x

foto Muhammad Abduh merupakan seorang memperbaharui Pendidikan islam dengan mengintegrasikan antara ilmu umum dengan ilmu agama

Iklan

Hanifah1234 Hani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 14 Desember 2023

Jumat, 15 Desember 2023 06:57 WIB

Pemikiran Muhammad Abduh dalam Bidang Pendidikan dan Dampaknya di Indoneisa.

Tentu! Muhammad Abduh, seorang pemikir dan reformis Islam, memiliki pemikiran yang inspiratif mengenai pendidikan. Salah satu kutipannya yang menarik adalah: "Pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu emas dari kebebasan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Muhammad bin Abduh bin Hasan bin Khairullah atau yang sering dikenal dengan Muhamad Abduh, ia merupakan salah satu tokoh yang paling monumental yang bersemangat dalam menjawab hal-hal mengenai modernitas, ia juga merupakan seorang ulama berkebangsaan Mesir. Dalam proses belajarnya  Muhammad Abduh belajar membaca dan menulis didapatkan di rumah walaupun dibawah asuhan kedua orang tuanya yang tidak ada hubungan dengan pendidikan sekolah tetapi merupakan pemeluk islam yang taat. Ia mampu menghafal al-Quran semenjak usia remaja. Di tahun 1279 H orang tuanya menyerahkan Muhammad Abduh kepada Syeikh Mujahid untuk memperluas bacaanya di Masjid al-Ahmadi. Namun metode belajar taqlidiyah membuatnya tidak puas dan akhirnya ia kembali pulang ke kampung halamanya.

Setelah pulang ke kampung halamannya Pada tahun 1282 H Muhammad Abduh menikahi gadis di kampung halamannya, baru empat tahun Muhammad abduh menikah ia dipaksa kembali lagi untuk melanjutkan studinya. Namun ia enggan kembali dan akhirnya melarikan diri ke Kanisah  Urin, tempat tinggal pamanya di tempat ini Muhammad Abduh bertemu dengan Syeikh Darwis, ia mendapatkan apa yang diharapkannya. Syeik Darwis yang juga masih kerabat ayahnya, banyak berjasa yang berhasil memluluhkan hati Muhammad Abduh kembali untuk menyukai ilmu pengetahuan dan mengantarkan Muhammad Abduh ke gerbang kesuksesannya. Setelah selesai belajar di Masjid al-Ahmadi, Abduh melanjutkan studinya di Al-azhar, merupakan sebuah lembaga pendidikan tinggi yang mempertemukannya dengan ulama-ulama terkemuka di Mesir, Abduh bertemu Syeikh Jamaluddin Al-Afgani.

Dari pertemuan tersebut Abduh mempelajari filsafat, matematika, teologi, dan lainnya secara puas dan mendalam.  Setelah menyeleesaikan studinya di al-Azhar Abduh langsung di angkat menjadi guru besar oleh al-Azhar setelah itu setahun berikutnya Abduh di angkat menjadi guru besar atas prakarsa perdana menteri Riyad Pasya di perguruan tinggi Dar al-Ulum yang baru saja didirikan. Dalam menjelankan tugas ini Abduh mulai mengadakan perubahan-perubahan dalam mengembangkan perguruan-perguruan tinggi islam. Di tahun 1879 Abduh dibuang keluar kairo akibat keaktifannya dalam kegiatan politik, ia dituduh mengadakan gerakan menentang Khedevi Tawfik. Tetapi setahun berikutnya  di tahun 1880 ia di perbolehkan kembali ke kairo dan kemudian kemabali lagi  aggota dewan redaksi bahkan Abduh menduduki jabatan sebagai pemimipin surat kabar resmi pemerintahan Mesir al-Waqa’ial-Mishriyah.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Suatu fakta yang tidak dapat dipungkiri bahwa Muhammad Abduh merawisi ide-ide pembaruan yang berpengaruh di seluruh dunia Islam. Mengenai ide-ide pembaharuanya, para ilmu berbeda-beda dalam mengtipologinkan. Menurut M. Yusran Asmuni, ide-ide pembaruan yang dilontarkan Muhammad Abduh dapat diklasifikasikan dalam empat aspek yang pertama mengenai aspek ke bangsaan, yang kedua mengenai aspek kemasyarakataan, yang ketiga mengenai aspek keagamaan dan yang keempat mengenai aspek pendidikan.

Untuk mewujudkan kemajuan umat Islam, Muhammad Abduh berpendapat, bahwa jalur pendidikan perlu ditata dan dimodernisir agar agar menjadi media transformasi ilmu pengetahuan yang efektif dan berdaya guna. Karna melalu jalur pendidikanlah masyarakat Muslim bisa maju dan modern. Dalam mewujudkan ide-idenya Muhammad Abduh mempunyai banyak tantangan dan hambatan, ide-ide itu cukup bagus dan cermelang dan akhirnya dan berjalan yang mempunyai pengaruh yang besar terhadap bangsa Mesir, dan berbagai kalangan dunia Muslim lainnya, termasuk Indonesia.

Ide pembaruan dalam bidang pendidikan merupakan hasil dari keinginan Abduh untuk mewujudkan idenya mengenai modernisasi dan penguasaan ilmu pengetahuan, dan juga ide pembaruan dalam bidang pendidikan ini berangkat dari kondisi minim yang dilihat Abduh ketika ia sedang belajar dan adanya ketimpangan yang semakin jauh antara pendidikan agam dan Barat. Pada dasarnya Abduh bukanlah seorang revolusioner yang ingin melihat perubahan secara singkat, ia hanya seorang pendidik yang ingin mengadakan pembaruan lewat proses klutural yang diyakininya memerlukan waktu yang cukup panjang.

Gerakan pembaruan Muhammad Abduh terhadap bidang pendidikan dapat dilhat saat ia mengajar di lembaga pendidikan formal al-Azhar. Menurut Abduh metode pengajaran yang selama ini hanya mengandalkan hafalan dan harusnya perlu dilengkapi dengan metode rasional dan pemahaman (insight). Dengan demikian disamping para siswa menghafal suatu pembelajaran ,juga dapat memahaminya dengan kritis objektif dan komperhensif. Dan Abduh mengusulkan metode munadzarah (diskusi) dan kebiasaan ilmiah dan menjadikan bahasa arab sebagai bahasa ilmiah.

Dalam konteks Indonesia pengaruh pemikiran Muhammad Abduh berawal dari mahasiswa Indoneisa yang pernah belajar ke Mesir  yang secara langsung bersentuh dengan pembaruan di sana. Tercatatlah nama Syeikh Thahir Jalaluddin dan Haji Abdullah Ahamad. Dari kedua orang inilah ide-ide pembaruan Abduh tersebar di Indonesia melalui majalah yang mereka terbitkan yaitu majalah al-Imam dan majalah al-Munir. Demikan pula dengan KH. Ahmad Dahlan dan Ahmad Syurkati yang merupakan kedua ulama pendiri organisasi Islam di Indonesia yang kita kenal yaitu Muhammadiyah dan Al-Irsyad.

Munculnya gagasan K.H. Ahmad Dahlan untuk mendirikan Muhamadiyah didorong oleh dua sebab. Pertama, karena situasi politik Belanda. Kedua, karena keadaan umat Islam di sekitar kampungnya ketika itu sangat rusak dan dalam menjalankan praktik keaagamaan sudah sangat jauh menyeleweng dari ajaran yang sebenarnya. Di samping kondisi tersebut, dorongan lainnya adalah pada saat melaksankan ibadah haji pada tahun 1890, di Makkah ia berguru pada syeikh Ahmad Khatib. Melalui gurunya ia mulai mengenal tulisan Muhamad Abduh berupa tafsir al Manar, bahkan diantara ilmu-ilmu tersebut yang digemari dan menarik perhatian Ahmad Dahlan adalah tafisr al Manar.

Tafsiran al – Manar ternyata cukup berperan bagi perjuangan Ahmad Dahlan, melalui tafsiran tersbut pikiran-pikiran Muhammad Abduh cukup berpengaruh membentuk semangat perjuangnnya. Sekalipun majalah itu tidak banyak beredar di Indonesia. Lebih jelas lagi dikatakan oleh H. Jarnawi Hadi kusumo bawa dengan peranara K.H. Bakir, seorang kerabat Amad Dahlan, ia dapat bertemu dan berkenalan dengan Rasyid Ridha tokoh pembaharu Mesir yang juga murid Muhammad Abduh yang kebetulan berada di Tanah Suci. Keduanya sempat bertukar pikiran hingga cita-cita pembaru meresap dalam sanubarinya.

 

Hanifah, lahir di Banten tanggal 12 Mei, kini tengah menempuh pendidikan sejarana di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung program studi sejarah Peradaban Islam fakultas Adab dan Humaniora, dengan NIM 1225010063

 

Ikuti tulisan menarik Hanifah1234 Hani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu