x

Cara berkomunikasi secara jujur dan berempati dengan anggota keluarga menjadi kunci komunikasi efektif pada masa pandemi

Iklan

jihan ristiyanti

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 April 2022

Selasa, 14 Juni 2022 06:50 WIB

Pentingnya Berbagi Peran dalam Relasi Keluarga

Pergeseran kultur tidak bisa dihindari, kini perempuan juga diharapkan ikut serta membantu perekonomian keluarga. Tapi seharusnya partisipasi perempuan di ranah publik tumbuh dari kesadaran pentingnya pemberian hak-hak dan kewajiban yang setara. Di ranah keluarga, kesadaran berbagi peran ini sayang belum muncul.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Setengah abad lalu, barang kali gaya hidup pernikahan yang ideal acapkali dinarasikan sebagai berikut: suami bertugas memenuhi kebutuhan materi istri dan keluarga. Sementara istri berperan mengurus rumah dan anak-anak. Dewasa ini, pandangan itu masih mendominasi, meski mulai ada pergeseran.

Ya, hari ini telah terjadi pergeseran kultur. Dulu ruang-ruang publik  banyak diisi laki-laki dan sumber pendapatan keluarga hanya berasal dari suami atau ayah. Kini perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk tampil menunjukkan kemampuannya di ruang publik, baik di lingkungan pemerintahan, pendidikan, maupun sosial.

Pergeseran kultur tersebut memang tidak bisa dihindari. Tingginya kebutuhan hidup menjadi salah-satu alasan mengapa perempuan juga diharapkan untuk ikut serta dalam membantu perekonomian keluarga. Alasan tersebut tidak bisa dibenarkan secara penuh. Sebab, partisipasi perempuan di ranah publik seyognya tumbuh dari kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian hak-hak dan kewajiban yang setara.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sayangnya, angin segar itu tidak lantas dibarengi dengan kesadaran dalam keluarga untuk berbagi tanggung jawab di ranah domestik. Meski secara material, seorang ayah dan ibu  sama-sama berkontribusi dalam sumber keuangan keluarga.

Pikiran bahwa, pekerjaan domestik seperti: mengurus anak, pengolahan keuangan rumah tangga, persoalan dapur sampai kebersihan rumah adalah pekerjaan perempuan masih bercokol di banyak pikiran suatu masyarakat.

Padahal, sepatutnya perubahan peran ini juga dibarengi dengan pergeseran pola relasi antara suami istri. Dengan pembagian kerja yang lebih lentur. Jika tidak, beban yang ditanggung perempuan menjadi ganda. Sebab, selain bekerja di ranah publik, mereka juga harus mengurus seluruh pekerjaan domestik dalam rumah tangganya. Yang berujung pada adanya ketimpangan relasi antara suami dan istri.

Contoh sederhana dalam penerapan pembagian kerja antara suami dan istri di ranah domestik. Baik suami atau istri bisa bergantian menyiapkan makanan untuk keluarga.  Tergantung situasi dan kondisi. Jika istri tengah sibuk menyiapkan anak pergi sekolah. Tak ada salahnya, suami membantu menyiapkan sarapan untuk keluarga. Tak perlu harus memasak makanan berat yang kaya rempah-rempah.  Begitu pula sebaliknya.

Seorang suami bisa menemani anak belajar saat istrinya tengah mencuci pakaian dan sebaliknya. Membuat jadwal membersihkan rumah besarma-sama juga merupakan bentuk dari melatih empati dan menumbuhkan kesadaran tentang arti setara dalam keluarga. Termasuk membicarakan semua keputusan yang menyangkut keluarga.

Hal yang perlu digaris bawahi, pembagian peran di ranah domestik tidak hanya penting bagi keluarga yang kedua orang tuanya memutuskan berkarir. Sebab, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga adalah pekerjaan penuh yang sesunggunhnya. Tidak memiliki waktu rehat. Sebagaimana, jika bekerja di ranah publik yang masih memiliki hari libur.

Maka dari itu, penting  bagi suami dan istri untuk berbagi peran. Meringankan beban satu sama lain. Bukankah, perkawinan merupakan  komitmen bersama untuk menjadi partner hidup? Jadi sudah sewajarnya jika kita membangun relasi yang setara antara suami dan istri.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik jihan ristiyanti lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler