x

Pemain Timnas Garuda Witan Sulaiman dan Pratama Arhan. Antara/Humas PSSI

Iklan

Adjat R. Sudradjat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 25 Februari 2022 15:39 WIB

Menanti Langkah Konkret PSSI Mengangkat Timnas Garuda ke Kasta Dunia

Agar timnas sepakbola kita mampu berlaga di kasta dunia, harus jadi yang terdepan di Asia Tenggara. Lewati dulu Thailand dan Vietnam. Itu hal yang sangat niscaya. Berkaca dari Vietnam yang dulu hanya tim semenjana, kini mereka sudah di atas Indonesia. Jadi bagaimana caranya agar Tim Garuda bisa mentas ke level elite internasional Semoga perhatian pemerintah Indonesia terhadap prestasi sepak bola melalui Inpres No 3/2019 jadi titik tolak para pemangku kepentingan bal-balan Indonesia untuk bekerja dengan benar. 

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Meskipun tanpa keikutsertaan Timnas Indonesia U-23 dalam turnamen piala AFF U-23 di Kamboja saat ini, masih banyak pendukung Timnas Garuda yang menyaksikan setiap pertandingan antarnegara di Asia Tenggara itu tentunya. 

Paling tidak selain menikmati permainan yang disuguhkan para pemain muda dari beberapa negara peserta, kita pun mungkin sedikit banyak memiliki gambaran, dan dapat mengevaluasi timnas dari negara mana saja yang menunjukkan grafik prestasinya meningkat dari sebelumnya, dan negara mana pula yang justru malah menurun. 

Meskipun memang belum memasuki babak akhir yang bakal menentukan timnas negara mana yang bakal jadi juara, akan tetapi setidaknya di benak masing-masing sudah memiliki gambaran, dan dapat memprediksi, bahwa kemungkinan besar timnas U-23 Thailand dan Vietnam yang akan berebut trofi juara turnamen piala AFF U-23 kali ini. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hal ini berangkat dari realitas yang ada di depan mata, tentu saja. Misalnya saja dalam babak penyisihan grup C yang dihuni timnas Singapura, Vietnam, dan Thailand. 

Dari ketiga negara ini, Thailand dan Vietnam selama ini merupakan saingan berat Timnas Indonesia. Selain timnas dari negeri Jiran Malaysia tentunya, tapi belakangan ini prestasinya melorot setelah ditumbangkan Timnas Indonesia dalam babak penyisihan grup turnamen piala AFF di Singapura dengan skor 4 - 1, dan dikalahkan oleh timnas Laos U-23  di Kamboja baru-baru ini dalam perebutan tiket babak semifinal turnamen piala AFF U-23. 

Sementara dalam catatan  pertemuan terakhir Timnas  Indonesia dengan timnas dari kedua negara tersebut adalah di turnamen piala AFF Suzuki Cup 2020 yang digelar di penghujung tahun 2021 dan awal 2022 di Singapura, sepertinya ada catatan tersendiri, dan setidaknya menjadi perhatian para pemangku kepentingan sepak bola Indonesia. 

Ketika itu, Timnas Indonesia yang tergabung di Grup B mencatatkan kemenangan 4-2 atas Kamboja dan kemudian kemenangan 5-1 atas Laos, kemudian menahan juara bertahan, Vietnam untuk bermain imbang tanpa gol sebelum mengalahkan musuh bebuyutan Malaysia 4-1 untuk memenangkan grup B. 

Di babak semifinal, Indonesia harus melakukan segala cara hingga babak perpanjangan waktu sebelum mampu mengalahkan tuan rumah Singapura secara agregat 5-3. 

Sedangkan di babak final yang untuk ketiga kalinya Timnas Indonesia harus berhadapan dengan timnas Thailand, pada leg pertama pada 29 Desember 2021, Timnas Garuda harus menelan kekalahan 4 - 0, dan pada pertandingan berikutnya yang berlangsung pada 1 Januari 2022, timnas kebanggaan Indonesia ini berhasil menahan imbang pasukan Gajah Perang dengan skor 2 - 2. Sehingga hasil akhir dimenangkan skuad Thailand dengan agregat 6 - 2. Timnas Indonesia pun harus puas untuk kembali menjadi runner-up. 

Dari catatan di atas, kemudian kita melihat fakta yang ada di depan mata saat ini, di turnamen piala AFF U-23 yang saat ini tengah berlangsung di Kamboja, khususnya dengan sepak terjang timnas Thailand dan Vietnam yang tidak bisa dipandang sebelah mata, atau diabaikan begitu saja. 

Sebab, suka maupun tidak langkah awal sepak bola Indonesia untuk menuju tingkat dunia, atau paling tidak di tingkat Asia, maka para pesaing di Asia Tenggara itu sebelumnya harus mampu untuk dilewati. 

 

Cetak Biru PSSI dan Revolusi Timnas Vietnam Menuju Panggung Dunia 

Lalu pertanyaannya, sejauh mana PSSI yang merupakan otoritas sepak bola di Indonesia, ini melakukan langkah konkret untuk memajukan prestasi olahraga yang paling banyak digemari bangsa ini? Dan mengapa bisa sampai tertinggal satu langkah oleh Vietnam? 

Tercatat jika perhatian serius pada sepakbola baru diberikan pemerintah Vietnam pada 1989. Kendati begitu, persepakbolaan masih belum beranjak jauh. Liganya acap dibelit skandal, timnasnya pun kerap jadi bulan-bulanan tim seperti Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Kebijakan terbuka yang mengizinkan keterlibatan pemain dan pelatih asing sejak tahun 2000 belum bisa memberikan kemajuan sesuai ekspektasi. 

Baru setelah mengetahui pangkal permasalahannya pada mentalitas di bidang pembinaan pemain usia dini, VFF berupaya berbenah pada awal 2007 dengan menggandeng klub top Inggris Arsenal FC dan sekolah sepakbola Prancis JMG Academy. Kerjasama itu menghasilkan pusat pelatihan HAGL-Arsenal JMG Academy di Pleiku yang infrastrukturnya berstandar internasional. 

Hasilnya, pada 2007 timnas Vietnam mampu mencapai perempatfinal Piala AFF –yang diulangi pada 2019. Pada 2018, Vietnam berhasil menjuarai Piala AFF dan setahun kemudian merebut medali emas cabang sepakbola SEA Games. Kini, tim berjuluk Golden Star Warriors itu membidik satu dari empat jatah Piala Dunia 2022 dari zona Asia. 

Sementara itu pemerintah Indonesia ternyata baru memberikan perhatian khusus terhadap prestasi sepak bola melalui Inpres No 3/2019 yang ditandatangani Presiden Jokowi. 

Sebagaimana diakui Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali, Inpres itu menjadi dasar bagi pihaknya untuk meningkatkan pembinaan sepak bola usia dini. Lantaran menurutnya, selama ini Indonesia belum memiliki sistem pembinaan yang baik untuk menghadirkan tim nasional yang berprestasi. 

Atas dasar itu, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) mulai serius menindaklanjuti Inpres No 3/2019. Dalam Kongres Tahunan 2021 lalu, Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan membentuk tim ad hoc untuk menerbitkan pedoman bagi semua pemangku kepentingan yang tertuang dalam inpres itu untuk gotong royong membangun sepak bola. 

Produk final dari tim ad hoc itu ialah menciptakan cetak biru pembangunan sepak bola nasional. Di dalam cetak biru itu, PSSI akan memberikan pedoman peran-peran konkret yang diharapkan dari 13 pemangku kepentingan yang disebut dalam Inpres Nomor 3/2019. 

Alhasil, mereka bisa menjalankan perannya masing-masing untuk membantu pembangunan sepak bola yang jalan di tempat dan telah paceklik prestasi lebih dari tiga dekade. 

Sebagaimana dikutip dari kompas.id, langkah pertama yang disusun PSSI adalah kerangka untuk menghadirkan school of excellence (SE) untuk sepak bola di 34 provinsi. PSSI mengusulkan setiap provinsi memiliki SE yang akan dikhususkan untuk anak-anak berusia 9 hingga 14 tahun agar bisa mengenyam pendidikan dasar tentang sepak bola. 

Dari  blueprint, atau cetak biru kerangka kerja terperinci yang menjadi landasan dalam pembuatan kebijakan yang meliputi penetapan tujuan dan sasaran, penyusunan strategi, pelaksanaan program dan fokus kegiatan serta langkah-langkah atau implementasi yang harus dilaksanakan oleh setiap unit di lingkungan kerja di bawah otoritas PSSI, ini diharapkan dalam sepuluh tahun, catat: sepuluh tahun kemudian timnas Indonesia mampu berbicara di pentas dunia. 

Jadi bagi para pendukung fanatik Timnas Indonesia, yang memiliki ekspektasi untuk menyaksikan timnas Indonesia berlaga di ajang piala dunia, setidaknya harus menunggu 10 tahun lagi. 

Alamak! 

Bisa jadi untuk memangkas waktu yang cukup lama itu, dan paling tidak untuk memberikan harapan bagi insan pecinta sepak bola Indonesia, maka PSSI pun mengambil cara lain, yakni dengan melaksanakan program naturalisasi pemain keturunan berdarah Indonesia yang berkiprah di luar negeri, khususnya mereka yang berada di benua Eropa. 

So, mudah-mudahan dengan langkah tersebut Timnas Indonesia setidaknya mampu bersaing di tingkat regional Asia Tenggara, dan dapat merebut medali emas di ajang Sea Games, maupun turnamen piala AFF Suzuki Cup yang rencananya akan kembali digelar di penghujung tahun 2022 nanti. 

 

Semoga. ***

Ikuti tulisan menarik Adjat R. Sudradjat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler