Karya sastra tidak lepas dari realitas kehidupan manusia. Sastra lahir dari pikiran-pikiran dan imajinasi pengarang atas apa yang dia lihat dari kehidupan di dunia. Meski karya sastra itu dikatakan sebagai fiksi, unsur-unsur realitas tetap berperan di dalamnya. Banyak karya sastra di Indonesia yang lahir karena sesuatu yang telah terjadi. Salah satunya tentang kehidupan masyarakat pada zaman kolonial. 

Indonesia pernah mengalami masa-masa gelap yakni saat masih menjadi negara yang terjajah. Banyak pengarang yang mengabadikan peristiwa ini dalam karya sastra seperti prosa, puisi, mau pun drama.

Salah satu karya sastra yang merekam kehidupan pada zaman kolonial yakni tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Tetralogi Buru adalah nama untuk empat novel Pramoedya Ananta Toer yang terbit pada tahun 1980 hingga 1988 dan sempat dilarang peredarannya. Keempat judul novel tersebut adalah Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca.

Tetralogi Buru menceritakan tentang sejarah keadaan pribumi Indonesia yang tertindas oleh kaum kolonial. Meskipun sempat dilarang beredar pada masa itu, kini Tetralogi Buru dapat ditemukan di setiap toko buku. Kita bisa melihat gambaran Indonesia pada masa itu melalui empat novel Pramoedya Ananta Toer ini.

Selain Tetralogi Buru, karya sastra yang juga merekam kejadian pada masa kolonial adalah novel yang berjudul Student Hidjo karya Mas Marco Kartodikromo. Student Hidjo menceritakan tentang kisah Hidjo, pelajar Jawa yang dikirim ke Belanda untuk menuntut ilmu. Novel ini pun dapat memberikan gambaran tentang kehidupan pada zaman kolonial.

Dapat kita simpulkan bahwa karya sastra dapat menjelma mata lensa kehidupan pada zaman yang bahkan kita belum hidup pada masa itu. Karya-karya sastra yang menggambarkan bagaimana kolonialisme di Indonesia terjadi membuat kita dapat mengetahui seharah kehidupan masyarakat Indonesia pada zaman kolonial.

Ikuti tulisan menarik Nisa Dini Rustianingsih lainnya di sini.