x

Pasangan Ganda Puteri Indonesia Greysia Polii dan Apriyani Rahayu saat bertanding di Olimpiade Tokoyo 2020, tahun 2021. Foto: Antara/Sigid Kurniawan

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 6 Agustus 2021 14:30 WIB

Bila Politisi Nebeng Popularitas Greysia dan Apriyani

Nebeng popularitas serta nebeng momen memang menjadi salah satu kegemaran para politisi agar wajahnya tetap dikenali oleh masyarakat, termasuk ketika ada atlet yang berhasil meraih prestasi tinggi di tingkat dunia.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Bahwa banyak politisi cerdik memanfaatkan momentum, rasanya cukup benar. Begitu pasangan ganda putri Indonesia, Greysia dan Apriyani, meraih medali emas di Olimpiade Tokyo 2021, mereka mendapat ucapan selamat dari berbagai pihak, termasuk politisi. Tidak tanggung-tanggung, potret politisi pemberi ucapan selamat itu berada di latar depan, sedangkan foto Greysia dan Apriyani malah ditempatkan di belakang.

Apakah komposisi gambar seperti itu kebetulan belaka? Jelas tidak. Semua politisi itu, atau setidaknya orang yang ditugasi mengawasi perancangan desain ucapan selamatnya, tahu benar permainan komposisi foto: siapa yang di depan, mana yang lebih besar, mana yang lebih samar gambarnya, foto mana yang digunakan, dst. Meskipun ucapan selamat yang disampaikan, tapi ada pesan lain yang juga disampaikan oleh politisi: mengingatkan publik tentang dirinya. Ucapan selamat dengan foto-foto yang dikomposisikan sedemikian rupa itu merupakan bentuk permainan persepsi untuk memengaruhi masyarakat.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dengan memberi ucapan selamat kepada olahragawan yang sukses meraih emas, para politisi ini ingin menunjukkan kepedulian mereka dan simpati mereka kepada atlet pemenang, walaupun sebenarnya ada udang di balik batu. Bila tidak ada udang di balik batu, komposisi foto politisi dan atlet kita tidak akan seperti itu. Politisi cukup mencatumkan namanya, sedang seluruh halaman ucapan selamat itu didominasi oleh foto atlet. Bila politisi masih juga ingin nebeng, foto dirinya cukup berukuran kecil dan di latar belakang pojok. Foto yang ditonjolkan tetap atlet peraih medali emas ini.

Jika komposisinya seperti yang beredar di berbagai media, kelihatan benar bahwa para politisi nebeng popularitas Greysia-Apriyani. Perayaan atas kemenangan atlet kita ini dimanfaatkan sebagai momentum untuk numpang beken, mumpung masyarakat sedang mengelu-elukan pahlawan olahraga ini. Apa salahnya? Mungkin begitu politisi berpikir. Barangkali mereka lupa bahwa tidak setiap hal harus atau cukup dilihat dari segi salah atau benar, tapi juga bisa dan perlu dipandang dari segi layak atau tidak.

Ketika para atlet telah berlatih keras selama berbulan-bulan di bawah bimbingan para pelatih teknik, serta mengasah fisik hingga strategi, kemudian membuahkan hasil yang cemerlang dalam kompetisi kelas dunia, eh tahu-tahu politisi nongol dan ikut mejeng di depan kedua atlet emas ini. Kemana saja para politisi selama ini? Pernahkah mereka menyaksikan atlet-atlet ini berlatih dan memberi dukungan? 

Nebeng popularitas serta nebeng momen memang menjadi salah satu kegemaran para politisi agar wajahnya tetap dikenali oleh masyarakat. Dalam acara-acara peresmian, misalnya, peresmian apapun—gedung, mal, festival, kereta baru, ataupun perayaan, pejabat--yang umumnya juga politisi atau bukan politisi tapi bermain politik--seringkali ingin terlihat oleh publik. Bahkan, jika perlu, politisi pun ingin memperoleh credit point dari apa yang diresmikan itu bahwa ia seakan-akan telah berbuat sesuatu untuk mewujudkan gedung atau kereta yang merupakan fasilitas publik, misalnya. Meskipun mungkin kontribusinya amat terbatas, ia ingin itu dianggap signifikan.

Mereka lupa bahwa maasyarakat menghendaki dan lebih menyukai ketulusan seandainya pun seorang politisi berkontribusi besar terhadap sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Apa lagi jika tidak ada kontribusi apapun dari politisi atas keberhasilan atlet dalam meraih prestasi olahraga tertentu kelas dunia. Apa lagi jika para atlet itu lebih banyak mengandalkan kapasitas, potensi, kompetensi, serta spirit mereka sendiri dengan dukungan para pelatih mereka. 

Jadi, jika setelah kesuksesan diraih, para politisi berpose dominan di depan foto para atlet untuk tujuan nebeng popularitas, maka politisi itu selayaknya membayar kepada Greysia dan Apriyani. Iya dong, kan sudah nebeng beken; dan jangan lupa membayar kepada fotografer yang sudah menghasilkan foto bagus kedua pebulutangkis itu. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu