x

Iklan

Christian Saputro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 18 Juni 2022

Selasa, 25 April 2023 06:28 WIB

Empon-Empon, Minuman Rempah Warisan Leluhur Yang Populer Kembali

Dalam Serat Centhini (1814-1823) sebagai salah satu khasanah kebudayaan daerah Jawa yang menyimpan banyak kearifan lokal, khususnya pengetahuan mengenai dokumen pengobatan tradisional atau etnomedisin serta penjagaan kesehatan. Serat Centhini bisa dikatakan merupakan dokumentasi pengetahuan jamu tradisional yang pernah lestari di Jawa pada masa silam, seperti yang tertulis pada Jilid VII Tembang Megatruh Kaca 163. ”Kapulaga cabe merica kemukus, jungrahab mungsi biji sesawi, tanaman klabet srigunggu, pohon randu berkulit kuning, untuk melengkapi empon-empon."

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Minuman Herbal warisan leluhur yang berbahan rempah-rempah popoler kembali saat pagebluk Covid – 19 melanda. Minuman herbal ini memang cocok dikonsumsi saat pandemi  untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Misalnya, campuran dua jenis empon-empon, yaitu jahe dan kunyit dengan tambahan lemon dapat menjadi minuman sehat yang meningkatkan kekebalan tubuh.

Dalam Serat Centhini (1814-1823) sebagai salah satu khasanah kebudayaan daerah Jawa yang menyimpan banyak kearifan lokal, khususnya pengetahuan mengenai dokumen pengobatan tradisional atau etnomedisin serta penjagaan kesehatan. Serat Centhini bisa dikatakan merupakan dokumentasi pengetahuan jamu tradisional yang pernah lestari di Jawa pada masa silam, seperti yang tertulis pada Jilid VII Tembang Megatruh Kaca 163.

”Kapulaga cabe merica kemukus, jungrahab mungsi biji sesawi, tanaman klabet srigunggu, pohon randu berkulit kuning, untuk melengkapi empon-empon."

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Para leluhur dengan kearifan lokalnya sejak dulu sudah mengajarkan dan mempraktikkan tentang bagaimana memelihara kesehatan warga dan lingkungannya.

Dalam Serat Centhini dikisahkan salah satu kisah perjalanan Jayengsari dan Niken Rancangkapti saat menuju kaki Pegunungan Tengger. Di Desa Tosari, mereka bertemu dengan tetua (kamisepuh) desa, Ki Buyut Sudarga, dan mereka diberi aneka hidangan lokal yang sarat gizi seperti, minuman hangat, jenang, jagung, wajik yang keras, makanan dari jail ketan jèpèn, makanan dari sorgum, jagung pari, canthèl, ceriping talas, ceriping ketela, kentang, kacang, uwi, gembili, dan minuman temulawak yang dicampur gula siwalan.

Empon-empon pun masuk dalam sejarah kisah perjalanan itu. Diceritakan, empon-empon adalah rimpang yang digunakan sebagai sebagai ramuan tradisional seperti jahe, kunyit, temulawak dan sebagainya.

Dalam pengolahan, empon-empon atau akar tanaman ini sering dipadu dengan bahan-bahan dari tanaman lain yang menghasilkan ramuan kesehatan. Pengolahan dan hasil inilah yang dikenal sebagai jamu alias jejamuan.

 

 

 

 

Muasal Empon-Empon

Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito, Guru Besar Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada, mengatakan  Empon-Empon yang memiliki nama dasar empu merupakan istilah yang digunakan untuk memberi nama bagian tanaman yang kaya akan senyawa yang dikandungnya. Karena itu empon-empon bukan nama individu melainkan kelompok tanaman yang bisa membentuk simpanan senyawa.

Empu adalah kata berbahasa Jawa yang memiliki arti seseorang yang kaya akan ilmu pengetahuan. Empu dalam bahasa Indonesia memiliki arti yang berbeda yaitu rimpang, bahasa latinnya rizoma.

Ditambahkannya, sebagian sari empon-empon ada yang digunakan sebagai bumbu dan sebagai rempah yang memberikan cita rasa tersendiri di dalam suatu makanan. Empon-empon bisa terdapat jahe, kunyit, lengkuas, temulawak, temu kunci. Tanaman tersebut memiliki khasiat untuk mengusir segala penyakit.

Empon-empon itu sekumpulan atau kategori  dari djampi oesodo (jamu) akar tanaman yang menjadi rempah dan berperan penting dalam perawatan kesehatan.

Disebutkan dalam buku: Temu-temuan dan Empon-empon, Budidaya dan Manfaatnya, nenek moyang kita memanfaatkan tanaman yang termasuk kelompok empon-empon untuk pengobatan tradisional dan bumbu masakan. Namun kini penggunaannya meluas ke industri makanan, minuman, perawatan tubuh, dan kosmetika untuk perawatan kecantikan.

Dosen  Farmakognosi Fitokimia dan Teknologi Bahan Alam, Fakultas Farmasi, Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Liliek Hermanu, juga mengatakan jamu tradisional yang dibuat dari bahan empon-empon menjadi minuman wajib orangtua kita sejak dulu. Jamu memiliki khasiat menyembuhkan penyakit maupun meningkatkan kesehatan tubuh. Banyak yang bisa dimanfaatkan dari empon-empon ini, seperti kunyit, temulawak, maupun jahe.

Temulawak dan kunyit memiliki kandungan curcumin yang berkhasiat untuk meningkatkan daya tahan tubuh maupun sebagai antioksidan. Perpaduan sejumlah empon-empon yang diolah dan diminum secara rutin, akan menjadi minuman kesehatan jangka panjang.

Sedangkan jahe dan sereh itu sebagai antioksidan, walaupun mengandung minyak atsiri. Sebagai jamu, empon-empon memiliki kandungan antiimflamasi, serta antikarsigonetik atau anti kanker. Empon-empon juga sudah lama digunakan masyarakat Indonesia sebagai bumbu masakan khas nusantara.

Populer Saat Pandemi Covid - 19

Saat pandemi Corona melandan  menjadikan jamu tradisional populer, banyak dicari masyarakat. Mbak Diah, penjual jamu tradisional di Pasar Jatingaleh, Semarang, mendapat berkah populernya jamu selain menjual langsung jugamelayani  banyak pesanan.

Jamu yang biasa dibuat Mbak Diah adalah jamu kunyit asam dan jamu kunyit asam sirih. Dapur Kenari miliknya juga menyiapkan jamu lain bila ada permintaan. Peningkatan pesanan jamu juga  diikuti kenaikan harga empon-empon di pasaran. Jahe yang biasanya perkilogram Rp40 ribu jadi Rp70 ribu.

Tingginya permintaan empon-empon membuat para pedagang kewalahan melayani pembeli yang datang silih berganti. Seperti yang dialami Jumirah , pedagang empon-empon di Pasar Gang Baru, Semarang, sibuk melayani pengunjung yang membeli empon-empon dan jamu lainnya pada pagi, siang, hingga malam hari.

Demikian juga di Desa Nguter, Sukoharjo yang merupakan sentra industri jamu di Indonesia permintaan empon-empon dan jamu naik drastis.  Di Nguter terdapat puluhan perajin empon-empon baik berskala kecil, menegah, hingga besar.

Sebagian warga desa setempat merantau ke luar daerah dengan berjualan jamu keliling atau membuka usaha depot jamu. Biasanya, permintaan ramuan herbal melonjak saat perayaan Lebaran. Masyarakat memesan jamu dalam jumlah besar dan dibawa ke daerah perantauan.

Order jamu dari pelanggan luar Jawa meningkat tajam. Biasanya, produk jamu dipesan secara online. Mungkin mereka ingin menjaga kekebalan tubuh dengan meminum jamu,"  ujar Wagiman perajin empon-empon di Desa Nguter, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Budidaya Empon-Empon

Populer dan lempon-empon saat pandemi, menjadikannya primadona tanaman yang dibudidayakan. Berbagai jenis tanaman herbal empon-empon ini selain bisa dibudidayakan oleh petani juga bisa untuk tanaman obat keluarga (toga) yang ditanaman di halaman rumah, polybag atau juga pot.

Warga di Kampung Herbal Surabaya  RT 09/RW 05, Kelurahan Nginden Jangkungan, Kecamatan Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur telah membudidayakan tanaman tersebut. Diperkirakan, ada 172 jenis tanaman herbal yang dibudidayakan oleh warga.

Kampung Herbal ini pun kini menjadi salah satu destinasi agrowisata menjadi salah satu daya tarik wisata Kota Surabaya. Hebatnya Taman Herbal Nginden Jangkungan ini warga sudah memanfaatkan sistem barcode untuk memudahkan pengunjung belajar berbagai jenis dan manfaat tanaman herbal di lokasi tersebut. Dengan menerapkan sistem barcode, pengunjung bisa mengetahui berbagai jenis nama dan manfaat tanaman toga yang ditanam. Sementara ini ada 60 jenis tanaman yang bisa dicek menggunakan barcode. Dari barcode itu bisa diketahui mulai jenis tanaman, nama latin, manfaat tanaman hingga cara pengolahannya. 

Ikuti tulisan menarik Christian Saputro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler