dimintai pertanggungjawaban atas pembiaranmu. Apakah sikap diammu itu karena engkau memperoleh keuntungan tertentu bila peristiwa itu terjadi, sementara engkau merasa tampak bersih karena berdiam diri?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

‘Saudara kok tidak bersikap?’

‘Siapa bilang saya tidak bersikap?’

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

‘Kalau bersikap, jangan diam saja dong...’

‘Lho gimana? Diam itu sikap saya. Jelas?’

 

Ketika engkau menjadi pemimpin, atau setidaknya dipilih orang banyak untuk memimpin sekalipun mungkin engkau tidak cukup memiliki kualitas dan kompetensi yang dibutuhkan, maka engkau harus bersikap terhadap setiap urusan. Bersikap artinya menempatkan dirimu pada posisi tertentu terhadap suatu perkara atau persoalan. Tidak bisa netral, sebab sebagai pemimpin kamu harus berpegang pada nilai-nilai dan ukuran-ukuran yang menjadi rujukan dalam mengambil keputusan dan melangkah demi kebaikan orang-orang yang engkau pimpin.

Jika engkau belum cukup memiliki kualitas dan kompetensi yang diperlukan untuk memimpin, maka engkau harus cepat belajar menguasainya begitu engkau dipilih. Engkau tidak bisa sepenuhnya bersandar pada orang lain di sekitarmu, yang mungkin saja tidak sepenuhnya tulus membantumu. Orang-orang sekitar itu mungkin saja mempunyai kepentingan pribadi atau kelompok yang tidak sejalan dengan kepentingan rakyat banyak.

Orang yang engkau pimpin itulah yang mesti menjadi sandaranmu, sebab mereka yang memilihmu, memberimu amanah, memercayaimu, menyerahkan masa depan mereka kepadamu. Orang banyak memiliki nilai yang nyaris universal: kemanusiaan, keadilan, kebersamaan dan kegotongroyongan, saling menghargai dan menghormati keberagaman, perlindungan bagi yang lemah, yang semuanya mengacu pada kebaikan banyak orang—bukan segelintir kelompok, betapapun mereka orang-orang dekatmu. Mengecewakan orang yang engkau pimpin sama saja dengan mengingkari asal-usul kepemimpinanmu.

Apabila kamu berdiam diri terhadap urusan tertentu yang berpengaruh dan berdampak pada orang banyak—orang-orang yang memilihmu untuk memimpin, maka kamu sama saja dengan membiarkan urusan, perkara, persoalan itu terjadi dan mungkin berlarut-larut. Jika urusan itu buruk, maka itu sama saja dengan membiarkan keburukan terjadi.

Dalam keadaan seperti itu, sikap berdiam diri jelas tidak bertanggungjawab. Sebagai pemimpin, engkau akan dimintai pertanggungjawaban atas pembiaranmu. Apakah sikap diammu itu karena engkau memperoleh keuntungan tertentu bila peristiwa itu terjadi, sementara engkau merasa tampak bersih karena berdiam diri? Orang banyak yang telah memilihmu akan melihatmu melakukan pembiaran karena engkau diuntungkan oleh kejadian itu.

Sikap berdiam diri juga membingungkan masyarakat yang dipimpin. Orang banyak bertanya-tanya, apa sebenarnya yang dipikirkan pemimpin, yang diinginkan, yang dikehendaki, dan hendak dibawa kemana kita ini? Ketika engkau diangkat menjadi pemimpin, engkau bertanggung jawab pada jauh lebih banyak orang melampaui orang-orang yang semula mendukungmu. Sebagai pemimpin, engkau tidak bisa lagi hanya memimpin kelompokmu, menuruti kehendak kelompokmu, dan tidak mau mendengarkan apa lagi menyerap pandangan berbeda dari lainnya. Sebagai pemimpin, enngkau harus memimpin semua golongan, karena itu enngkau harus membebaskan diri dari sikap sektarian, kelompok, golongan.

Sebagai pemimpin, engkau tidak boleh hanya mau mendengarkan ucapan-ucapan yang menyenangkan, memuji, mengangkat kehormatanmu di hadapan sesama manusia. Engkau  tidak bisa lagi menutup telinga dari ucapan-ucapan yang mungkin mengritikmu. Kritik terhadapmu sebagai pemimpin itu justru yang akan menyelamatkanmu, bukan yang memuji-mujimu sekedar untuk membuatmu senang atau terlihat terhormat di mata kebanyakan orang. Kritik itulah yang mengembalikanmu pada jalan lurus sesuai dengan amanah orang banyak kepadamu.

Bila terjadi perselisihan di tengah masyarakat, pemimpin tidak boleh diam. Menjadi tugas pemimpin untuk menunjukkan jalan yang benar, tindakan yang seharusnya diambil, keputusan yang tepat bagi masyarakatnya.

Jika engkau diam berarti engkau mengambil keuntungan dari situasi yang tengah berjalan. Dan ini bukan karakter pemimpin, melainkan karakter penguasa yang selalu berusaha mengambil keuntungan bagi dirinya manakala terjadi perselisihan di tengah masyarakat. Sedangkan pemimpin akan menunjukkan jalan yang harus dtempuh agar masyarakat berjalan di rel yang benar. Seperti kata pepatah, show the way, lead the way; pemimpin menunjukkan jalan dan memimpin di jalan itu. Itulah yang membedakanmu dari orang-orang kebanyakan, orang-orang yang engkau pimpin. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler