Menurut Soemantri (2005:103), “Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata.” Siswa tunagrahita memiliki hambatan intelektual yang menyebabkan hambatan dalam perkembangan sosial, akademik, dan bahasanya. Karena hal tersebut, salah satu hal yang paling berdampak pada diri siswa adalah motivasi belajarnya.

Berdasarkan sebuah penelitian ditahun 2017 yang dilakukan di SMPLB Putra Jaya Malang, senam ceria yang rutin diadakan oleh sekolah tersebut setiap paginya (kecuali hari Jum’at) sebelum dimulainya kegiatan belajar mengajar di kelas ternyata dapat memacu motivasi belajar siswa tunagrahita—khususnya tunagrahita mampu didik, baik secara akademis maupun non akademis.

Hal ini dibuktikan dengan siswa tunagrahita yang merasa senang dengan kegiatan tersebut, terdapat peningkatan prestasi belajar untuk siwa dan sekolah, kemampuan motorik atau aktivitas fisik menjadi lebih bagus, kebugaran dan Kesehatan tubuh lebih baik, sehingga keseluruhan kegiatan kategori tersebut sangat berpengaruh di dalam peningkatan motivasi mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut disampaikan langsung oleh pihak guru, siswa, dan wali murid di SMPLB Pura Jaya Malang.

“Senang biar enggak langsung kaget buat belajar di kelas,” kata Salsa, salah satu siswa tunagrahita di SMPLB Putra Jaya Malang. “Senang, karena senam membuat badan jadi sehat dan bisa bersenang-senang bersama teman,” kata Tegar, yang juga merupakan siswa tunagrahita di SMPLB Putra Jaya Malang. “Senang, karena sehat di jantung enak, dan bisa bermain bersama,” kata salah satu siswa lainnya bernama Didin.

Jenis-jenis senam yang diterapkan pun juga beragam. Antara lain senam Sehat Ceria Anak Indonesia, senam Ayo Baris, senam Gemofamire dan senam Pinguin. Hal ini dilakukan agar siswa tunagrahita tidak merasa bosan dengan senam yang dilakukan setiap paginya ini.

Selain itu, keberhasilan senam pagi dalam membangun motivasi belajar siswa tunagrahita juga didukung oleh aspek-aspek seperti ketepatan dalam perancangan programnya, ketertarikan siswa tunagrahita, peran serta guru yang berkontribusi, juga hal-hal yang mendukung seperti sarana prasarana yang disediakan oleh sekolah.

Ikuti tulisan menarik Fahriyana Rusdianti lainnya di sini.