x

Iklan

Abbra Goldfine

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 14 April 2022

Senin, 18 April 2022 22:32 WIB

Sastra Era Reformasi

Sastra sudah ada sejak lama, dan sastra tersebut juga terbagi dari beberapa periode. Disini, sastra yang akan dibahas adalah sastra di era reformasi yang terbagi menjadi 3 bagian, yaitu Sastra Cyber, Perempuan Pengarang, Banjir Cerpen.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Era reformasi diawali oleh era Orde Baru, dimana pada era tersebut dipimpin oleh Presiden Soeharto. Pada era itu, pendidikan bersifat terpusat, yakni ana pendidikan itu diselenggarakan oleh pihak otoritas kekuasaan administratif birokratis dan penyelenggaraan kurikulum juga diikuti dengan penyelenggaraan metode mengajar dan sistem evaluasi.

 MasaOrde Baru berakhir setelah turunnya Soeharto pada tahun 1998, dikarenakan masyarakat yang sudah tidak percaya lagi pada ke pemerintahan Presiden Soeharto. Berakhirnya masa Orde Baru menandakan lahirnya masa baru yang disebut dengan masa reformasi. Di era reformasi ini, ada banyak perubahan di dalam kehidupan manusia, Baik dari segi ekonomi, politik, bahkan pendidikan dan sastra.

 Reformasi itu sendiri adalah perubahan sistem kehidupan menjadi lebih baik dalam semua bidang kehidupan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Reformasi adalah perubahan secara drastis untuk perbaikan. Salah satu perubahan yang terjadi dari masa ke masa adalah pendidikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 Sastra juga termasuk dalam bidang pendidikan dan karya seni. Sastra dalam bahasa latin disebut litteratura yang sebenarnya tercipta dari terjemahan grammatika (bahasa yunani) yang berarti huruf (tulisan atau letter).

 

Pada era reformasi, kesusasteraan ditandai dengan munculnya pengarang pengarang perempuan yang di mana karyanya banyak dilihat dan dipuji oleh orang dan pengamat sastra, juga ditinjau dan di apresiasi masyarakat karena banyaknya buku yang terjual.

 

Sastra pada era reformasi, bisa dilihat dari karya-karya dan periode nya.Periode sastra era reformasi dibagi menjadi 3, yaitu:

1. Sastra Cyber.

Penggunaan istilah sastra cyber sendiri menyatakan jenis medium yang dipakai: medium cyber, persis sama halnya dengan istilah sastra koran, sastra majalah, sastra buku, sastra fotokopian/stensilan, sastra radio, sastra dinding, dan sebagainya. Jadi, semua tulisan sastra yang dipublikasikan melalui medium cyber disebut sastra cyber.

2. Perempuan Pengarang

Periode perempuan pengarang ini bercirikan dengan banyaknya penulis muda yang dengan bebas mengeksplorasi bahasa, salah satu penulis muda ialah Ayu Utami dengan Novel "Saman" yang meraih penghargaan dewan kesenian jakarta 1997 dan dicetak ulang sebanyak 22 kali.

Suksesnya Ayu Utami diikuti oleh Dewi Lestari, dengan novelnya yang berjudul "Supernova:Ksatria, Putri dan Bintang Jatuh". (2001), saat ini sudah 5 kali cetak ulang, sebanyak 75.000 eksemplar. Novel ini adalah novel pertama yang memanfaatkan sains untuk kepentingan fiksi.

3. Banjir Cerpen

Kesusasteraan Indonesia tidak lepas dari yang namanya cerpen di koran atau majalah. Sejarah cerpen sendiri berasal dari sketsa, fragmen, esai-esai yang mengangkat kehidupan sehari hari, dengan ceritanya yang dibuat menghibur dan dibuat dengan berbagai suasana lainnya. Cerpen bisa membawa pembaca hanyut dalam suasana yang ditulis oleh penulis itu sendiri, tidak hanya mengangkat kehidupan sehari -hari, cerpen juga memuat berita berita aktual.

Pada masa reformasi ini, semua kalangan masyarakat, baik dari golongan warga, individu, pers yang memanfaatkan sastra sebagai berita, bisa dengan bebas mengekspresikan apapun itu melalui sastra. Dengan bantuan teknologi yang ada, orang orang bisa lebih mudah mengeksplorasi dan menulis sastra yang ada tanpa harus dibatasi oleh sesuatu.

 

 

Ikuti tulisan menarik Abbra Goldfine lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu