x

Iklan

Firmanda Dwi Septiawan firmandads@gmail.com

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 11 November 2021

Kamis, 8 Juni 2023 06:47 WIB

Pejuang Tanpa Pamrih Petani Kota Dengan Advance Payment sistem CSA, Community Supported Agriculture.

Anak muda itu adalah Vania Febriyantie, inisiator Seni Tani dari Bandung Jawa Barat. Vania dan timnya menjadi Petani Kota dengan Advance Payment. Vania dan rekan-rekannya mengangkat tren urban farming yang merupakan konsep bercocok tanam di lingkungan rumah perkotaan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kisah berdayakan petani di Bandung
Seorang penerima penghargaan kategori khusus pejuang tanpa pamrih selama pandemi Covid-19 adalah Vania Febriyantie. Peremuan asal Bandung, Jawa Barat, itu mengungkapkan perannya dalam menyejahterakan petani sekitarnya lewat pengaplikasian sistem Community Supported Agriculture atau CSA.

Melalui komunitas Kebun Seni Tani yang dihimpunnya, Vania Febriyantie (30) menghidupkan lahan-lahan tidur untuk ditanami aneka sayur-mayur dengan ramah lingkungan. Ketika dipanen, komoditas itu langsung didistribusikan ke konsumen di sekitarnya demi mendekatkan masyarakat dengan akses pangan berkualitas.

Petak Kebun Seni Tani itu berupa tanah kosong dari kapling perumahan seluas 400 meter persegi. Di kiri kanannya sudah dibangun rumah megah. Pemilik tanah kosong kapling itu merelakannya untuk dikelola Vania dan teman-teman menjadi bagian dari petak Kebun Seni Tani.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Vania memastikan kepada salah satu anggota komunitas untuk mengetahui sisi kebun yang ingin dipanen. Komunitas Kebun Seni Tani memiliki lima orang penggerak utama beserta sekitar 90 sukarelawan.

Kebetulan mereka akan memanen sayur bayam. Lahannya bukan di tanah kavling tersebut, melainkan di seberangnya yang berupa area tanah kosong di bawah lintasan kabel listrik sutet atau saluran udara tegangan ekstra tinggi.

Lahan Kebun Seni Tani di bawah sutet terpencar-pencar. Sejak didirikan pada 2020, komunitas ini mengantongi izin pemanfaatan lahan tidur di bawah lintasan sutet seluas sekitar 600 meter persegi. Izin diurus mulai dari tingkat RT sampai Pemerintah Kota Bandung.

Vania mengajak Kompas untuk ikut serta memanen bayam di bawah sutet yang berjarak sekitar 100 meter dari tanah kapling kosong tadi. Tanaman bayam yang dipanen hanya dari beberapa bedeng, tidak lebih dari 10 bedeng. Satu bedeng tanah memiliki ukuran 80 x 400 sentimeter.

Jika bagus, sayur bayam yang dihasilkan dalam satu bedeng berkisar 3-5 kilogram. Jika terguyur hujan, bisa membusuk sebagian. Panenannya hanya berkisar satu kilogram per bedeng.

Keesokan harinya, Kamis, hasil panen didistribusikan kepada konsumen. Mereka telah dihubungi dan memesan terlebih dahulu.

”Jadwal kami di setiap hari Senin itu memperkirakan jumlah dan jenis komoditas yang bisa dipanen di hari Rabu. Di hari Selasa, kami mulai menghubungi konsumen dan membuka pesanan,” ujar Vania, perempuan kelahiran Lhokseumawe, Aceh, yang fasih berbahasa Sunda ini.

Panenan kali ini diperuntukkan bagi sekitar 20 keluarga. Sebetulnya, jumlah ini masih terlampau sedikit.

”Jumlah konsumen yang ideal semestinya mencapai 300 keluarga sehingga bisa meraih keuntungan finansial sesuai yang diharapkan. Akan tetapi, lahan kami masih terbatas. Kami masih terus memperjuangkan supaya ada penambahan lahan produksi dari lahan-lahan tidur,” ujar Vania, lulusan Jurusan Biologi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Menularkan ide

Ketika menuju kebun bayam yang ingin dipanen, kebetulan kami melintasi kebun sayur mayur lainnya di bawah lintasan kabel sutet. Ternyata itu kebun-kebun yang dikelola ibu-ibu PKK setempat. Vania menceritakan, saat ini Kebun Seni Tani telah menularkan ide kepada kelompok sosial lainnya untuk mendekatkan masyarakat dengan akses pangan berkualitas.

”Kebun yang ini dikelola ibu-ibu PKK. Akhirnya, lama-kelamaan ide menghidupkan lahan tidur ini menular. Kami pun sering bertukar hasil panen,” kata Vania.

Di kebun PKK terlihat sayur lompong, singkong, jagung, kenikir, cabe, tomat, dan pisang. Jenis-jenis tanaman sayur itu juga ada di Kebun Seni Tani, selain bayam, selada, dan lainnya.

Sebelum mendirikan komunitas Kebun Seni Tani, Vania sudah terlebih dahulu aktif di Komunitas 1.000 Kebun sejak 2017 hingga 2022. Ia menjadi koordinator program di sana, yang bertugas merancang program jangka pendek hingga jangka panjang. Beberapa organisasi lainnya yang bergerak di bidang pertanian juga pernah diikutinya.

Awal mula dibangun Kebun Seni Petani karena sejak 2020 memasuki masa pandemi Covid 19 sama sekali tidak ada pekerjaan. Vania mengajak beberapa rekan untuk bercocok tanam di lahan tidur yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Vania tinggal di kompleks permukiman Cisaranten Endah, sekitar 100 meter dari kebun tanah kapling kosong.

Vania menceritakan sosok Kang Opik yang terlibat sejak awal di Kebun Seni Tani yang didirikannya. ”Pada waktu itu Kang Opik kesulitan keuangan untuk kuliah. Pada akhirnya, ia bisa mengatasi masalah keuangan selama dua tahun ikut bekerja di Kebun Seni Tani,” ujar Vania.

Kang Opik dulunya berjalan kaki. Saat ini ia bisa membeli sepeda motor meski harus mengangsurnya. Dari cerita ini, Vania ingin menunjukkan, aktivitas urban farming atau pertanian kota bisa memberikan peluang ekonomi.

”Kebun Seni Tani menjadi komunitas yang mendukung pertanian, Community Supported Agriculture (CSA). Di Jepang, komunitas seperti ini ada untuk memastikan sumber pangan yang dekat, juga sehat,” ujar Vania, yang juga bekerja mengelola pertanian sayur seluas 3.000 meter persegi di Dago Giri, bandung.

Komunitas yang mendukung pertanian di Jepang sekaligus memiliki komitmen untuk mendukung petani. Kebun Seni Tani mengadopsinya, sekaligus menumbuhkan komitmen untuk pemuda agar tertarik di bidang pertanian. Selain itu, Kebun Seni Tani ingin mengembangkan sistem pertanian kota yang berkelanjutan dan kemudahan akses sumber pangan lokal.

Kebun Seni Tani masih memiliki lahan yang cukup sempit. Jika permintaan pelanggan melebihi kapasitas produksi, Kebun Seni Tani bekerja sama dengan kelompok pertanian lainnya untuk memenuhi permintaan.

Saat ini kualitas produk-produk bahan pangan sayuran yang didistribusikan Kebun Seni Tani belum tersertifikasi. Untuk menumbuhkan keyakinan terhadap kualitas bahan pangan, mereka menciptakan program Sabun, singkatan dari Sabtu Berkebun.

Di situ Kebun Seni Tani mengajak para calon konsumen untuk ikut berkebun. Dari kegiatan itu mereka turut memastikan teknik produksi serta penggunaan sarana produksi yang ramah lingkungan sehingga produk yang dihasilkan nantinya menjadi berkualitas.

Seni tani

Vania sengaja mencantumkan kata ”seni” untuk Kebun Seni Tani. Ini dipilih untuk menciptakan daya tarik bagi kaum muda. Selain itu, Kebun Seni Tani memilih ikon jenis tanaman tertentu yang relevan dengan seni tani.

”Kami memilih ikon jenis tanaman bunga matahari untuk ditanam di setiap petak kebun kami. Keindahan bunga matahari itu ternyata tidak hanya berguna untuk swafoto para sukarelawan atau siapa pun yang datang ke kebun,” ujar Vania.

Bunga matahari mekar, selain indah juga mengundang datangnya lebah-lebah liar penyerbuk. Untuk jenis tanaman sayur tertentu, jenis lebah penyerbuk seperti itu sangat dibutuhkan.

Vania mencontohkan sayuran labu kuning dengan jenis bentuk botol yang memanjang. Jenis tanaman ini memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah. Untuk perkawinannya membutuhkan bantuan lebah penyerbuk tadi.

”Lebah di perkotaan makin jarang. Kita harus lebih banyak menanam jenis tanam bunga, termasuk bunga matahari,” kata Vania.

Kebun Seni Tani memiliki program pembagian bibit bunga matahari kepada siapa saja yang mau menanamnya. Mereka terhubung lewat media sosial. Unggahan foto keindahan bunga matahari menjadikan sarana komunikasi sesama penggerak pertanian kota di berbagai wilayah.

”Berbeda dengan labu halloween yang bisa melakukan penyerbukan sendiri,” ujar Vania seraya menunjukkan paranggong atau rakitan bambu sebagai tempat rambatan dahan labu.

Meski urban farming atau pertanian di kota menggunakan lahan sempit, untuk mendapatkan air ternyata menjadi kesulitan tersendiri. Vania harus membuat saluran pipa air dari rumahnya sampai ke petak kebun di tanah kapling kosong. Saluran air pun diteruskan untuk petak kebun lainnya.

Vania gigih mengembangkan sistem seni tani perkotaan ini. Ia sempat diganjar penghargaan Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia 2021. Ia masuk kategori pejuang tanpa pamrih di masa pandemi Covid 19.

Sebelumnya, Vania memperoleh penghargaan Women’s Earth Alliance pada 2020. Vania juga menerima Australia Awards 2022 dan menjadi salah satu peserta kursus singkat untuk sistem pertanian berkelanjutan.

 

Ikuti tulisan menarik Firmanda Dwi Septiawan firmandads@gmail.com lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu