x

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 26 Agustus 2022 13:06 WIB

Harapan Munculnya Capres Segar Bakal Pupus?

Jika Anies dan Ganjar akhirnya tidak memperoleh endorsement dari elite-elite partai, adakah nama lain yang mungkin dimunculkan di luar elite politik yang itu-itu lagi? Bila tak ada, maka kita sebenarnya tengah terperangkap dalam permainan elite politik yang tidak ingin melepas kekuasaan dari tangan mereka. Rakyat terpaksa memilih capres dari politisi yang itu-itu lagi.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saling mengunjungi di antara elite politik semakin sering terjadi. Ini bagian dari upaya menjajagi kemungkinan membangun koalisi antarpartai politik. Tujuan pokoknya ialah menemukan kecocokan dalam hal pencalonan presiden, sebab kemenangan pilpres akan membuka jalan bagi terjaminnya tempat di lingkaran kekuasaan terdalam. Keliru dalam menentukan siapa capres yang akan diusung dan didukung berpotensi membuat partai terlempar dari lingkaran dalam kekuasaan.

Pemilihan presiden dua tahun mendatang berpotensi memunculkan presiden yang pro-status quo bila hanya elite berkuasa saat ini yang berkesempatan maju. Sebutlah mereka adalah Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, Puan Maharani, Muhaimin Iskandar, yang tidak lain adalah elite politik yang sudah lama duduk di teras pimpinan partai. Figur-figur lain yang namanya kerap disebut dalam survei capres bukanlah elite partai. Anies Baswedan bahkan bukan kader partai manapun, sedangkan nasib Ganjar bergantung pada apakah Puan maju atau tidak sebagai capres ataupun cawapres.

Dominannya pengaruh elite politik di partai-partai tertentu, seperti Gerindra, PDI-P, Golkar, Demokrat, serta PKB menjadikan peluang bagi capres segar begitu terbatas. Sosok seperti Anies Baswedan mungkin didukung oleh sebagian kader partai, tetapi elitelah yang dominan dalam mengambil keputusan, sehingga ‘nasib’ Anies sebagai orang luar partai amat dipengaruhi oleh keputusan elite partai, khususnya ketua umum.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Adanya aturan presidential threshold 20% semakin mempersempit pintu masuk bagi capres-capres potensial yang memiliki gagasan segar atau setidaknya bukan bagian dari status quo yang ingin bertahan di lingkaran kekuasaan. Efek buruk dari aturan ambang batas ini akan terlihat dalam pilpres mendatang manakala tidak ada capres yang bukan bagian dari elite terbatas saat ini.

Meskipun Anies selalu berada di antara beberapa figur yang menempati peringkat teratas survei capres, bersama Prabowo dan Ganjar Pranowo, namun ini bukan jaminan baginya untuk memperoleh dukungan dari elite partai. Masyarakat juga menunggu panggung apa yang akan ditempati Anies setelah ia menyelesaikan tugasnya sebagai Gubernur DKI Jakarta? Akankah ia perlahan surut dari panggung politik nasional dan kehilangan peluang untuk maju ke pilpres 2024?

Bagaimana nasib Ganjar Pranowo? Bila Puan Maharani dicalonkan oleh PDI-P, maka peluangnya pun akan memudar. Betapapun populernya nama Ganjar di berbagai survei, tapi elite politik PDI-P lebih memilih Puan sebagai putri Megawati yang dipandang lebih layak. Elite PDI-P tampaknya juga percaya bahwa popularitas Puan masih bisa terus ditingkatkan hingga menjelang pendaftaran capres tahun depan.

Bila Megawati sudah memutuskan Puan yang dimajukan sebagai capres, maka peluang Ganjar akan sirna. Kecil kemungkinan ada partai politik lain yang akan mengusung Ganjar, setidaknya karena alasan ingin menjaga hubungan baik dengan PDI-P. Sebab, seandainya PDI-P berhasil mencetak hat-trick dan menjadikan Puan sebagi Presiden, maka hubungan baik ini akan jadi catatan bagi elite PDI-P untuk membangun kerjasama di pemerintahan.

Jika kedua figur yang populer dalam berbagai survei tersebut akhirnya tidak memperoleh endorsement dari elite-elite partai, adakah nama lain yang mungkin dimunculkan di luar elite politik yang itu-itu lagi? Bila memang tak ada, maka kita sebenarnya tengah terperangkap dalam permainan elite politik yang tidak ingin melepas kekuasaan dari tangan mereka. Rakyat terpaksa memilih capres dari politisi yang itu-itu lagi. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler