x

Iklan

Sukiman SMAN 1 AU

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 November 2021

Rabu, 1 Desember 2021 13:39 WIB

Komitmen Tak Berujung

Menerima di saat orang lain menolak menjadi sesuatu yang istimewa.Dipromosikan sebagai kepala sekolah biasanya menjadi tawaran yang membahagiakan ,tetapi lain ceritanya bila kita akan ditempatkan di daerah 3T/terpencil kemudian saya terima saat tiga orang sudah menolak untuk ditugaskan di daerah ini,yakni di SMA Negeri 1 Paminggir HSU Kalimantan Selatan. Saya berjuang keras mengabdi di daerah terpencil selama tujuh tahun tanpa putus,dengan segala keterbatasan sumberdaya di SMA Negeri 1 Paminggir. Saya mengeksplorasi seluruh hati,pikiran dan raga untuk memajukan sekolah ini. Ikhtiar tidak pernah mengkhianati hasil,Tuhan Yang Maha Kuasa memberi lebih dari yang saya minta,Prestasi demi prestasi saya ukir di sini baik prestasi sekolah maupun prestasi sebagai kepala sekolah ditingkat daerah,regional maupun nasional. Pada tahun tahun 2017 sekolah saya menerima Penghargaan Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional. Di tahun yang sama saya terpilih sebagai Terbaik II Nasional Kepala Sekolah Berdedikasi di Daerah Khusus. Puncaknya pada Tahun 2019 Saya menerima Anugerah Tanda Kehormatan Satya Lancana Pendidikan Presiden RI atas prestasi dan dedikasi dalam tugas profesional sebagai kepala sekolah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

KOMITMEN TAK BERUJUNG

Komitmen adalah janji yang tercermin dalam tindakan. Itulah sikap yang saya ambil saat menantang diri sendiri untuk menjadi seorang pemimpin. Tak pernah terbersit sebelumnya akan menjejakkan langkah di suatu tempat yang cukup asing bagi saya. Terbiasa dengan hiruk pikuk kesibukan kota. Riuh rendah suasana bersama kolega. Berbahagia berkumpul di tengah keluarga.

Keputusan besar yang saya ambil adalah komitmen yang harus dijaga. Komitmen yang merawat keteguhan hati untuk terus bertahan bahkan di masa sulit sekalipun. Tak bisa dihindari, kesetiaan pada komitmen ini akan berhadapan dengan berbagai tantangan.  Namun, saya menyadari tantangan sebesar gunung pun akan tumbang jika kita mampu merawat niat ikhlas sepanjang perjuangan dalam menjalankan roda pendidikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Profesi mulia sebagai kepala sekolah di Kecamatan Paminggir ini tak pernah menggerus berbagai impian dan harapan saya untuk memajukan dunia pendidikan. Jujur, saya tak merasa dibuang dengan ditempatkan di daerah pinggiran ini. Justru hadir rasa bangga bahwa saya dianggap cukup memiliki kekuatan dalam merubah “wajah” SMAN 1 Paminggir ini.  Keinginan kuat untuk mengabdi. Bahkan asa untuk menghasilkan karya terbaik tak bisa dibendung oleh berbagai rintangan dan hambatan yang siap menghadang di pelupuk mata.

Ket. Foto : Saya ketempat tugas

Mengarungi perjalanan darat selama satu jam. Membelah jalan dikelilingi perairan. Menyusuri deretan rawa permanen selama tiga jam dengan perahu motor. Maka jangan bayangkan ini adalah perjalanan tamasya yang menyejukkan mata. Membelah perairan maha luas ini bahkan semakin menggelorakan saya untuk lebih banyak menabur karya.

Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Paminggir atau yang disingkat SMAN 1 Paminggir yang akan saya jadikan laboratorium pencetak kader agen perubahan walaupun dengan fasilitas  apa adanya. Terhitung sejak tanggal 13 Agustus 2012, saya dipromosikan sebagai Kepala Sekolah di SMA Negeri 1 Paminggir hingga menjabat sampai sekarang.

Paminggir, salah satu kecamatan yang berada di titik terjauh dari Amuntai, ibu kota Kabupaten Hulu Sungai Utara yang berjarak kurang lebih 67 km. Secara geografis, wilayah Paminggir merupakan kawasan perairan rawa permanen sepanjang tahun. Apabila musim penghujan kawasan ini merupakan perairan yang dalam. Untuk menuju tempat tugas, dari rumah saya harus  menempuh perjalanan darat sejauh 24 km. Dilanjutkan dengan perjalanan air dengan kapal motor kurang lebih tiga jam. Saya bersama para guru tidak bisa pulang setiap hari melainkan harus tinggal di sekolah (rumah dinas guru) dan hanya seminggu sekali pulang dan bersua dengan anak dan istri.

Saya rela berpisah dengan keluarga tercinta karena memang tidak ingin terjebak dalam zona nyaman. Berusaha untuk tidak terlena dengan kenikmatan yang pernah dirasakan saat mengabdi di sekolah di daerah kota. Dan kini saya seakan menatap masa depan yang sangat cerah saat dulu menjejakkan kaki di gerbang sekolah untuk pertama kalinya.

Menghibahkan ilmu, tenaga, dan segalanya yang saya miliki. Termasuk meninggalkan anak dan istri yang sebelumnya tidak pernah berpisah. Maka niat tulus saya benar-benar diuji. Kuatkah saya menerima keputusan besar ini? Tentu saja, kekuatan itu tak serta merta lahir dari diri saya sendiri. Ada banyak dukungan. Semangat untuk berbagi di sekolah yang memang benar-benar memerlukan uluran tangan saya sebagai pemimpin.

Bukankah pencapaian terbesar dalam melakukan kebaikan apapun bentuknya, bukanlah penghargaan atau pujian? Jika hanya ingin dianggap sebagai pahlawan dan mendapat penghargaan, maka percayalah kita tidak akan pernah bisa mencecap kenikmatan dari proses mendidik yang kita lakukan. Namun, jika yang kita utamakan adalah menjaga komitmen dan membangun dedikasi, maka pengakuan dan sejenisnya hanyalah bonus yang menambah semangat untuk untuk berjuang, dan bukan berujung untuk melenakan.

Saat bertugas di Paminggir saya pun harus menyesuaikan diri dengan kultur budaya dan sosial ekonomi masyarakat disana. Sebagian besar masyarakat memang menggantungkan hidupnya dari alam mulai dari nelayan, beternak kerbau rawa, dan saat ini sedang berkembang budidaya sarang walet. Ada juga yang berdagang namun jumlahnya masih sedikit.

Selain itu, kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan masih rendah. Sebelum  SMA Negeri 1 Paminggir berdiri di tahun 2010, sebagian besar (85%) anak–anak pendidikannya putus hingga SLTP. Hanya sedikit yang melanjutkan ke jenjang SMA ke kota kabupaten, karena faktor biaya, jarak yang jauh, dan meninggalkan kampung halaman. Alhamdulillah, setelah ada SMA Neger1 Paminggir, anak-anak lulusan SMP bisa tertampung semuanya dan mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan SMA tanpa harus meninggalkan kampung halaman mereka.

 

Saya juga mendapat tugas mengelola kelas jauh atau Filial sebanyak 4 rombel atau kelas di Tampakang mulai tahun 2014. Di kawasan kelas jauh ini ada dua desa terisolasi air dan rata-rata dari keluarga tidak mampu. Sebelum di bukanya kelas jauh ini, pendidikan anak-anak juga terputus hanya sampai SLTP saja, karena  alasan biaya hidup sekolah kekota Amuntai tidak terjangkau. Jadi, sesungguhnya amanah kerja saya seperti menjadi kepala sekolah di dua sekolah yang berbeda.

Ket. Foto : Mendampingi siswa kelas jauh ke sekolah induk

Alhamdulillah, selama tujuh tahun bertugas di sekolah ini, saya sudah berperan aktif ikut menyukseskan program pemerintah atau Kemendikbud yakni program wajib belajar 12 tahun. Karena SMA Negeri 1 Paminggir sudah meluluskan lima angkatan dari lulusan SMA dan yang menggembirakan lagi sekitar 25 persen lulusan berhasil melanjutkan kuliah ke jenjang Pendidikan Tinggi Negeri dan swasta, seperti Universitas Lambung Mangkurat dan Universitas Palangkaraya, melalui program beasiswa Bidik Misi. Bahkan ada tiga siswa saya mampu kuliah di Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Airlangga berkat saya perjuangkan untuk mendapat Beasiswa Utusan Daerah, sebuah program kerja sama antara CSR PT Adaro Indonesia dengan IPB. Pencapaian ini membuat kami begitu bangga. Karena sebelumnya capaian prestasi ini belum pernah terjadi.

Melihat pendidik dan peserta didik yang penuh semangat setiap hari semakin menguatkan tekad saya untuk merubah sekolah ini. Saya meyakini mampu menyulap sekolah ini menjadi sekolah yang lebih baik. Dengan sekuat tenaga saya akan menyalakan lilin dan bekerja sama dengan mereka semua agar lilin impian dan harapan ini mampu terwujud satu per satu. Keterbatasan akses transportasi dan berbagai halang dan rintang takakan pernah menggoyahkan keinginan saya yang begitu kuat tertancap untuk selalu bergerak dan berinovasi.

Beternak mimpi. Menuliskan langkah demi langkah. Rentetan rencana yang disusun dengan rapi. Mengimajinasikannya setiap hari. Karena saya ingin menjadi kepala sekolah yang sempurna. Sempurna bukan berarti tanpa cela. Sempurna disini berarti saya benar-benar mengerahkan segala kekuatan yang saya punya dan kelemahan saya yang dilengkapi oleh orang-orang hebat di sekitar saya.

Saya bertekad menjadi kepala sekolah yang mampu dibanggakan. Sungguh, jalan takdir yang dibentangkan Allah kian “manis” terasa. Bicara bahagia tak terhitung momen yang sudah kami lalui bersama di sekolah ini. Urusan duka mestilah ada. Namun, sekali lagi tak ada rasa penyesalan sedikit pun saat di awal menyambut amanah menjadi kepala sekolah.

Amanah yang awalnya diserahkan kepada seseorang yang tak siap memanggul cita-cita besar. Karena Allah Mahapemurah tahu sayalah orang yang tepat untuk membangun masa depan sekolah ini. Ada banyak pertolongan Allah yang datang di tengah keterbatasan sumber daya alam dan fasilitas yang minim. Itu belum termasuk dengan keadaan pendidik yang sebagian masih honorer. Ditambah pula sarana dan prasarana minim yang juga belum didukung dalam hal kualitas lulusan yang dihasilkan sekolah.

Seiring berjalannya waktu, ada banyak rencana perubahan yang saya tawarkan. Semua mendukung termasuk orangtua peserta didik yang kebanyakan berasal dari kelas ekonomi rendah. Namun, lagi-lagi pertolongan Allah sungguh terasa dekat. Selalu ada jalan yang dihamparkan. Senantiasa hadir solusi yang menyejukkan diantara keruwetan problema yang kadang datang berkunjung.

Bukankah berbagai kesukaran hadir untuk mendewasakan? Rentetan fragmen hidup yang saya jalani selama bertahun-tahun di daerah terpencil ini semakin membukakan mata fisik dan mata batin saya. Bahwa proses yang dilalui akan menjadi guru kehidupan yang berharga. Guru yang akan mendidik kita menyelami banyak hal. Belajar bijak dari alam sekitar. Membenahi diri sendiri. Berkaca dari berbagai peristiwa yang bisa diambil pelajarannya.

Karena saya menyadari bahwa berusaha menjadi baik itu wajib. Bukan untuk memanen pujian. Bukan pula penghargaan. Sekecil apa pun perbuatan yang kita lakukan, dampaknya akan kembali kepada kita. Menabur kebaikan akan memanen kebaikan pula. Jangan pernah gentar untuk keukeuh memegang prinsip yang kita yakini benar adanya. Terkadang kita hanya perlu satu langkah berani untuk maju dan berani mencoba.

Dukungan keluarga benar-benar saya rasakan sebagai amunisi yang terus memompa semangat saya untuk berbuat lebih dan lebih. Sepertiyang pernah dituturkan Erik H. Erikson, seorang pakar perkembangan kepribadian yang mengatakan bahwa seoran pemimpin tidak boleh berhenti mengembangkan dirinya sampai tingkat “bijaksana”. Pemimpin jangan merasa cukup hanya mendengar dari beberapa pihak saja. Para barisan bawah dalam hal ini orangtua peserta didik dan masyarakat sekitar pun bisa menjadi teman diskusi yang baik. Pendapat dan masukan dari mereka adalah aset tak ternilai bagi kemajuan sekolah.

Bahkan Steve Jobs pernah mengingatkan, “Satu-satunya cara untuk melakukan pekerjaan besar adalah mencintai yang Anda lakukan.” Pernyataan ini benar adanya. Bekerja adalah aktivitas yang bernilai ibadah jika disertai niat yang benar dan tahapan proses yang dijalankan yang selalu melibatkan Allah semesta alam. Sebagai seorang pemimpn, saya berusaha tidak banyak bicara, melainkan melakukan tindakan yang menunjukkan bagaimana saya menghayati dan menikmati pekerjaan mulia ini.

Menyamakan frekuensi, menautkan gelombang pikiran dan perasaan tentunya bukan perkara gampang bersama istri dan anak tercinta. Riak-riak kecil bisa dilalui dengan saling menguatkan dan memahami. Intens berkomunikasi. Rutin saling memberi kabar. Saya tak ingin figur sebagai ayah dan kepala keluarga menjadi hambar karena ketiadaan fisik saya yang tak bisa berkumpul bersama mereka setiap hari. Kehangatan dan keakraban sebuah keluarga tak akan pernah bisa tergantikan.

Ket. Foto : Memimpin siswa melakukan gerakan penghijauan

Dengan izin Allah, hasil kerja keras kami pun membuahkan hasil. Sarana dan prasana mulai dilengkapi secara bertahap. Prestasi yang diukir peserta didik pun silih berganti hinggap menghampiri. Hal ini semakin membuat saya membangkitkan kembali semua sumber daya yang ada di SMAN 1 Paminggir. Kultur budaya sekolah yang semakin baik melalui pilot project program budaya lingkungan. Juga pengembangan kompetensi sosial dan kewirausahaan melaui kerja sama dengan berbagai pihak eksternal.

Saya seperti merasakan keajaiban. Tak terhitung nikmat-Nya yang sudah saya rasakan. Allah pun melihat apa yang sudah saya usahakan bertahun-tahun. Allah memang tidak pernah tidur. Allah memberikan banyak hal melebihi apa yang saya pinta melalui untaian panjatan doa. Pelan namun pasti karunia dan berkah hidup benar-benar dapat kami rasakan. Tak hanya prestasi pendidik dan peserta didik, dengan izin Allah sekolah pun menuai banyak prestasi.

Khusus prestasi sekolah saja sungguh sangat menggembirakan. SMAN 1 Paminggir sukses meraih berbagai penghargaan bergengsi yaitu Penghargaan Sekolah Adiwiyata  Tahun 2015 diberikan oleh Dinas Pemukiman dan Lingkungan Hidup Kab Hulu Sungai Utara, Penghargaan Sekolah Adiwiyata Tahun 2016 diberikan oleh Dinas Pemukiman dan Lingkungan Hidup  Provinsi Kalimantan Selatan, Penghargaan Sekolah Adiwiyata Tingkat Nasional Tahun 2017 diberikan oleh Kementerian  Lingkungan Hidup dan Kemendikbud, Penghargaan Terbaik III sekolah Sehat Tahun 2017 yang diberikan oleh Dinas Kesehatan dan Penghargaan terbaik II Sekolah Sehat Tahun 2018 yang diberikan oleh Dinas Kesehatan.

Ket. Foto : Saya mengajar pelajaran Kimia

Segala puji bagi Allah, saya pun turut mengharumkan nama sekolah lewat berbagai lomba yang saya ikuti. Diantaranya Juara I Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Juara III Kepala Sekolah berprestasi Tingkat Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan, Juara I Kepala Sekolah Berdedikasi di daerah Khusus Tingkat Provinsi tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan, Juara II Tingkat Nasional Kepala SMA Berdedikasi di Daerah Khusus tahun 2016 yang diselenggarakan oleh Dirjen GTK Kemendikbud,Sepuluh Terbaik Nasional Program Pertukaran Kepemimpinan Kepala Sekolah jenjang SMA tahun 2015 yang diselenggarakan oleh Dirjen GTK, Kemendikbud. Selain itu, saya pun terpilih sebagai Terbaik II Nasional Kepala Sekolah Berdedikasi di Daerah Khusus oleh Dirjen GTK Kemdikbud,dan penerima Anugerah Tanda Kehormatan Satya Lencana Pendidikan Presiden RI tahun 2019.

Dengan segala keterbatasan saya telah menghadapi banyak rintangan, tantangan, dan hambatan yang tidak bisa saya narasikan di sini. Berkat ketulusan, keikhlasan, dan kegigihan  saya telah berhasil mengangkat martabat masyarakat di daerah tertinggal seperti yang di cita-citakan dalam Program Nawacita Bapak Presiden Jokowi, bahwa pembangunan harus dimulai dari daerah tertinggal termasuk bidang pendidikan.

Ikuti tulisan menarik Sukiman SMAN 1 AU lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler