Ramalan selanjutnya adalah pupuh 120 dari jangka Jayabaya. Isinya adalah
Mula den titenana
Samangsa tanah Jawa mengku
Ratu wis ora Bapa
Tikane nganggo kethu bengi
Asesirih Ratu bengi
Pangapesane wanita ayu ngiwi-iwi
Ajejuluk sarwa agung edi
Saat diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, diketahui bahwa maka diingat/ diperhatikan, ketika tanah Jawa mempunyai raja tidak berayah, tandanya memakai peci malam (kopiah), bergelar raja malam, kelemahannya wanita cantik yang merayu-rayu, bergelar serba agung dan mulia. Simak dan perhatikan penjelasan berikut ini.
Ketika tanah Jawa mempunyai raja tidak berayah artinya saat negeri ini yang memiliki pemimpin yang tidak berayah. Tapi kok ditulis Jawa? Sebab ketika ramalan ini ditulis, belum ada nama Indonesia. Yang ada adalah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan berbagai pulau di negeri ini. Memiliki raja tidak berayah, memiliki pemimpin yang tidak memiliki bapak. Artinya banyak hak. Bisa jadi orang tua raja tersebut sudah meninggal. Bisa juga ayahnya tidak mengakui sebagai anak. Anak tersebut diserahkan pada orang lain dan diakui sebagai anak dengan segala konsekuensinya.
Hal yang umum terjadi di masa lalu bahkan sekarang ini. Anak yang tidak diinginkan diserahkan kepada orang lain. Entah itu anak hasil hubungan gelap ataupun pernikahan resmi yang karena takut keselamatan anak tersebut sehingga diserahkan kepada orang lain untuk dirawat dan diasuh sebagai anak sendiri. Dipungut anak oleh orang lain. Identitasnya disembunyikan agar tidak dicari oleh orang yang memusuhi orang tuanya. Yang jelas pemimpin dalam ramalan Jayabaya tersebut tidak berayah dengan tanda memakai peci malam (kopiah).
Tandanya memakai peci malam (kopiah). Pemimpin tersebut memakai peci malam/ kopiah bukan umumnya seorang raja pada saat ramalan itu ditulis. Biasanya raja memakai mahkota di kepalanya dan segala pakaian kebesarannya. Mahkotanya biasanya berukir dan berlapis emas. Namun, ini justru memakai peci malam/ kopiah. Hal yang aneh, kan. Bahkan memiliki gelar sebagai raja malam.
Bergelar raja malam. Gelar yang tidak umum dalam kerajaan atau pemerintahan. Raja malam. Raja malam itu bulan atau bintang. Lihatlah bagaimana pemimpin negeri kini yang memiliki embel-embel bintang di dada, di pundak dan berbagai tanda kebesaran. Bahkan selain kelebihan juga memiliki kelemahan. Kelemahan yang membuatnya jatuh dalam kehancuran dan kehilangan kekuasaan.
Kelemahannya wanita cantik yang merayu-rayu. Kelemahan pemimpin tersebut adalah wanita cantik. Hampir semua pemimpin dunia ini jatuh karena wanita. Ingat istilah harta, tahta dan wanita. Pemimpin memiliki harta kekayaan, kekuasaan/ tahta dan godaan wanita cantik. Pemimpin sekarang tergoda dengan harta. Bagaimana tidak? Korupsi merajalela untuk mengumpulkan harta. Gratifikasi dianggap hal biasa.
Ketika harta terkumpul, ada keinginan untuk menguasai dan berkuasa di pemerintahan. Tahta atau kursi kekuasaan. Seperti saat ini tahta sedang diperebutkan dengan berbagai cara lewat pemilu. Ketika harta dan tahta sudah dicapai, mereka akan berusaha bersenang-senang dengan bermain wanita cantik. Godaan hidup wanita cantik. Adakah pemimpin negeri ini yang memiliki kelemahan wanita cantik? Selain itu bergelar serba agung dan mulia.
Bergelar serba agung dan mulia. Gelar agung dan mulia pernah ada di negeri ini. Seperti Paduka yang mulia. Pemimpin besar. Pokoknya memiliki gelar yang banyak dan serba agung. Coba kita ingat pemimpin negeri ini. Adakah yang memiliki gelar banyak dan serba agung dengan kelemahan wanita cantik dan memakai peci malam/ kopiah?
Bukankah Ir. Soekarno, presiden pertama republik ini memiliki gelar yang banyak dan serba agung seperti pemimpin besar revolusi, paduka yang mulia, sang proklamator dan lain-lain. Bukankah Soekarno juga memakai peci malam/ kopiah, sebagai identitas dirinya. Identitas pemimpin negeri ini. Bahkan sang proklamator tersebut memiliki beberapa istri yang cantik.
Itulah pemimpin tanah Jawa/ Indonesia yang ada dalam ramalan Jayabaya pupuh 120. Bukankah ramalan berbunyi ketika tanah Jawa mempunyai raja tidak berayah, tandanya memakai peci malam (kopiah), bergelar raja malam, kelemahannya wanita cantik yang merayu-rayu, bergelar serba agung dan mulia mengacu pada pemimpin negeri ini, Sang Proklamator, Ir. Soekarno. Entahlah. Namun, jika kita perhatikan ramalan itu sebuah kenyataan. Walau entah bagaimanapun selalu dicoba untuk diingkari.
Selamat membaca dan ikuti lanjutan ramalan Jayabaya ini di tulisan selanjutnya. Terima kasih.
Ikuti tulisan menarik Rusdi Ngarpan lainnya di sini.