x

Iklan

Fabian Satya Rabani

Pelajar, model, dan atlet tinggal di Bandung, Jawa Barat. IG: @satya_rabani
Bergabung Sejak: 22 November 2023

Selasa, 5 Desember 2023 19:34 WIB

Jalan Cinta Menuju Goa Belanda

Akses menuju Goa Belanda menyajikan suasana yang romantis. Jarak yang harus ditempuh dari pintu masuk sekitar 700 meter. Kanan kiri jalan dipenuhi beraneka pohon khas hutan belantara. Sepanjang perjalanan menuju Goa Belanda sangat mendukung untuk berbicara tentang cinta. Maka, 700 meter jalan menuju Goa Belanda ini penulis sebut sebagai jalan cinta.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apakah pembaca pernah mengunjungi Goa Belanda? Jika belum, saat datang ke Bandung sempatkan mampir ke tempat wisata yang satu ini. Akses menuju Goa Belanda menyajikan suasana yang romantis. Jarak yang harus ditempuh dari pintu masuk sekitar 700 meter. Kanan kiri jalan dipenuhi beraneka pohon khas hutan belantara.

Sepanjang jalan kita akan menyaksikan keindahan alami. Udara yang segar, teduh, sejuk, diiringi merdunya kicau burung-burung liar dan bunyi belalang hutan. Atau sekali-kali kita akan mendengar nyanyian monyet jantan merayu pasangannya. Sepanjang perjalanan menuju Goa Belanda sangat mendukung  untuk berbicara tentang cinta. Maka, 700 meter jalan menuju Goa Belanda ini penulis sebut sebagai jalan cinta.

Larangan

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika berkunjung ke sini, ada beberapa larangan yang harus ditaati wisatawan. Larangan itu misalnya, tidak boleh memberi makan monyet-monyet yang sedang berada di pinggir jalan menuju goa. Memberi makan monyet akan membuat mereka tergantung pada wisatawan sehinga malas mencari makan di hutan. Jika demikian akan semakin banyak monyet yang datang  di jalanan. Hal ini tentu akan mengganggu wisatawan. Hati-hati jika membawa makanan, jangan terlihat secara mencolok oleh monyet-monyet yang ada di situ, nanti mereka akan merebut.

Selain itu, jika makanan yang kita berikan mengandung racun, bisa jadi akan menyebabkan kematian monyet yang memakannya. Hutan di sini termasuk hutan lindung. Jadi segala hewan dan tumbuhan yang hidup di hutan ini dilindungi oleh undang-undang agar terjaga keberadaannya, tidak boleh diambil atau dirusak sembaragan.

Wisatawan wajib menjaga kebersihan lingkungan di kawasan objek wisata Goa Belanda. Wisatawan tidak diperbolehkan membuang sampah misalnya palstik bekas bungkus makanan secara sembarang. Kita harus menaruhnya di tempat yang sudah disediakan. Hal ini perlu ditaati oleh semua pengunjung agar keindahan dan kenyamanan di kawasan Goa Belanda tetap terjaga. Jika perlu, ketika membeli makanan atau minuman di warung-warung pinggir jalan di situ, kita makan di tempat saja. Hampir setiap warung atau kedai makanan di situ menyediakan tempat duduk yang nyaman dan juga tempat sampah.

Pengunjung juga harus menjaga sopan santun selama di kawasan goa, dilarang berperilaku yang melanggar etika dan tata susila. Jika larangan ini dilanggar, akan mendatangkan bahaya bagi yang melakukan karena akan membuat murka roh-roh yang menjaga kawasan ini, apalagi  diceritakan bahwa roh Prabu Siliwangi pun berada di tempat ini. Misalnya, jika pengunjung mengucapkan kata tertentu yang dianggap melanggar kesakralan saja, tiba-tiba pelaku bisa terjatuh, ditampaki makhluk-makhluk halus yang menakutkan, mendengar suara-suara yang mengerikan, atau bahkan kesurupan. Nah, jika benar demikian, repot kan?

Jalan kaki

Wisatawan harus memarkir kendaraannya di tempat parkir yang telah disediakan oleh pengelola. Dengan hanya membayar Rp20 ribu saja kita bisa memilih beberapa destinasi wisata yang ada di kawasan itu. Untuk sampai di Goa Belanda, dari  pintu gerbang bisa jalan kaki, naik kuda, atau naik mobil listrik yang secara khusus disediakan. Dari pilihan itu, cara yang paling mengesan adalah jalan kaki. Jalan dari pintu gerbang sampai di Goa Belanda sudah diaspal dan nyaman untuk dilewati. Dengan jalan kaki, kita bisa leluasa menikmati suasana dan pemandangan yang menakjubkan. Jika kita berdua dengan pasangan atau kekasih, suasana jalan ke goa mendukung romantisme. Pengunjung sekali-kali bisa duduk berdua di tepi jalan memandang hijaunya hutan sambil berbicara tentang cinta.

Wisatawan tidak perlu khawatir kehausan atau kelaparan. Di pinggir jalan menuju goa banyak warung atau kedai makan. Kita bisa makan pisang goreng atau rebus, jagung bakar, gorengan, nasi rames, kelapa muda, dan banyak lagi makanan serta minuman khas daerah ini. Harganya sangat terjangkau bagi pengunjung dengan pelayanan yang ramah.  Jika mengunjungi tempat ini pada musim hujan, jangan lupa payung atau jas hujan.

Sejarah

Goa Belanda berada di Kawasan Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda (Tahura Juanda), Dago Pakar.  Tahura Juanda merupakan kompleks taman hutan yang luas. Luas tahura sekitar 590 hektar. Lokasi wisata ini cocok untuk dikunjungi wisatawan yang senang akan keindahan alam, pendakian gunung, tempat-tembat bersejarah, dan cerita-cerita mistik. Tahura menyatu dengan Hutan Maribaya Lembang. Wisatawan bisa mencapai tempat ini dengan menempuh jarak kurang lebih 6 km.

Goa Belanda yang berada di kawasan Tahura Juanda ini dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1912. Tujuan dari pembuatan goa ini pada mulanya adalah  untuk penyadapan aliran Sungai Cikapundung. Penyadapan ini digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bengkok dengan aliran air yang berasal dari Sungai Cikapundung tersebut.  Tempat ini juga merupakan PLTA pertama di Indonesia yang dibuat oleh kolonial Belanda.

Perbukitan Pakar tempat dibuatnya terowongan ini merupakan kawasan yang sangat strategis dan menarik bagi militer Hindia Belanda, lokasinya terlindung, dan dekat dengan pusat kota Bandung. Oleh karena itu,   pada saat Jepang masuk ke Indonesia dan memerangi Belanda, pada  awal tahun 1941 Belanda menjadikan terowongan ini sebagai markas militer tempat berlindung dari tentara Jepang. Tentunya terowongan direnovasi terlebih dahulu sehingga manjadi bangunan yang memiliki ruang dan sarana yang memadahi. Maka, goa ini kemudian dilengkapi dengan terowongan-terowongan yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan militer dan komando. Lorong goa dibuat sebanyak 15 buah dengan dua pintu masuk setinggi 3,2 meter. Dibangun juga pelataran goa seluas 0,6 Ha. Luas seluruh goa beserta lorongnya sekitar 548 meter.

Mereka menyusun strategi, menyimpan artileri dan senjata, serta menjadikannya sebagai stasiun radio komunikasi. Lokasinya yang tersembunyi dan tinggi, memang menjadikan goa ini sebagai kawasan strategis bagi tentara Belanda. Pada terowongan paling kanan ada  gang  kecil  mengarah ke tangga yang berujung pada terowongan pengintai. Sementara itu, di lorong sebelah kiri, terdapat lorong menuju ruang sel untuk memenjarakan tawanan. Lorong utama di tengah dan di  sepanjang lorong itu dilengkapi rel kecil. Di tempat ini juga ada peta atau bagan lokasi yang menjelaskan Lorong-lorong itu.

Sejarahnya, goa ini dibuat oleh warga pribumi dengan cara kerja paksa. Diceritakan juga di dalam goa ini banyak rakyat Indonesia yang ditahan. Banyak orang pribumi yang  tewas dalam goa ini akibat penyiksaan, kelaparan, atau meregang nyawa  karena dipaksa bekerja siang malam tanpa diberi makan dan minum yang cukup dan layak. Oleh karena itu, Goa Belanda ini menyimpan kisah kelam masa kolonialisme.  Kondisi goa yang gelap, terlihat tua, dan udara yang lembab serta dingin menjadikannya sebagai tempat yang angker dan mistis. Keangkeran ini didukung oleh cerita-cerita  tentang  seringnya terdengar suara-suara ratapan atau tangisan dari ujung terowongan gelap yang berasal dari sel penyiksaan dan eksekusi.

Arah

Dari kota Bandung untuk menuju Goa Belanda kita  melewati Jalan Ir. H. Djuanda hingga mencapai kawasan Dago. Dari Dago, kita lanjutkan perjalanan ke arah utara menuju Jalan Juanda Raya. Setelah melewati Jalan Juanda Raya, kita ikuti petunjuk ke arah Gua Belanda yang terletak di kawasan Ciumbuleuit. Perjalanan dilanjutkan dengan mengikuti petunjuk jalan menuju Gua Belanda.  Jika dari arah  Lembang,  kita bisa menggunakan kendaraan pribadi  atau transportasi umum. Dari Lembang, kita menuju ke arah selatan melewati Jalan Kolonel Masturi. Perjalanan dilanjutkan dengan mengikuti petunjuk jalan menuju Gua Belanda. Selain itu, cara yang lebih mudah sebagai penunjuk jalan untuk sampai pada lokasi ini adalah dengan menggunakan navigasi di aplikasi Google Maps. 

Setelah berada di dalam goa ini, kita mulai petualangan yang seru dengan menyusuri lorong-lorong goa untuk mengeksplorasi keindahan,  keunikan arsitektur, formasi batu, dan ruangan-ruangannya. Kita juga bisa melakukan kegiatan fotografi untuk mengabadikan petualangan mistis di dalam Goa Belanda. Goa ini menawarkan lanskap yang menarik dan unik yang layak didokumentasikan menjadi kenangan. Alat yang wajib kita bawa adalah lampu senter. Kita bisa menyiapkannya dari rumah atau menyewa di lokasi dengan harga lima ribu rupiah per senter. Jika ingin ditemani tour guide untuk mendapatkan penjelasan yang lebih mendalam tentang sejarah dan keunikan Gua Belanda, cukup membayar tiga puluh ribu rupiah.  

Ig: @satya_rabani

Ikuti tulisan menarik Fabian Satya Rabani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

10 Mei 2016

Oleh: Wahyu Kurniawan

Kamis, 2 Mei 2024 08:36 WIB

Terpopuler

10 Mei 2016

Oleh: Wahyu Kurniawan

Kamis, 2 Mei 2024 08:36 WIB