x

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Kamis, 23 Februari 2023 13:27 WIB

Sensasi Melintasi Selat Gonsalu

Apabila kita menyusuri kota Larantuka ke arah Timur,  jarak antara daratan ( Pulau Flores) dan Pulau Adonara di sebelah Selatan  serasa hanya sepelemparan batu. Berada di pantai Kelurahan Puken Tobi Wangi Bao (Pohon Bao) dan bergerak ke arah Timur melewati Lebao, Sarotari hingga Kelurahan Weri, jarak antara kedua pulau ini semakin dekat. Dekatnya jarak ini menjadikan arus laut sangat kencang. Arus Gonsalu, orang biasa menyebutnya demikian, seakan menantang siapa saja yang ingin berlayar di selat yang sempit ini

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Masyarakat Flores Timur paham betul dengan arus Gonsalu. Arus laut deras yang membentang sekira 5 kilometer antara ujung timur pulau Flores dan pulau Adonara. Para pendatang banyak yang mengira selat yang diseberangi ini hanya merupakan sebuah sungai yang deras arusnya. Biasanya kawasan ini ramai menjelang hari raya Paskah.

Apabila kita menyusuri  kota Larantuka ke arah Timur,  jarak antara daratan ( Pulau Flores) dan Pulau Adonara di sebelah Selatan  serasa hanya sepelemparan batu. Berada di pantai Kelurahan Puken Tobi Wangi Bao (Pohon Bao) dan bergerak ke arah Timur melewati Lebao, Sarotari hingga Kelurahan Weri, jarak antara kedua pulau ini semakin dekat.

Dekatnya jarak ini menjadikan arus laut sangat kencang. Arus Gonsalu, orang biasa menyebutnya demikian, seakan menantang siapa saja yang ingin berlayar di selat yang sempit ini. Pergantian arus terjadi setiap 3 sampai 4 jam sekali tergantung bulan gelap atau bulan terang (bulan purnama). Arus Hura (Aro Hura ) bertolak ke arah Timur, sedangkan Arus Ole (Aro Ole ) bertolak ke arah Barat. Di bulan purnama dan bulan baru terbit, arus laut sangat kencang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menyeberang ke Pulau Adonara khususnya bagi warga masyarakat Adonara yang berdiam di Kecamatan Adonara Barat dan sekitarnya, lebih mudah dan cepat dilakukan dengan menumpang kapal motor di Pantai Palo (Pante Palo) di Kelurahan Sarotari, Kecamatan Larantuka.

 

uat Penumpang

Jarak antara Pantai Palo (Flores) dan Tana Merah (Adonara) sekitar  300 meter bisa ditempuh dalam waktu 10 – 15 menit dengan memakai kapal kayu tradisional bermesin tempel dengan panjang 6 meter dan lebar 1,5 meter. Sudah sejak 5 tahun lalu penyeberangan ini mulai dilakukan tapi tidak dilengkapi dengan dermaga (pelabuhan).

“Pelabuhan mulai dibangun Januari 2013. Sebelumnya sudah ada tapi masih berupa batu-batu saja, kapal motor juga belum seberapa, “ ujar Philipus P. Kedang dari Dinas Perhubungan Kabupaten Flores Timur yang bertugas  di Pantai Palo.

Dua dermaga terlihat menjorok ke laut sekitar 20 meter. Jarak antara dua dermaga diapit diapit  jalan semen selebar 30 meter. Tercatat 30 perahu motor tradisional yang melayani rute ini.“Dalam satu hari, sekitar 20 kapal motor beroperasi dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore, “ sebut Philipus.

Bila ada orang sakit atau ada keperluan mendadak seperti mengantar penumpang kapal Pelni yang bersandar di Dermaga Larantuka, kapal motor juga berlayar membelah gelapnya malam.

 “Kalau malam pakai lampu petromaks sehingga menghindari tabrakan dengan kapal lain atau perahu nelayan yang sedang memancing,”kata Yoseph Elu, nahkoda KM Satria yang sudah 5 tahun melayani rute penyeberangan ini.

Waktu tempuh yang relatif singkat bila dibandingkan dengan memakai kapal motor yang lebih besar yang bertolak dari Pelabuhan Larantuka di Kelurahan Lokea menuju Waiwadan, ibu kota Kecamatan Adonara Barat bisa memakan waktu satu jam lebih, membuat Pantai Palo (Larantuka) dan Tana Merah (Adonara ) selalu ramai.“ Kadang hanya ada 3 penumpang dan satu buah motor kami sudah berangkat ,” tutur Yoseph.

Standar daya angkut maksimal 7 penumpang dan satu buah motor.  Sedangkan  khusus mengangkut hasil komoditi seperti; kacang mede, kopra, dan kakao ada kapal khusus angkutan.

Petugas pengangkut sibuk hilir mudik di pasir putih memanggul karung goni  dari kapal motor ke truk kayu yang parkir di dermaga sejauh 6 meter. Kebanyakan kapal motor tidak bersandar di dermaga dan lebih memilih merapat ke bibir pantai berpasir putih. Penumpang naik turun ke kapal motor melintasi sebatang papan kayu. “Bila ombak besar kami tetap jalan, tetapi setelah menunggu 1 sampai 2 jam hingga ombak tidak terlalu besar baru bisa menyeberang, “ tambah Yoseph.

Waktu Tempuh Singkat

Pada musim Barat  biasanya diikuti ombak tinggi pun, penyeberangan ini tetap ramai. Tengah malam pun kapal motor tetap berlayar mengangkut orang sakit atau orang meninggal dunia.”Kalau mengantar orang sakit atau meninggal kami tidak minta bayaran. Berapapun uang yang diberikan kami terima “ beber Yoseph.

Yohanes Liwu, penumpang dari Waiwa dan  di Pantai Palo, mengatakan lebih sering menyeberang ke Adonara memakai kapal motor dari Pante Palo. “ Saya pilih menyeberang lewat sini karena lebih dekat dan waktu tempuhnya sebentar saja “ ujarnya.

Setiap penumpang dikenakan tarif  Rp10 ribu. Sedangkan sepeda motor dikenakan biayaRp 20 ribu. Dalam sehari, setiap kapal motor 4 – 5 kali berlayar pulang pergi bila sedang sepi dan 7 -8 kali bila penumpang sedang ramai.“ Kalau sepi bisa dapat pemasukanRp 200 ribu, kalau ramai bisa sampai Rp 500 ribu” beber Yoseph.

Hasil yang didapat dibagi dua dengan pemilik kapal dan seorang anak buah kapal. Setiap penumpang dikenakan tarif masuk dermaga 1000 rupiah dan sepeda motor 2000 rupiah.

Puncak Keramaian

Selama masa Paskah, pantai ini ramai dikunjungi peziarah yang akan ke Wure (Adonara)  sehingga kapal motor berlayar ke Wure mengantar peziarah yang hilir mudik 24 jam mengunjungi Kapela Senhor di Wure tempat Patung Tuhan Yesus berdiam.

Selain arusnya yang menantang, pantai pasir putih di sekitarnya pun sering dijadikan tempat untuk berendam di tengah teriknya mentari. Terdapat beberapa pohon Ketapang yang rimbun dan kerap dijadikan tempat berteduh.

Siap Menjajal sensasi Selat Gonsalu

 

Banyak peziarah terlihat menahan nafas saat kapal motor berlayar membelah arus. Dari tengah laut, kita bisa menyaksikan deretan pantai pasir putih dan bakau di pesisir pantai pulau Adonara serta memandang selat Gonsalu di arah barat dengan deretan rumah di kaki gunung Ile Mandiri. Kota Larantuka yang memanjang pun terlihat jelas.

Hilir mudik kapal motor mengangkut peziarah semenjak hari Rabu hingga Jumad Agung menjadikan laut yang biasanya dilayari satu dua kapal motor mendadak ramai. Dari atas kapal motor, kita pun bisa menyaksikan dari kejauhan kapal – kapal motor lainnya yang terseret arus.

Konon pihak PLN dan beberapa investor asing pernah mencoba memasang alat untuk mendeteksi kekuatan arus laut ini. Kekuatan arus lautnya pun diprediksi bisa menghasilkan arus listrik puluhan mega watt yang bisa dipergunakan untuk menerangi pulau Flores.  Kuatnya arus menyebabkan peralatan yang dipasang ikut terseret arus dan tidak bertahan lama. Bila bisa dimanfaatkan, tentunya energi terbarukan yang belum diolah menjadi aliran listrik  ini bisa memberikan nilai positif bagi kehidupan masyarakat Flores.

Jika ke Larantuka, ada baiknya mencoba sensasi menantang arus Gonsalu. Asiknya bila naik  kapal motor kayu tradisional jarak antara air laut dengan tempat duduk penumpang hanya sejengkal saja membuat penumpang sering kecipratan air asin ketika ombak menghantam badan kapal motor. Pengalaman yang mendebarkan.

 

 *) Christian Heru Cahyo Saputro, pejalan ,suka motret, tukang tulis dan sukaberbagi kisah tinggal di Semarang

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler