Permintaan terhadap produk peternakan ayam pedaging terus meningkat setiap tahun seiring bertambahnya penduduk serta kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengonsumsi protein hewani sebagai sumber pangan yang bergizi. Di tahun 2020, konsumsi daging ayam di Indonesia mencapai 7,9 kilogram per kapita atau sekitar 3,5 juta ton per tahunnya. Diperkirakan peningkatan akan terus terjadi hingga 9,32 kilogram per kapita pada tahun 2029. Kondisi tersebut dianggap sangat potensial bagi industri peternakan ayam ras di Indonesia, bahkan beberapa perusahaan poultry di Indonesia mencatatkan laba bersih pada Maret 2021 yang meroket hingga 10% daripada periode sebelumnya.
Dibandingkan dengan jenis daging lainnya, daging ayam paling banyak dikonsumsi masyarakat Indonesia karena harganya yang relatif murah. Masa panen dan pemeliharaan yang hanya memakan waktu sekitar 5-7 minggu saja membuat bisnis peternakan ayam sangat diminati karena menghasilkan perputaran modal yang cepat.
Dalam melaksanakan bisnis peternakan ayam modern, kandang adalah faktor terpenting dalam aspek pemeliharaan ayam broiler. Seiring dengan perkembangan teknologi di bidang usaha ternak, banyak peternak beralih ke sistem kandang modern (closed house) yang memanfaatkan IoT (internet of things) yang dilengkapi dengan sensor suhu, kelembaban, oksigen, dan aktivitas budidaya. Beberapa kelebihan dari sistem kandang closed house diantaranya:
- Memudahkan pengawasan tenaga kerja
- Kondisi udara lebih sehat karena lebih banyak kandungan oksigen. Gas-gas berbahaya seperti karbon dioksida dan amonia secara otomatis terbuang ke luar
- Meminimalisir ayam menjadi stress karena suhu dan kelembaban udara dapat diatur secara otomatis.
Salah satu contoh peternakan ayam modern closed house adalah Peternakan Ayam Pedaging Chickin Indonesia yang terletak di Kebonharjo, Kecamatan Polanharjo, Klaten, Jawa Tengah.
Kandang Closed House Chickin Indonesia
Berdasarkan informasi yang kami dapatkan, saat ini Chickin Indonesia memiliki 9 flok kandang closed house di Klaten dengan total kapasitas maksimal mencapai 150.000 ekor. Terintegrasi dengan IoT menggunakan MCC (micro climate controller), para peternak dapat mengatur baik suhu ataupun kelembaban secara otomatis sesuai dengan umur ayam dan mengaturnya secara manual dengan aplikasi Chickin Indonesia yang ada di Playstore.
Selain Chickin Indonesia, saat ini terdapat pula beberapa perusahaan atau universitas yang telah mengimplementasikan teknologi peternakan modern ini seperti, Research Farm UGM dan Japfa dan Teaching Factory IPB University.
Jadi, diharapkan konsep peternakan modern ini juga semakin berkembang di berbagai wilayah Indonesia untuk meningkatkan kualitas ayam dengan efisiensi dan efektivitas yang lebih baik.
Pentingnya Analisa Bisnis Peternakan Ayam Modern
Analisa sangat penting dilakukan untuk mempersiapkan kebutuhan biaya demi kelancaran bisnis peternakan ayam berbasis kandang modern closed house. Dalam melakukan analisa bisnis, komponen biaya dikelompokan menjadi dua bagian yaitu biaya investasi dan biaya produksi.
Setelah menghitung kedua komponen biaya tersebut, selanjutnya menghitung total biaya penjualan. Dari data tersebut dapat diukur besaran keuntungan, kerugian, hingga proyeksi untuk melakukan ekspansi melalui rencana penambahan jumlah bibit ataupun kandang.
Biaya Investasi Kandang Closed House
Biaya investasi adalah biaya yang harus dikeluarkan pada awal usaha untuk kebutuhan proses produksi dalam menjalankan bisnis. Hal ini menyangkut aset investasi dan modal (seperti pabrik, bangunan, kendaraan, dan peralatan) dengan jumlah yang cukup besar. Berikut merupakan perhitungan rincian modal investasi untuk membudidayakan ayam dengan kapasitas 40.000 ekor:
Keperluan |
Kebutuhan |
Nominal |
Tanah |
5.000 m2 |
1.000.000.000 |
Kandang |
1 |
1.050.000.000 |
Tempat Pakan dan Minum |
20 buah |
2.000.000 |
Paralon |
375 m |
7.500.000 |
Feeder Semi Otomatis |
6 |
16.800.000 |
Nipple |
2000 |
12.600.000 |
Terpal |
1000 m |
15.000.000 |
Cooling Pad |
100 lembar |
60.000.000 |
Tandon Air (beserta instalasi) |
1 unit |
10.000.000 |
Perlengkapan Mesin (exhaust fan, genset, mesin pakan, mesin vertikal, mesin horizontal, timbangan duduk, dan mesin pencampur obat) |
1 – 2 unit |
200.000.000 |
Bangunan Gudang Pakan, dan Penyimpanan |
1 |
100.000.000 |
TOTAL |
|
2.473.900.000 |
Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya tetap yang dikeluarkan oleh peternakan untuk operasional kandang yang secara kontinyu dalam menjalankan bisnis seperti membeli bibit dan pakan, hingga menggaji pekerja di kandang. Dalam biaya produksi juga ada biaya penyusutan kandang dan peralatan. Umumnya kandang dan peralatan hanya memiliki jangka waktu pemakaian sekitar 3 - 10 tahun sehingga perlu untuk diperhitungkan untuk perawatan dan pembelian alat terbaru kedepannya. Berikut merupakan perhitungan rincian biaya produksi untuk budidaya ayam pedaging dengan kapasitas 30.000 ekor:
Biaya Penyusutan |
Jumlah |
Kandang |
131.250.000 |
Paralon |
833.333 |
Feeder Semi Otomatis |
3.000.000 |
Nipple |
2.750.000 |
Terpal |
5.000.000 |
Cooling Pad |
4.000.000 |
Tandon Air |
833.333 |
Perlengkapan Mesin |
63.583.333 |
Bangunan Gudang Pakan dan Penyimpanan |
19.444.444 |
Gaji Tenaga Kerja: |
|
Supervisor dan Dokter Hewan |
18.000.000 |
Pegawai Kandang |
61.600.000 |
Sewa Tanah |
18.000.000 |
PBB |
2.700.000 |
Bunga Modal |
306.363.750 |
TOTAL BIAYA TETAP |
637.358.193 |
Biaya Tidak Tetap |
Jumlah |
Pakan |
168.000.000 |
Listrik |
99.000.000 |
Vaksin & Obat |
146.760.750 |
Biaya Perbaikan |
132.087.500 |
Biaya Pemasaran |
100.922.657 |
TOTAL BIAYA TIDAK TETAP |
646.770.907 |
TOTAL BIAYA PRODUKSI |
1.284.129.100 |
Jika dijumlahkan maka total biaya produksi untuk kandang tertutup berbasis IoT (internet of things) yang dilengkapi dengan Micro Climate Controller sekitar 7,2 miliar. Biaya terbesar terletak pada biaya pakan ayam. Banyaknya peralatan pada closed house berbasis IoT juga membuat biaya perawatan dan perbaikan lebih mahal jika dibandingkan dengan kandang biasa.
Estimasi Keuntungan Peternakan Ayam Modern
Dari 40 ribu ekor ayam, biasanya ayam yang berhasil dipanen hanya 97% nya saja atau sekitar 38.800 ekor. Jika menggunakan asumsi bahwa setiap ayam memiliki berat rata-rata sekitar 2 kilogram per ekornya dengan harga jual sebesar Rp. 32.000 per kilogram.
Maka, hasil penjualan sekali panen yakni sekitar Rp.32.000 dikalikan dengan 77.600 kilogram (berat 38.800 ekor x 2 kg) maka jumlah penjualan yang didapatkan sekitar Rp. 2.483.200.000 per periode panen.
Sehingga untuk menghitung rumus laba bersih adalah sebagai berikut:
(Hasil Penjualan) - (Modal Usaha) = Keuntungan Bersih |
(Rp. 2.483.200.000) - (Rp 1.284.129.100) = Rp. 1.199.070.900 |
Estimasi keuntungan bersih yang diperoleh dari usaha ternak ayam potong 40 ribu ekor dalam sekali panen mencapai 1 Miliar rupiah per panen dengan jangka waktu kurang lebih sekitar 3 bulan.
Namun perlu diingat bahwa perhitungan yang dilakukan kali ini sifatnya masih kasar, tidak mempertimbangkan unsur-unsur lebih detail yang umumnya biasa dilakukan dalam melakukan analisis finansial.
Kelebihan Berbisnis Peternakan Ayam Modern dengan Kandang Closed House
Manajemen perkandangan cerdas berbasis IoT (internet of things) dan AI Support akan memudahkan para peternak menghasilkan budidaya yang lebih optimal dan efisien. Pengembangan AI dan IoT dalam bentuk micro climate controller (MCC) di dalam kandang closed house membuat para peternak tidak usah khawatir lagi terkait masalah kelembaban udara dan suhu di dalam kandang, karena semua bisa diatur melalui Chickin App yang tersambung langsung ke smartphone para peternak.
IoT juga memungkinkan terjadinya budidaya jarak jauh, cocok untuk para investor karena mempermudah proses kontrol kandang. Dengan hadirnya IoT dan Micro Climate Controller, tingkat mortalitas pada ayam akan rendah, serta kualitas produksi semakin meningkat.
Ikuti tulisan menarik Media Chickin Indonesia lainnya di sini.