Rupa-rupa isu menerpa Anies Baswedan. Isu terbaru yang muncul ke permukaan ialah tentang adanya ‘perjanjian antara Prabowo dan Anies bahwa jika Prabowo nyapres, maka Anies tidak akan mencalonkan diri agar tidak berkompetisi dengan Prabowo’. Isu ini dilontarkan oleh Sandiaga Uno saat menanggapi pertanyaan Akbar Faisal dalam acara podcast yang dipandu Akbar. Menurut Sandi, perjanjian antara dirinya, Prabowo, dan Anies itu dibuat sebelum pemilihan presiden 2019.
Isi penting yang diungkap Sandi ialah bahwa ‘Anies tidak akan mencalonkan diri sebagai presiden apabila Prabowo mencalonkan diri’. Pertanyaan yang beredar di masyarakat kemudian ialah mengapa isu tentang perjanjian tersebut, apabila memang ada, diungkap ke publik? Apa urgensinya bagi kepentingan publik? Dan mengapa diungkapkan sekarang saat Anies sedang menggalang dukungan untuk maju ke pilpres 2024? Apakah karena Anies dulu maju sebagai calon gubernur Jakarta (bersama Sandiaga) didukung Gerindra, lalu sekarang Anies harus mendukung Prabowo?
Spekulasi lantas bermunculan. Salah satunya: Gerindra kini mungkin menganggap Anies sebagai pesaing serius bagi pencalonan Prabowo, karena itu Anies harus memperoleh perhatian khusus. Bahkan, isu tentang perjanjian tersebut dilontarkan oleh Sandiaga Uno, yang di Gerindra masih menjabat Wakil Ketua Dewan Pembina Partai. Sandi sendiri sempat dikritik oleh internal Gerindra karena ia terlihat berhasrat untuk maju pilpres juga melalui partai lain, padahal statusnya masih kader Gerindra.
Meskipun kebenaran ada-tidaknya perjanjian tersebut masih perlu dibuktikan, tapi perhatian masyarakat sudah cukup tersedot ke isu ini. Lalu apa sih keuntungan politis yang didapat Gerindra? Dampaknya barangkali lebih pada sisi etis dan persepsi masyarakat terhadap sosok Anies. Pengungkapan isu ini berpotensi memberi kesan negatif kepada Anies, misalnya dipandang tidak menepati janji, sehingga persepsi masyarakat terhadap Anies menjadi negatif. Karena boleh jadi konstituen Anies untuk sebagian serupa dengan konstituen Prabowo, maka pencapresn Anies berpotensi pindahnya suara pemilih Prabowo kepada Anies. Mungkin jalan pikirannya seperti itu.
Tapi apakah Gerindra akan serta merta memetik keuntungan dari langkah seperti ini? Belum tentu. Bisa saja publik memandang Gerindra kehabisan isu, sampai-sampai soal perjanjian [yang belum ada buktinya] antara Prabowa dan Anies saja diangkat. Bahkan bila memang benar ada perjanjian seperti yang diungkapkan, seperti apakah isinya dan apakah perjanjian itu mengikat sepanjang masa? Apakah perjanjian seperti itu, bila memang ada, merupakan harga mati yang harus dipegang sampai kapanpun? Bukankah dinamika politik juga terus berubah? Contohnya: Prabowo yang semula berkompetisi dengan Jokowi ternyata kemudian bergandengan tangan.
Lalu, pertanyaan yang agak ngasal: Bagaimana jika Prabowo terus-menerus mencalonkan diri, apakah selama itu pula Anies tidak boleh mencalonkan diri? Jika resmi menjadi capres untuk pilpres 2024, ini merupakan pencalonan ke-4 Prabowo bila dengan memperhitungkan pencalonannya sebagai cawapres yang mendamping capres Megawati pada 2009. >>
Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.