x

Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh. Dari Wikipedia

Iklan

Ananto S.P

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 2 Juli 2022

Sabtu, 9 Juli 2022 08:24 WIB

Analisis Sastra Bandingan Pada Cerita Rakyat Si Pitung dan Kisah Pangeran Diponegoro dengan Pendekatan Struktural

Analisis Sastra Bandingan Pada Cerita Rakyat Si Pitung Dan Kisah Pangeran Diponegoro Dengan Pendekatan Struktural

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persamaan dan perbedan dalam karya sastra yang ditulis oleh pengarang yang berbeda. Sumbernya adalah cerita rakyat Si Pitung yang ditulis Melly Febrida dan cerita Pangeran Diponegoro yang ditulis Ulfa DJ. Analisis perbandingan dilakukan dengan membaca dan memahaminya secara menyeluruh, mengidentifikasi titik-titik kesamaan dan perbedaan dalam aspek struktural, dan membandingkan dan menafsirkan poin tersebut.  

Temuan menunjukkan bahwa urutan peristiwa yang membentuk alur dari dua cerita pendek memiliki kesamaan, yaitu menggunakan alur maju. Temanya juga memiliki kesamaan, yaitu tentang sifat kepahlawanan terhadap kedua tokohnya.  Data juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pada latar yaitu pada cerita Si Pitung terletak di Jakarta sedangkan Pangeran Diponegoro berada di Yogyakarta. 

Kata kunci: sastra bandingan, persamaan, perbedaan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pendahuluan
Sastra bandingan dalam praktiknya menyangkut bidang studi dan masalah lain. Pertama kali istilah sastra bandingan dipakai untuk studi sastra lisan, terutama cerita-cerita rakyat dan migrasinya, serta bagaimana dan kapan cerita rakyat tersebut masuk ke dalam penulisan dunia sastra yang lebih artistik. Meskipun studi sastra lisan mempunyai permasalahan tersendiri (yaitu masalah penyebaran dan latar sosial), permasalahan dasarnya sebenarnya sama dengan sastra tulis. Sehingga ada yang berpendapat bahwa sastra lisan bagian integral dari sastra tulis dan kesinambungan sastra lisan dan sastra tulis tidak pernah terputus. Dengan demikian, maka istilah sastra bandingan bukan istilah yang dikhususkan untuk studi sastra lisan, tetapi juga menyangkut keberadaan sastra tulis.

Berkaitan dengan penelitian yang penulis buat mengenai sastra bandingan antara cerita rakyat Si Pitung dan kisah Pangeran Diponegoro dengan mencari perbedaan dan persamaan secara struktural. Alasan kenapa memilih cerpen dan cerita rakyat tersebut, karena penulis merasa bahwa ada kesamaan dan perbedaan dalam kandungan cerita tersebut sebagai perbandingan yang akan di deskripsikan atas hasil temuan yang dianalisis.

Metode penelitian 
Dalam penelitian ini akan diperbandingkan cerpen berjudul karya dengan cerita rakyat Si Pitung yang ditulis oleh Melly Febrida dan kisah Pangeran Diponegoro yang ditulis oleh Ulfa DJ dengan metode deskriptif kualitatif, dengan menjelaskan dan mendeskrupsikan temuan-temuan hasil analisis terhadap data yang terdapat persamaan ataupun perbedaan yang berkaitan dengan kedua cerita tersebut secara struktural.
Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, metode yang digunakan dalam kajian ini yakni metode penelitian kualitatif induktif. Maksudnya, pengkaji berangkat dari pembacaan dan pemahaman naskah karya sastra secara umum, kemudian mengidentifikasi titik mirip atau dengan kata lain pengaji mencoba mendeskripsikan dan melihat kemiripan yang terdapat di antara kedua karya tersebut. Berdasarkan dari data yang diperoleh dari identifikasi tersebut, titik mirip yang ditemukan itu dikaji dengan cara diperbandingkan antara cerita rakyat Si Pitung yang ditulis oleh Melly Febrida dan kisah Pangeran Diponegoro yang ditulis oleh Ulfa DJ Selanjutnya penulis mengkaji dengan cara menentukan gejala-gejala yang dianggap memiliki persamaan dan perbedaan yang tejadi dengan cara penafsiran tersendiri berdasarkan data-data yang mendukung.
Pembahasan

Penulis mengambil data berupa cerita rakyat tentang sipitung yang ditulis oleh Melly Febrida dan artikel tentang biografi pangeran Diponegoro yang ditulis oleh Ulfa DJ. Penulis melakukan analisa data yang terhadap kedua cerita tersebut sehingga diperoleh hasil terhadap pembahasan yang terdapat perbedaan dan persamaan secara struktural.

Pengertian Struktralisme
Strukturalisme merupakan teori yang digunakan untuk menganalisis kebudayaan. Strukturalisme pada dasarnya merupakan cara berpikir tentang dunia yang terutam berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-struktur dalam karya sastra. Menurut Sundari dalam (Wijaya, 2014), struktur karya sastra terdiri atas unsur alur, tokoh dan penokohan, tema, latar, dan amanat cerita. Unsur inilah yang akan membangun struktur sebuah karya sastra.
 Penelitian ini membahas cerita rakyat Sipitung yang ditulis oleh Melly Febrida dengan biografi pangeran Diponegoro yang ditulis oleh Ulfa Dj  sebagai karya yang memiliki struktur. Untuk itu, yang dibahas dalam cerita tersebut tidak dikaitkan dengan lingkungannya, seperti pengarang, pembaca, atau penerbitnya. Hal yang dibahas adalah sistem formalnya yaitu unsur-unsur seperti tema, alur dan latar.

Hasil
Terhadap analisis yang telah dilakukan, penulis menemukan beberapa berbedaan dan kesamaan yaitu sebagai berikut:
Persamaan:
1. Tema
Tema dari kisah Si Pitung ini adalah kepahlawanan dan perjuangan . Yaitu, tentang bagaimana seorang pemuda memperjuangkan nasib warga di kampung tempat dirinya tinggal dimana ia pun rela mengorbankan jiwanya. Begitu pun tema dari cerita Pangeran Diponegoro ini juga tentang kepahlawan yang berjuang melawan Belanda di daerah Yogyakarta, beliau adalah seorang putra keraton yang ingin mengembalikan kerukunan dan keharmonisan di tanah Jawa.
2. Alur
Kisah ini diceritakan dengan alur maju . Sinopsisnya secara beruntun dimulai sejak tokoh masih kecil, menimba ilmu, hingga bagaimana akhirnya ia memutuskan untuk menjadi pahlawan bagi penduduk miskin yang kelaparan .
Berikut kutipanya :
“Si Pitung adalah salah satu pendekar betawi yang berasal dari Rawabelong, Jakarta Barat. Dia lahir di daerah Pengumben, Ayahnya bernama Bang Piun dan ibunya bernama Mpok Pinah. Pitung menempuh pendidikan di pesantren yang dipimpin oleh Haji Naipin, seorang pedagang kambing. Si Pitung adalah pemuda saleh, ia rajin belajar mengaji dengan Haji Naipin. Selain belajar mengaji ia pun dilatih silat. Setelah bertahun-tahun kemampuannya dalam mempelajari ilmu agama dan ilmu bela diri makin meningkat.
Pada waktu itu belanda sedang menjajah Indonesia. Si Pitung merasa iba menyaksikan penderitaan yang dialami oleh rakyat kecil. Sementara itu, kompeni (sebutan untuk Belanda) dan para tuan tanah hidup bergelimpangan harta. Rumah dan ladang mereka dijaga setiap hari oleh centeng-centeng yang galak.
Sejak hari itu Si Pitung memutuskan untuk membela orang-orang yang lemah. Ia tak tahan lagi melihat penderitaan rakyat jelata yang disebabkan para centeng tuan tanah dan orang-orang Belanda. Sudah banyak centeng-centeng yang ia hajar bahkan, sebagian dari mereka insyaf dan membuat sebuah kelompok bersama Pitung. Bersama kelompoknya, ia merampoki rumah-rumah orang kaya dan membagi-bagikan harta rampasan kepada rakyat jelata.”
Cerita Diponegoro juga menggunakan alur maju. Pada penjelasanya menceritakan perlawananya terhadap penjajahan dari tempat yang berbeda namun dengan urutan tanggal yang terlama ke tanggal terbaru.
Berikut alurnya:
Desa Tegal Rejo, 20 Juli 1825
terjadilah pertempuran pertama, pasukan pasukan Pangeran Diponegoro mampu memutar balikkan keadaan, dan berhasil kabur ke Gua Selarong karena tersesak.
Gua Selarong, 23 Juli 1825
Pangeran Diponegoro dan pasukan yang ikut berjuang, mengatur strategi malawan Belanda, “kemarin kita sudah diserang, adat jawa sudah direndahkan, apakah kita tetap berpangku tangan setelah melihat itu semua?” kira-kira itu yang disampaikan oleh Pangeran dalam menyemangati para pejuang.
Mergolunyu, Bagelan Barat, Juli 1825
Serangkaian kemenangan demi kemenangan dimenangkan oleh para penjuang, mereka berhasil merebut beberapa Desa yang dahulu pernah diambil alih oleh Belanda dengan menggunakan siasat dan kesaktian dan doa.
Perbedaan:
Latar
Tempat terjadinya kisah Si Pitung legenda dari Betawi ini adalah di wilayah Jakarta yang dulunya bernama Batavia. Lokasi tepatnya  ialah di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Sedangkan cerita Pangeran Diponegoro berlatar di daerah jawa yaitu di Yogyakarta seperti yang dijelaskan diatas yaitu di Tegal Rejo, Gua Selarong dan Mergolunyu.

Kesimpulan
Pada kedua cerita tersebut telah ditemukan persamaan pada tema yang bercerita mengenai sifat kepahlawanan terhadap tokohnya dan persamaan alur cerita yang menggunakan alur maju. Ditemukan pula perbedaan dari kedua cerita tersebut yaitu pada latar tempat pada  cerita Si Pitung berada di Jakarta sedangkan Cerita Pangeran Diponegoro bertempat di Yogyakarta.

 

Ikuti tulisan menarik Ananto S.P lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu