Allah SWT tidak terlihat oleh manusia. Kenyataan ini menimbulkan berbagai tanggapan. Sebagian orang yang merasa bersikap realistis menanggapi dengan berkesimpulan bahwa Allah tidak ada. Mereka berkeras hanya sesuatu yang nyata dan tampak mata saja yang mereka percayai keberadaannya. Sesuatu yang tidak terlihat dan tidak nyata dianggap tidak ada.
Sebagian lagi percaya tapi memiliki rasa panasaran. Banyak orang bersikap demikian. Tidak hanya orang biasa bahkan seorang nabipun merasa penasaran dan ingin melihat wujud Tuhan.
Maulana Jalaludin Rumi menangkap rasa ingin tahu masyarakat itu lalu menuliskannya dalam salah satu puisinya. Inilah petikan kata mutiaranya.
“You are so near that I cannot see you. Like a fool I keep looking around”. Kamu sangat dekat sehingga aku tidak bisa melihatmu. Seperti orang bodoh aku tetap mencari”
Mari kita cek apakah kata mutiara Rumi ini memiliki kesesuaian dengan Al Qur’an. Kalau cocok ya bisa kita percaya, kalau tidak ya sebaiknya kita tinggalkan.
Allah itu Sangat Dekat
“walaqad khalaqnaa al-insaana wana’lamu maa tuwaswisu bihi nafsuhu wanahnu aqrabu ilayhi min habli alwariidi”
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya” (QS Al Qaf ayat 16)
Ternyata Allah SWT itu lebih dekat daripada urat leher kita. Bayangkan betapa dekatnya Allah. Jadi tidak salah jika Rumi mengatakan kalau manusia tidak mampu melihat Allah karena saking dekatnya Allah kepada manusia.
Manusia tidak kuat melihat Allah
Di dalam Al Qur’an disebutkan bahwa manusia tidak kuat melihat wujud Allah swt. Ada sebuah kisah tentang nabi Musa AS yang memohon agar bisa melihat Tuhan. Cerita ini ada di Surah Al A’raf ayat 143.
“walammaa jaa-a muusaa limiiqaatinaa wakallamahu rabbuhu qaala rabbi arinii anzhur ilayka qaala lan taraanii walaakini unzhur ilaa aljabali fa-ini istaqarra makaanahu fasawfa taraanii falammaa tajallaa rabbuhu liljabali ja'alahu dakkan wakharra muusaa sha'iqan falammaa afaaqa qaala subhaanaka tubtu ilayka wa-anaa awwalu almu/miniina”
“Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” (Allah) berfirman, “Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.” (QS Al A’raf 143)
Gunung yang sangat kokoh saja hancur apalagi manusia yang hanya memiliki daging dan tulang. Pasti tidak kuat melihat langsung wujud Allah swt. Itulah sebabnya Allah swt tidak kelihatan.
Penutup
Manusia sudah lama penasaran dengan fakta tidak terlihatnya Allah SWT. Rumi mengatakan bahwa manusia terlalu dekat dengan Tuhan sehingga tidak mampu melihat Allah SWT. Di dalam Al Qur’an disebutkan bahwa Allah itu lebih dekat dengan urat leher manusia. Jadi benar kata Rumi. Selain itu di dalam Al Qur’an disebutkan bahwa manusia tidak kuat melihat wujud Allah. Maka diciptakan tabir agar manusia tidak hancur. Jadi tidak terlihatnya Allah itu untuk melindungi manusia.
Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.
