x

Salah satu peternakan sapi perah di Indonesia

Iklan

Bryan Jati Pratama

Penulis Indonesiana | Author of Rakunulis.com
Bergabung Sejak: 19 Desember 2022

Rabu, 21 Juni 2023 19:24 WIB

Ihdinash Shiratal Mustaqim-nya Bakul Sapi

Ihdinash shiratal mustaqim juga menunjukkan bahwa manusia secara sadar diri harus menempatkan dirinya dalam kondisi tidak tahu. Melihat dirinya sendiri dalam keadaan tersesat dan kebingungan. Maka dari itu dia meminta petunjuk. Sehingga akan muncul dari hatinya itu rasa rendah hati dan tidak merasa benar sendiri. Karena kalau sudah merasa benar sendiri, adalah sia-sia kalau masih meminta petunjuk. Tujuh belas kali sehari.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Dahulu saya pernah membaca —dan terinspirasi— kalau hanya orang-orang tersesatlah yang bisa menemukan jalan pulang. Jadi untuk menemukan jalan pulang, orang harus tersesat dahulu. Masalahnya, banyak orang yang sengaja menyesatkan diri, agar kondisi "tersesat" sebagai syarat untuk bisa kembali menemukan jalan pulang itu dapat terpenuhi. Atau dalam bahasa agama, hanya pendosalah yang bisa merasakan tobat. Dan rasa-rasanya pendapat itu tidak sepenuhnya benar.

Sekitar tiga tahun yang lalu saya memulai bisnis peternakan sapi. Di situlah saya mengenal seorang peternak sapi asal Kabupaten Wonogiri, Teguh Pratopo. Dia adalah owner dari Sapipedia Farm, yang di musim kurban kali ini menyuplai sapi untuk para habib di Jakarta. Bahkan kabarnya Anies Baswedan, mantan Gubernur Jakarta itu juga membeli sapi kurban dari dia. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ilustrasi Sapi

Sebagai seorang bakul sapi, dia tergolong masih sangat muda. Umurnya baru 30 tahun kurang lebih. Karena itu, saya memanggilnya dengan  panggilan "Mas Teguh". Sehari-hari dia melakukan hal-hal yang dilakukan oleh pemuda lain pada umumnya. Dia tidur, bangun, jualan sapi, main bola dan kadang keseleo. Namun ada satu yang spesial. Setiap hari, di samping memposting sapi-sapi dagangan di status Whatsapp-nya, dia selalu menuliskan kata: Ihdinash shiratal mustaqim. Ya, setiap hari.

Sejujurnya, saya tidak tahu hal apa yang menginspirasinya untuk melakukan itu. Tetapi manusia agaknya memang membutuhkan petunjuk. Karena pada dasarnya manusia itu tidak tahu apa-apa. Dari rasa tidak tahu ini manusia bertanya untuk mencari tahu. Seperti kata filsafat, kehidupan dimulai dengan kata tanya. Jawaban dari pertanyaan manusia yang mula-mula, datang dengan sebuah pesona. Pesona itu yang menjadikan kita bertanya lebih dalam, lebih luas untuk bisa berpikir lebih panjang dan memandang lebih jauh. Tanpa pesona itu, kita akan gagal untuk memahami diri sendiri sebagai manusia. Manusia hanya akan menjadi manusia ketika berhasil melewati ketidaktahuan demi ketidaktahuan tanpa kehilangan keterpukauan. Manusia adalah makhluk yang senantiasa takjub.

Ihdinash shiratal mustaqim di tafsir resmi berarti tunjukkanlah kami jalan yang lurus. Tafsir ini tentu tidak mengubah makna, namun perlu dilengkapi bahwa selain jalan, shirath juga bisa berarti arah menuju. Sebagaimana mustaqim yang diartikan lurus itu secara bahasa memiliki arti orang-orang yang berdiri tegak lurus. Seperti muslim adalah orang yang berislam, mukmin adalah orang yang beriman dan mutaqin adalah orang yang bertaqwa. Maka mustaqim adalah orang yang beristiqamah. Shiratal mustaqim adalah jalan atau arah menujunya orang-orang yang beristiqamah di jalan atau arah tujuannya itu.

Ilustrasinya begini, jika saya bertanya kepada seseorang bagaimana caranya menuju ke Bandara Ahmad Yani, Semarang dari rumah saya yang di Wonogiri, dia tentu akan menunjukkan arahnya. Bahwa untuk ke Semarang saya harus melewati Surakarta, Boyolali, Salatiga, Ungaran, baru masuk kota Semarang. Setiba di Semarang saya disuruh mencari jalur ke Lawang Sewu, berbelok kiri ke arah Museum Ranggawarsita, dan pada bundaran terakhir berbelok ke kanan, misalnya. Arah yang dia sebutkan itu disebut shirath (jalan besar, arah melaju dalam arti luas), sedangkan jalan aspal yang mobil saya melaju diatasnya disebut thariq (jalan kecil). Atau misalnya jika jalan tol itu adalah sebuah shirath, maka lajur-lajurnya disebut thariq.

Orang yang kita tanyai itu tentu barangkali sudah puluhan kali menempuh perjalanan Wonogiri-Semarang sehingga dapat menjawab pertanyaan kita dengan baik. Bisa jadi dia adalah sopir bus malam atau sopir travel yang sehari-hari sudah biasa bolak-balik Wonogiri-Semarang. Dalam hal ini, sopir bus atau sopir travel itu adalah mustaqim. Dalam kadar masing-masing, seorang guru yang setiap hari berangkat mengajar, seorang tukang sapu yang dari jam 3 pagi sudah menyapu jalan, seorang kuli pasar yang memikul berkuintal-kuintal muatan demi memberi makan anak istrinya juga merupakan seorang mustaqim. Karena perkara mengajar, membersihkan jalan dan mencari nafkah tidak lain juga merupakan perkara agama. 

Seorang mustaqim adalah seorang yang berteguh hati dalam melakukan kebaikan demi kebaikan. Kebaikan yang tetap dan terus-menerus meskipun itu cuma kebaikan kecil. Sesuatu yang konsisten, ajeg. Adalah suatu karunia kalau orang itu diberikan kesempatan untuk melakukan kebaikan-kebaikan semacam itu. Suatu nikmat tersendiri jika mampu melakukannya. Maka dari itu ayat berikutnya adalah shirataladzina an'amta alaihim. Yaitu jalannya orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka.

Ihdinash shiratal mustaqim juga menunjukkan bahwa manusia secara sadar diri harus menempatkan dirinya dalam kondisi tidak tahu. Melihat dirinya sendiri dalam keadaan tersesat dan kebingungan. Maka dari itu dia meminta petunjuk. Sehingga akan muncul dari hatinya itu rasa rendah hati dan tidak merasa benar sendiri. Karena kalau sudah merasa benar sendiri, adalah sia-sia kalau masih meminta petunjuk. Tujuh belas kali sehari.

Berbahagialah orang-orang baik yang dituduh tersesat. Karena hanya dengan mengakui kesesatan, kita telah menempuh langkah pertama untuk mengakui kemakhlukan kita sebagai manusia yaitu, seperti doa nabi Yunus saat ditelan ikan paus, ...inni kuntu minadzolimin. Pengakuan bahwa sesungguhnya tanpa petunjuk tuhan, manusia itu selalu menzalimi dirinya sendiri. Selalu tersesat dan disorientasi.

Di sisi lain, hanya orang yang merasa benar sendirilah yang menuduh orang lain sesat. Di Jawa, karena orang seperti ini sampai ada pepatah "Ojo rumangsa bisa, nanging bisa rumangsa". Jangan merasa bisa, tetapi bisalah untuk merasa. Maknanya dalam arti yang tidak sederhana adalah jangan merasa bisa sendiri, benar sendiri, pintar sendiri. Tetapi bisa dan biasakanlah untuk merasa bahwa diri kita itu banyak kurang, salah dan khilafnya. Bahwa di atas langit masih ada langit. Sedangkan maknanya dalam arti sederhana : Ojo Mbagusi!

Bukan berarti ini menjadikan orang tidak percaya diri dalam menyampaikan kebenaran. Bagaimana menerangkan bahwa ayat-ayat Tuhan itu benar kalau kita sendiri tidak merasa benar? Ada perbedaan yang besar antara merasa benar dan merasa benar sendiri. Kalau hanya merasa benar, itu tidak menjadi soal. Ketika saya merasa benar, saya merasa kalau orang lain juga bisa benar. Kebenaran orang lain itu, jika sama dapat menguatkan pendapat saya dan jika berbeda, dapat mengoreksi kebenaran saya. Semua imam dari 4 mahzab fiqh Islam itu dalam riwayatnya selalu berkata "Pendapatku benar, tetapi mungkin salah.  Dan pendapat selainku itu salah, tetapi bisa jadi benar." Ada rasa percaya diri sekaligus kerendahan hati di sana.

Berbeda halnya dengan merasa benar sendiri. Ketika saya merasa benar sendiri, secara otomatis pendapat semua orang selain saya salah. Kebenaran saya tidak boleh digugat. Padahal kebenaran itu harus boleh digugat. Bagaimanakah seseorang dapat  menyebut suatu tiang itu kokoh kalau tiang itu tidak pernah tersentuh suatu guncangan? Bukankah ini adalah cara yang paling masuk akal untuk menguji kebenaran? Bukankah dengan cara ini pula kitab suci itu kita uji? Dan dari pengujian selama 1400 tahun, hanya ada satu yang lulus. Hingga akhirnya, dari satu yang lulus itu, mas Teguh —juga kita semua akhirnya dapat bercakap-cakap dengan kata ihdinash shiratal mustaqim.

Ikuti tulisan menarik Bryan Jati Pratama lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

3 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB