x

Ilustrasi Cendekiawan. Ilustrasi dari Convegni Ancisa, Pixabay

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Jumat, 9 Desember 2022 13:58 WIB

Ketika Akademisi Jadi Stempel Hasrat Kekuasaan

Tanggungjawab sosial untuk menyampaikan kebenaran merupakan hal yang krusial akhir-akhir ini, karena sebagian ilmuwan dan akademisi cenderung tidak lagi peduli terhadap tanggungjawab ini. Sebagian dari mereka lebih condong untuk mengabdi kepada kekuasaan dalam pengertian lebih mengedepankan kepentingan kekuasaan dibandingkan kemaslahatan rakyat banyak.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Tanggung jawab sosial ilmuwan sebenarnya sudah sangat jelas, yaitu mengamalkan ilmu yang dimiliki untuk kemaslahatan rakyat banyak, untuk kemanfaatan bangsa. Keberpihakan ilmuwan kepada rakyat bukan lagi suatu pilihan, melainkan kewajiban. Ini tidak lain karena ilmuwan mencari kebenaran, dan setelah menemukannya, ia berkewajiban untuk mengabdikan kebenaran demi kepentingan rakyat banyak.

Dengan ilmu yang dimiliki, ilmuwan ataupun akademisi memiliki tanggungjawab untuk mencerahkan dan meluaskan horison pemahaman masyarakat mengenai persoalan bangsa. Dalam konteks ini, kebenaran dan tanggung jawab sosial tidak dapat dipisahkan. Ilmuwan punya kewajiban untuk menjelaskan persoalan bangsa dengan sebenar-benarnya, bukan memanipulasi kebenaran untuk tujuan lain, baik untuk kepentingan ekonomi segolongan orang, kepentingan kekuasaan, kepentingan politik elite, dan kepentingan lain yang bersifat parsial atau kelompok kecil tertentu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Tanggungjawab sosial untuk menyampaikan kebenaran merupakan hal yang krusial akhir-akhir ini, karena sebagian ilmuwan dan akademisi cenderung tidak lagi peduli terhadap tanggungjawab ini. Sebagian dari mereka lebih condong untuk mengabdi kepada kekuasaan dalam pengertian lebih mengedepankan kepentingan kekuasaan dibandingkan kemaslahatan rakyat banyak.

Dalam relasi antara ilmuwan-akademisi dan kekuasaan, akademisi bertindak sebagai penyusun argumen bagi penyusunan aturan dan kebijakan yang dibuat oleh kekuasaan (eksekutif, legislatif, maupun yudikatif). Berbekal keilmuannya, mereka juga penyusun strategi yang jitu, yang sayangnya digunakan oleh kekuasaan dalam menghadapi rakyat. Ilmuwan-akademisi ini menjadi penyusun argumentasi untuk membenarkan langkah-langkah yang ditempuh kekuasaan. Mereka ini menutup mata terhadap dampak buruk dari pilihan keputusan kekuasaan itu terhadap masyarakat. 

Oleh karena itu, dibandingkan dengan administratur atau pejabat lain yang duduk di lingkaran kekuasaan, bahkan dibandingkan para politikus, pilihan ilmuwan-akademisi untuk menyokong kekuasaan merupakan tragedi. Sungguh tragis. Mengapa? Karena ilmuwan-akademisi memiliki kecerdasan relatif di atas rata-rata, bekerja dengan menggunakan perangkat ilmiah (teori, konsep, dan breakdown-nya), tapi perangkat ilmiah ini dipakai sebagai alat pembenar atau legitimasi akademisi demi kepentingan kekuasaan, bukan untuk memperkuat warga masyarakat.

Tanggungjawab sosial diganti dengan hasrat mendukung kekuasaan, barangkali karena kekuasaan memang mempesona. Padahal, secara organisasi kenegaraan, masyarakat merupakan unsur paling lemah dibandingkan pemerintah, legislatif, yudikatif, maupun badan lain seperti TNI-Polri. Ikatan di antara warga masyarakat relatif lebih longgar, kurang disiplin, memiliki kemauan berbeda-beda, tidak berada di bawah satu komando yang tegas.

Tapi, jelas, sebagian ilmuwan-akademisi tidak lagi memiliki komitmen dan keberpihakan kepada rakyat banyak. Bagi mereka ini, mengabdi kepada kekuasaan lebih menarik—kuncinya terletak pada terpuaskannya hasrat untuk mengatur hajat hidup orang banyak. Ilmuwan-akademisi ini menikmati kekuasaan ketika melihat bahwa rakyat banyak terpaksa atau sukarela mengikuti aturan-aturan yang argumentasinya merupakan buah pikir mereka. Mereka menikmati buah kecerdasan mereka terbukti berhasil dalam memaksa rakyat banyak mengikuti kemauan kekuasaan. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler