x

KOLEKSI FOTO PRIBADI

Iklan

Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Juni 2022

Jumat, 18 November 2022 13:47 WIB

Risalah Hari Pahlawan

Risalah Hari Pahlawan. Artikel Cinta Bumi Indonesia. Tjoet Njak Dhien. Spiritualitas taat iman. Menancapkan rencong keberanian, kesederhanaan, perlawanan menegakan keadilan, gigih suci, menggusur, mengusir, kolonial. Salam baik saudaraku.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Merdeka atau mati!” Masih adakah pekik itu.

Masih adakah kebanggaan pekik itu di nurani oknum patgulipat kedalam dompet gigantik. Adakah, telaah strategis rancang bangun lebih canggih, mencegat lebih dini, anti curi.mencuri keuangan negara, selicin belut icu (itu) meski telah diawasi aturan anti.korupsi.

Zaman sebuah negeri merdeka lebih dari tiga perempat abad. Anak cucu negeri ini, sangat menghormati hari kemerdekaan negeri pahlawan Indonesia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

**

Tjoet Nja' Dhien (1848-1908). Menyulam renda-renda sejarah, di barisan gugusan kepulauan, pegunungan, mega berarakan memberi kabar kepada pemilik semesta, bahwa negeri ini memiliki para pelaku sejarah heroik, spirit kejujuran, patriot asli-para pahlawan kemerdekaan, keberanian berkata benar. 

Untuk negeri para petani, para nelayan, tradisi-tradisi, menjunjung tinggi kearifan tatakrama, adat istiadat keluhuran budi pekerti, kesederhanaan nan sublim leluhur negeri para sahabat, pendahulu berjiwa tulus, seluas langit, disayang Ilahi. 

Tjoet Nja' Dhien. Salah satu tokoh pejuang wanita terkemuka negara ini, memberi keteladanan cinta, pejuang tangguh, bergerak dari hutan ke hutan perjuangan, mengibarkan bendera jiwa patriotisme kultural. Mengobarkan dayajuang, mengusir kolonial Belanda-penjajah atas hak wilayah rakyat tradisi-tradisi pemangku tanah lahirnya, ia ingin tradisi leluhurnya tetap sejahtera berkesinambungan menuju cita-cita lebih luas, Nusantara-Indonesia merdeka, kini.

Tjoet Nja' Dhien. Spiritualitas taat iman. Menancapkan rencong keberanian, kesederhanaan, perlawanan menegakan keadilan, gigih suci, menggusur, mengusir, kolonial.

Tjoet Nja' Dhien. Tak sempat menyaksikan kibaran bendera, Sang Dwiwarna, di negerinya Indonesia-pemilik para pejuang hebat anti.kolonialisme, anti.imperialisme, semoga tak ada isme merek lokal macam itu, kini, ataupun akan datang.

**

Sumbangsih cinta kepada negeri hijau Khatulistiwa, tak perlu slogan aklamasi simbol kamuflase jargon warna warni seluas lapangan bola. Lakukan saja. Kerja untuk negeri anti.korupsi, dengan kewajaran ‘Manunggaling kaula ing jagat Maha Gusti Pangeran’ optimisme Indonesia Bersatu. 

Peduli kesetaraan, bersama berjuang di segala sektor kecermatan, kecerdasan bening, mengarungi langit, gugusan mega indah kultur ilmu pengetahuan. 

Membasmi perilaku kuitansi gaib/korup, agitasi catutan di dalam laci-laci. Tak menghormati martabat berbangsa, ekonomi kerakyatan edukatif jurdil.

**

Tradisi Nusantara, mewariskan kesantunan, kebaikan, kebenaran keberagaman. Jika memang beriman, jangan berkhianat dalam bentuk apapun, semisal, atas nama ‘cinta untuk negeri ini' buntutnya terlibat budaya korup's suap-suapan, bramacorah hoaxism niskala isu. Sang Garuda, 'kan terus memburu, menyergap, bersama pasukan keadilan hukum-Indonesia Raya. Semoga.

Perilaku korup's, tidak memberi keteladanan kepada publik, terutama, pelajar Indonesia, tengah tumbuh berkembang, berjuang sepenuh iman Ilahi untuk negerinya di garis terdepan hingga perbatasan negeri, edukasi, sains, teknologi tepat guna, menuju ajang berbagai kompetisi bermanfaat, demi negeri sangat dihormati, disayang sepenuh cinta. 

Teman muda Indonesia 'Pelajar Pancasila' mampu mengejar etape sirkuit ilmu pengetahuan, mumpuni di ranah sains, teknologi tepat guna, bermanfaat. 

**

Tradisi nusantara, senantiasa memberi keteladanan, sejak dalam kandungan ‘ibu tradisi’ dari benih ‘ayah tradisi’, khusyuk bermartabat. Upacara adat istiadat suci beriman, untuk nurani negeri tercinta ini. Doa ayah.bunda, sanak famili, kenduri persaudaraan tradisi-tradisi berbudi multi.kultur-elemen dasar penguat Konstitusi Negara ini.

Film Tjoet Nja' Dhien, epos sejarah Indonesia produksi 1988, sutradara Eros Djarot, pemenang Piala Citra-film terbaik, salah satu film penting setelah, November 1828, sutradara, Teguh Karya, salah satu empu teater Indonesia terkemuka, pengasuh Teater Populer, di Jakarta Indonesia. 

Dua film itu memiliki akar kuat sejarah Nusantara, sangat baik menjadi film pelajaran keteladanan, terutama untuk setingkat pelajar Indonesia, sangat baik pula menjadi pustaka compact digital, lantas dibagikan 'gratis' untuk perpustakaan sekolah hingga keperbatasan Indonesia. Barangkali akan tetap lebih murah, dibandingkan uang triliunan rupiah raib dicuri koruptor.

Film tentang sejarah kepahlawanan negara ini, salah satu cara, lebih meningkatkan prestasi, sains, sosiohumanis, tekno edukatif, sedini mungkin. Demi dunia pendidikan Indonesia, mendukung percepatan generasi, pengayoman, perhatian langsung, lebih baik lebih luas lagi dari negara.

**

Tjoet Nja' Dhien, telah wafat pada 1908, di makamkan di Gunung Puyuh Sumedang Jawa Barat. Kepahlawanan beliau dicatat sejarah Indonesia. Namanya, diabadikan menjadi nama Bandar Udara Aceh, Nagan Raya di Meulaboh. 

Menghormati para pejuang pahlawan Indonesia, pengabdian ikhlas pada negeri tercinta ini, takkan terbayar hutang darah di badan.

Koruptor, melibas keuangan negara, kejahatan kelompok white crime, dunia internasional pun mengecam kejahatan jenis itu, pencuri hak generasi anak cucu negeri ini. 

Halo Indonesia. Salut. Terima kasih negeriku. Tegas membasmi korupsi. Semoga pula tak sekadar harapan.

**

Tjoet Nja' Dhien, bersama para pahlawan Indonesia pendahulunya, menyulam cinta seindah renda-renda sejarah negeri ini. Warisan keteladan para pahlawan, mozaik keabadian peradaban. Menjadi cermin bagimu negeri kepulauan ratna mutu manikam, harapan pertumbuhan teman muda. 

Setelah pekik ‘Merdeka atau mati’ dari para patriot asli, pahlawan negara ini. Kemerdekaan Indonesia telah terwujud. Amin ya Allah.

Tafakur, bersama kebijaksanaan para pahlawan Negeri Nusantara, bergerak mengangkasa semesta langit bak gelombang lautan, bersama beriman bening. Doa khusyuk untukmu pahlawan negeriku. Salam Indonesia Raya.

***

Jakarta Indonesiana, November 18, 2022.

Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler