x

Ilustrasi Persekonglolan Politik. Ilustrasi oleh Gerd Altmann dari Pixabay.com

Iklan

dian basuki

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 15 Februari 2023 13:49 WIB

Dicekam Kegamangan, Elite Politik Sibuk Ngider

Mengikuti peristiwa politik akhir-akhir ini, terlihatlah kesibukan ngider elite politik: hari ini diagendakan bertemu dengan petinggi partai X, besok dengan partai Y, dst. Koalisi yang sekarang ada lebih menyerupai koalisi semu, dengan ikatan yang masih lemah, sehingga siapapun merasa masih bisa menengok ke kanan ke kiri, mencari peluang kemenangan di setiap kemungkinan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Mengikuti peristiwa politik akhir-akhir ini, terlihatlah kesibukan ngider elite politik: hari ini diagendakan bertemu dengan petinggi partai X, besok dengan partai Y, dst. Elite masih dikerumuni kegamangan untuk menentukan berkoalisi dengan partai mana? Akankah bakal menang pemilu jika dengan partai A? Bila mencalonkan si B, akankah ia menang dan bagaimana jika kalah?

Koalisi yang sekarang ada lebih menyerupai koalisi semu, dengan ikatan yang masih lemah, sehingga siapapun merasa masih bisa menengok ke kanan ke kiri, menjajagi sana dan sini, mencari peluang kemenangan di setiap kemungkinan. Belum ada koalisi yang pasti dan tetap, yang sedang berlangsung adalah koalisi semu sebagai cara untuk melihat berbagai kemungkinan.

Rakyat tidak perlu kaget menyaksikan fenomena seperti ini, yang selalu berulang di setiap pemilu, oleh karena yang dicari elite politik ialah peluang terbaik untuk memenangi pilpres maupun pileg. Bila koalisi semu yang sudah dibentuk kemudian dipandang peluang kemenangannya lebih kecil, bisa saja partai tertentu beralih ke partai lain dan membentuk koalisi baru.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sekali lagi, rakyat tidak perlu kaget, sebab yang dipikirkan elite politik ialah kemenangan. Nilai-nilai organisasi partai, tujuan, maupun program dapat disesuaikan dengan kepentingan partai dan peluang kemenangan. Apa lagi kepentingan rakyat banyak, bisa jadi hanya bahan untuk menyusun slogan, jargon, yel-yel, serta materi pidato saat pemilu.

Kemenangan menjadi kata kunci yang tidak boleh diubah, sedangkan koalisi boleh berubah kapanpun sepanjang kemenangan berpotensi besar untuk dapat diraih. Dalam kerangka inilah, ‘ngider’-nya para elite politik itu semakin meningkat akhir-akhir ini. Elite semakin cemas karena hari demi hari terus bergerak menuju ke tahun 2024, sementara mereka belum merasa percaya diri harus bersekutu dengan siapa.

Pragmatisme politik dan kekuasaan inilah yang menjadikan proses-proses politik hanya memunculkan isu-isu permukaan, sedangkan isu-isu substantif justru tenggelam. Tawaran program, andaikan pun ada, bisa dicomot dari pemilu yang lalu, tinggal dikemas ulang. Tidak ada kebaruan gagasan untuk memajukan kehidupan rakyat banyak.

Siapa di antara elite politik yang ada yang berbicara perihal perspektif mereka mengenai masa depan bangsa ini, apa langkah-langkah yang ingin mereka wujudkan. Padahal, andaikan mereka mau menyampaikan ide-ide segar, kinilah saatnya ketika masa kampanye belum lagi dimulai sehingga panggung politik masih sepi. Elite tak perlu takut dianggap mencuri start dan tidak perlu khawatir gagasannya akan dicontek. Mendiskusikan isu-isu bangsa boleh dilakukan kapan saja agar rakyat lebih awal mengenal seberapa kuat wawasan elite politik. Jangan terjebak pada memikirkan kemenangan melulu, mulailah berpikir layaknya negarawan. >>

Ikuti tulisan menarik dian basuki lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler