x

Gambar ini diambil saat Lomba Festival Kampus Jakarta

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Senin, 17 Oktober 2022 07:35 WIB

Seni Bukan Kebenaran Tapi Bisa Membantu Memahami Kebenaran

Pablo Picasso, pelukis top dari Spanyol mengatakan bahwa seni bisa membantu kita memahami kebenaran. Maka seniman, termasuk penulis sebaiknya membantu masyarakat memahami kebenaran, bukan sebaliknya malah menyesatkan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Bambang Udoyono, penulis buku

Art is not truth; it is a lie which makes us see the truth.  Seni bukan kebenaran; ia adalah kebohongan yang membuat kita melihat kebenaran.   Itulah terjemahan quote dari Pablo Picasso, seorang empu pelukis dari Spanyol.

Kalau Anda melihat lukisan Picasso maka Anda akan memahami quotenya.  Lukisannya aneh tapi sarat makna.  Misalnya ada sebuah lukisannya yang menampilkan kepala manusia yang besarnya melebihi badannya.  Jelas itu bukan kebenaran.  Meskipun demikian ada metafora yang terkandung di sana.  Metafora itulah yang membantu kita memahami realitas. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Prinsip ini tidak hanya berlaku buat karya Picasso tapi semua karya seni.  Karya sastra termasuk.  Banyak sekali karya sastra sejak jaman kuno seperti Mahabarata sampai novel jaman now yang mengandung metafora.   Dalam bahasa Jawa ada kata pasemon atau semu.  Ada juga kata pralampito.  Selain itu ada kata sasmito. Semuanya memiliki arti sama.  Semuanya padanan kata metafora.

Di dalam sastra Jawa ada kisah tentang Mas Karèbèt alias Joko Tingkir. Di masa mudanya dia adalah seorang perwira kerajaan Demak yang sekti mondroguno. Konon dia pernah menjabat sebagai komandan pasukan pengawal raja.   Kalau di zaman kekinian danpaspampres.

Suatu hari tentara Demak mengadakan seleksi prajurit baru.  Di antara para calon prajurit ada seorang bernama Dadung Awuk yang sakti dan arogan karena dia konon kebal senjata.  Mas Karèbèt yang panas hatinya lalu mengujinya dengan menusukkan sadak kinang (ujung daun sirih).  Si Dadung Awuk seketika mati.  Akibatnya Sultan Trenggono marah lalu Mas Karèbèt dipecat.     Terpaksa dia meninggalkan istana dengan menanggung malu.

Tidak lama kemudian ada sebuah kejadian yang menggemparkan masyarakat kota Demak.  Di tengah kota ada seekor banteng mengamuk. Para prajurit Demak sudah berupaya mengamankan tapi mereka tak berdaya.  Tiba tiba muncullah Mas Karebet.  Tanpa memakai senjata apapun dna sendirian saja Mas Karèbèt mampu menaklukkannya.  Atas jasanya itu dia diterima kembali menjadi perwira di angkatan darat Demak.

Ada sebuah tafsir menarik atas cerita itu.  Sadak kinang adalah ujung daun sirih kecil yang biasa dipakai dalam upacara panggih (pertemuan) dalam adat perkawinan Jawa.  Kedua mempelai saling melempar daun sirih kecil dalam upacara itu.  Jadi itu adalah pasemon bahwa ada kisah asmara di balik pemecatan Mas Karèbèt.  Kemungkinan besar ada hubungan khusus antara dia dengan seorang putri Sultan Trenggono.  Itulah sebabnya Sultan marah.  Bantèng mengamuk adalah pasemon dari pasukan yang memberontak.  Hanya Mas Karebèt yang mampu mengendalikan karena dia adalah komandannya.  Jadi mungkin mereka protes pemecatan tersebut.

 Babad adalah karya sastra, bukan karya ilmiah.  Maka ia terbuka terhadap tafsiran.  Ia membantu kita memahami atau paling tidak mengotak atik situasi sosial politik Demak di masa lalu.   Tentu saja tafsir bisa berbeda beda.  Kalau Anda punya tafsir sendiri ya monggo saja. Semuanya sah sah saja.

Karya sastra memang diharapkan memiliki interaksi dengan pembacanya.  Penulis pasti mengharapkan interaksi itu menghasilkan manfaat yang baik.  Mereka mestinya berharap karyanya akan memberi hiburan atau motivasi , inspirasi, atau pencerahan.

Banyak karya sastra yang memiliki metafora, meskipun tidak semuanya. Banyak juga yang tidak memiliki makna sama sekali.  Demikian juga karya seni lain.  Jadi monggo pilih yang bisa membantu Anda memahami kebenaran dan membawa manfaat.

Para penulis idealnya membuat karya yang membawa manfaat. Mungkin memberi informasi, hiburan, pencerahan, ilmu dsb. Jangan malah menyesatkan, meimbulkan kebencian dan amarah atau menyesatkan keimanan masyarakat.

 

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu